Skip to main content

Cara Mengawetkan Kayu Agar Tidak Dimakan Bubuk, Rayap, Kumbang, dan Cendawan Pelapuk

Tingkat keawetan kayu menggambarkan daya tahan terhadap pengaruh makhluk hidup maupun pengaruh nonmakhluk hidup. Pengaruh makhluk hidup antara lain berupa aktivitas cendawan pelapuk kayu, kumbang bubuk kayu, rayap kayu kering, ataupun rayap tanah. Sementara itu, pengaruh nonmakhluk hidup antara lain air, suhu udara, kelembapan sekitar dan cahaya. 

Tingkat keawetan kayu dinyatakan dengan angka romawi I-V, semakin tinggi angkanya maka kayu semakin awet. Kayu dengan tingkat keawetan I berarti sangat rentan terhadap faktor perusak. Kayu yang termasuk tingkat awet I antara lain balsa, kayu merah (dari pohon buah seperti durian jengkol, atau mangga), maupun gelugu alias kayu batang pohon kelapa. Sementara itu, kayu dengan tingkat awet V antara lain jati hutan, ulin, eboni, dan meranti. Kayu dengan tingkat awet V tidak disukai kumbang bubuk atau rayap serta tahan perubahan cuaca. Dengan teknologi pengawetan, tingkat keawetan kayu dapat ditingkatkan. 

Secara tradisional, orang mengawetkan kayu dengan merendam dalam air lumpur, atau rawa. Persoalannya, cara pengawetan demikian memerlukan waktu berbulan-bulan, sehingga tidak cocok untuk skala industri yang mengejar target produksi. Untuk kebutuhan industri diperlukan teknik pengawetan yang cepat, efektif dan murah. Prinsip pengawetan adalah memasukkan bahan pengawet ke dalam jalinan serat kayu untuk mencegah kerusakan. 

Bahan larut air lebih mudah diserap serat kayu sehingga prosesnya lebih cepat, sederhana, dan murah. Persoalannya, pengawet larut air mudah terbilas oleh air, misalnya hujan, sehingga tidak cocok untuk pemanfaatan luar ruang. Untuk mengatasi kekurangan itu, digunakan pengawet larut minyak. Jenis itu sulit diserap serat kayu sehingga menggunakan proses pengawetan bertekanan proses panas, atau proses panas dingin. 

Bahan pengawet kimia yang sering digunakan antara lain boron, fluor, krom, atau arsen yang bersifat anti cendawan, anti bakteri, dan anti rayap. Bahan-bahan itu dioleskan atau disemprotkan ke permukaan kayu yang akan diawetkan. Jika jumlahnya banyak kayu direndam dalam larutan bahan pengawet. Pastikan kadar air kayu yang akan diawetkan maksimal 12% Secara umum 1 liter bahan pengawet bisa mengawetkan 8-9 m permukaan kayu. Balok sepanjang 4 m dengan lebar 5 cm dan tebal 5 cm mempunyai luas permukaan 1,05 m sehingga memerlukan 120 m larutan pengawet. 

Cara Mengawetkan Kayu dengan Pengolesan

Pengawetan dilakukan dengan mengoleskan bahan pengawet ke seluruh permukaan kayu, lalu dibiarkan kering oleh udara. Pengolesan diulangi lima kali atau lebih sampai bahan pengawet dipastikan mencapai bagian kayu terdalam.

Cara Mengawetkan Kayu dengan Penyemprotan

Pengawetan dengan cara penyemprotan dilakukan dengan menggunakan penyemprot bernozel tanpa kabul. Penyemprotan juga diulangi 4-5 kali atau lebih untuk memastikan bahan pengawet terserap ke dalam. 

Cara Mengawetkan Kayu dengan Perembesan Vakum 

Kayu direndam dalam bahan pengawet selama satu jam. Kayu lalu ditumpuk dan dibungkus dengan terpal kedap udara selama 3-4 minggu sampai bahan pengawet meresap. Dalam teknik vakum bahan pengawet dialirkan ke dalam tangki vakum bertekanan 65-76 cmHg selama 1-15 jam. Tekanan memaksa cairan bahan pengawet terdesak ke dalam rongga kayu. 

Cara Mengawetkan Kayu dengan Pengasapan

Kayu dimasukkan ke dalam ruang tertutup dialin asap sisa pembakaran selama 10-20 hari, Kandungan fenol dan tar dalam asap bersifat mengawetkan kayu. Selain menaikkan kelas awet kayu satu kelas lebih tinggi, cara itu juga ramah lingkungan karena tidak menggunakan kimia sintetis. Kini cara itu juga bisa dilakukan dengan asap cair yang tersedia di pasaran. Satu liter asap cair diencerkan dengan air hingga volumenya menjadi 20-25 liter, talu digunakan untuk merendam kayu selama 10-14 hari. Apabila merendam pada musim hujan dan tempat perendaman tidak beratap, tutup dengan terpal atau plastik. Dengan demikian, air hujan tidak akan mengganggu proses penyerapan zat pengawet. 

Cara Mengawetkan Kayu dengan Zat kimia

Bahan kimia yang digunakan berbeda dengan teknik pengolesan atau penyemprotan. Bahan yang digunakan harus mampu berikatan dengan selulosa penyusun serat kayu. Selulosa dalam kayu terbagi menjadi hemiselulosa dan ligniselulosa. Keduanya bisa bereaksi dengan bahan pengawet seperti asam asetat anhidrat. Cara itu juga ramah lingkungan karena asetat anhidrat tidak luntur jika dipegang atau terbilas air. Zat kimia lain yang juga bereaksi dengan serat kayu adalah alkohol fufurat. Kayu yang diolah dengan zat itu tidak disukai rayap.

Cara Mengawetkan Kayu dengan Penggabusan

Bahan yang digunakan sebagai pengawet kayu adalah monostirena bentuk monomer dari polistirena yang lebih dikenal sebagai styrofoam alias gabus sintetis. Monostirena tidak bereaksi dengan selulosa, tetap bisa menyelip ke rongga antarpartikel kayu. Selain mengawetkan cara penggabusan juga meningkatkan kepadatan kayu. Kayu direndam dalam monostirena cair, lalu dipanaskan sehingga membuat rongga kayu mengembang dan bisa disusupi monostirena cair. Setelah dingin, monostirena berubah menjadi gabus yang memenuh rongga antar partikel kayu. Kepadatan dan keawetan kayu pun meningkat. 

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved