Skip to main content

7 Lokasi Budidaya Ikan Laut yang Optimal dan Strategis

Budi daya ikan laut dimulai dari pesisir pantai hingga pada jarak yang sangat jauh dari pantai. Pada prinsipnya, semua wilayah laut dapat dipilih untuk usaha budi daya ikan laut. Namun, kondisi alamiah lingkungan laut dapat menjadi pembatas dalam kegiatan marikultur, seperti arus, angin, dan gelombang. Demikian pula, pada semua daerah pesisir atau pantai dapat dipilih untuk pembangunan tambak dan pembuatan bak-bak untuk ikan, namun faktor teknis seperti kondisi tanah maupun kondisi perairan pantai menjadi faktor pembatas pembangunan tambak atau bak.

Di samping itu, ikan sendiri pun menjadi faktor pembatas karena terkait dengan habitat ikan tersebut. Ikan tuna yang merupakan ikan pelagis dan bermigrasi tinggi (highly migratory fish), maka dalam pemeliharaannya membutuhkan lingkungan perairan yang dalam, sehingga sulit dibudidayakan di tambak yang kedalamannya hanya sekitar 2 m. Tuna cocok dibudidayakan di KJA dan bak-bak yang dibuat khusus untuk menampung air dalam volume besar dan dalam. 

Pada prinsipnya semua ikan laut dapat dipelihara di tambak dan bak, namun untuk memenuhi kebutuhan optimal pada ikan, terutama kualitas air, dibutuhkan sejumlah peralatan, seperti aerator dan mesin pompa. Karena itu, biaya produksi menjadi tinggi dan usaha menjadi tidak ekonomis. Bila pemeliharaan ikan tersebut lebih ekonomis dilakukan di laut dengan menggunakan hampang. JKD atau KJA, maka tentu lebih baik. Berikut dikemukakan beberapa lokasi yang dipilih untuk budi daya ikan laut. 

Lokasi untuk Budidaya Ikan Laut

1. Estuaria

Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar (Pritchard, 1967 dalam Supriharyono, 2000). Sedangkan Nybakken (1988) menyatakan estuaria adalah bentuk teluk di pantai yang sebagian tertutup, di mana air tawar dan air laut bertemu dan bercampur. Meskipun demikian, proses pencampuran ini adalah suatu proses yang kompleks. Air tawar yang berasal dari sungai yang mempunyai densitas lebih kecil dari air laut cenderung untuk mengambang di atasnya. Di daerah ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang berlangsung secara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang. Massa air yang masuk ke daerah estuaria pada waktu terjadi air surut hanya bersumber dari air tawar, akibatnya salinitas air di daerah estuaria pada waktu itu umumnya rendah. Pada waktu air pasang, massa air masuk ke estuaria dari air laut bercampur dengan air estuaria, sehingga mengakibatkan salinitasnya naik (Hutabarat dan Evans, 1986).

Estuaria adalah sebuah lingkungan yang sangat kompleks karena terjadinya pencampuran air tawar dari sungai dan air laut. Di lingkungan estuaria, fluktuasi salinitas sangat besar sehingga ikan dan biota laut yang hidup di estuaria hanya berupa spesies yang toleran terhadap salinitas yang lebar. Karena itu, ikan-ikan yang dipelihara di lokasi ini haruslah yang dapat beradaptasi dengan fluktuasi salinitas tersebut. seperti bandeng (Chanos chanos), beronang (Siganus), belanak (Mugil. Liza), kerapu lumpur (Epinephelus suillus E coioides), kerapu malabar (Emalabaricus), kerapu macan (E fuscoguttatus), titang (Scatophagus argus), kakap putih (Lates calcalifer), kakap jenaha (Lutjanus johni), dan kakap tambak (L argentimaculatus).

Di lingkungan estuaria dapat diterapkan sistem budi daya KJA, hampang, keramba tancap, dan JKD. Hampang ditempatkan pada lingkungan perairan yang dangkal, sedangkan KJA, keramba tancap dan JKD ditempatkan pada bagian perairan yang relatif dalam.

2. Teluk

Teluk adalah perairan laut yang menjorok masuk ke dalam daratan. Oleh karena itu, perairan teluk relatif terlindung dari ombak, badai, dan angin ribut. Karena itu, teluk merupakan salah satu lokasi yang sangat ideal untuk kegiatan budi daya ikan laut. Seringkali daerah teluk merupakan ekosistem estuaria atau ekosistem mangrove. Semua sistem atau teknologi budi daya laut dan hampir semua spesies ikan dapat dikultur di daerah teluk.

3. Selat

Selat adalah perairan laut di antara dua atau beberapa pulau. Adanya pulau-pulau tersebut yang mengapit dan mengelilingi perairan laut menyebabkan selat relatif terlindung dari angin dan ombak. Keberadaan pulau tersebut memecah membelokkan orientasi massa air laut dan angin sehingga menjadi tidak merusak. Namun demikian, perairan selat ada kalanya memiliki arus laut yang sangat kuat (> 0,5 m/detik), terutama selat yang relatif sempit dan memiliki kisaran pasang surut air laut sangat lebar (3-5 m).

Semua teknologi budi daya laut dan spesies ikan laut dapat dikembangkan di selat. Ikan-ikan karang dan ikan laut pelagis, seperti kerapu bebek (Cromileptes altivelis), kerapu sunu (Pletropomus maculares.P. leopardus), kakap merah (Lutjanus sebae), napoleon (Cheilinus undulatus), tuna (Thunnus), dan lainnya cocok dibudidayakan di selat. karena salinitasnya lebih stabil. 

4. Padang Lamun

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang terletak di daerah pesisir. Lamun (seagrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Tumbuhan lamun yang padat menyebabkan lingkungan tersebut relatif tenang, sehingga menjadi salah satu areal budi daya laut yang ideal. Untuk budidaya ikan, bagian perairan yang dipilih agak dalam, minimal 0,7-1,0 m pada saat surut terendah. Sistem budi daya hampang, keramba tancap, dan JKD dapat diterapkan di padang lamun. Sedangkan ikan yang cocok dibudidayakan di daerah ini adalah bandeng (Chanos chanos). beronang (Siganus), belanak (Mugil. Liza), kerapu lumpur (Epinephelus suillus. E coioides), kerapu malabar (E.malabaricus), kerapu macan (E fuscoguttatus), titang (Scatophagus argus), kakap putih (Lates calcalifer). kakap jenaha (Lutjanus johnii), dan kakap tambak (L argentimaculatus).

5. Terumbu Karang

Kawasan terumbu karang (coral reef) merupakan habitat yang subur karena itu merupakan lingkungan ideal untuk budi daya ikan laut. Namun demikian, lingkungan terumbu karang merupakan daerah terbuka dengan arus dan ombak yang cukup kuat. Kecuali daerah terumbu karang, khususnya karang penghalang (barrier reef) yang dapat menjadi pelindung, di mana wadah budi daya laut di tempatkan di goba (lagoon). Namun demikian, daerah terumbu karang tepi (fringing reef) yang mempunyai arus dan ombak kuat itu pun dapat diterapkan budi daya laut. 

Pada bagian perairan yang dangkal dapat diterapkan sistem budi daya dengan hampang, keramba tancap, dan JKD. Sedangkan pada bagian perairan yang dalam dapat dikembangkan budi daya ikan dengan menggunakan wadah KJA. Semua ikan laut dapat dibudidayakan di daerah terumbu karang. 

6. Ekosistem Mangrove

Kawasan mangrove yang masih terendam air selama surut terendah merupakan lokasi yang cocok untuk budi daya laut. Sarana pemeliharaan biota kultur ditempatkan di dalam hutan mangrove. Wadah budi daya yang cocok adalah hampang dan keramba yang digunakan untuk pemeliharaan ikan.

Pada kawasan mangrove yang kering atau digenangi hanya pada saat pasang tertinggi dapat dibangun tambak untuk budi daya ikan. Ikan-ikan yang dibudidayakan adalah ikan-ikan euryhaline, yaitu bandeng (Chanos chanos). beronang (Siganus), belanak (Mugil, Liza), kerapu lumpur (Epinephelus suillus, E coioides), kerapu malabar (E.malabaricus), kerapu macan (E fuscoguttatus), titang (Scatophagus argus), kakap putih (Lates calcalifer), kakap jenaha (Lutjanus johnii), dan kakap tambak (L argentimaculatus).

7. Pantai

Pantai (beach) merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang khas dan berbeda dengan ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove, sekalipun berada di sepanjang pantai, namun dengan karakteristik yang didominasi oleh tanaman Avicennia, Sonneratia, Bruguiera, Rhizophora, Xylocarpus, Acrostichum, Lumnitzera, Ficus, Oncosperma, dan lain-lain, yang tumbuh membentuk vegetasi dan zona yang berbeda di suatu wilayah. Sedangkan pantai biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan pioner yang memiliki ciri-ciri antara lain (a) sistem perakaran yang menancap dalam; (b) mempunyai toleransi tinggi terhadap salinitas, hembusan angin dan suhu tanah yang tinggi; serta (c) menghasilkan buah yang dapat terapung. 

Biasanya komunitas tumbuhan di kawasan pantai memiliki keaneka ragaman jenis yang rendah dan sebagian besar merupakan tumbuhan yang telah menyesuaikan diri terhadap habitat pantai. Jenis yang umum dijumpai adalah Casuarina equisetifolia, dan kemudian diikuti oleh komunitas Barringtonia yang tumbuh di tanah yang lebih stabil di belakang batas pantai. Pada kawasan yang tidak banya mengalami gangguan, kanopi tumbuhan tersebut dapat berkembang menjadi lebat, sehingga vegetasi penutup tanah tumbuh sedikit. Namun apabila pantainya terbuka, maka tumbuhan yang muncul adalah jenis pakis. pakisan (fern), rumput. jahe-jahean, dan herba. Jadi, ada hubungan langsung antara kondisi permukaan pantai dan pantai yang terbuka (Dahuri, 2003).

Daerah pantai dapat dipilih untuk pembuatan tambak atau unit budi daya ikan laut yang menggunakan bak-bak sebagai wadah budi daya. Tambak yang dibangun di kawasan ini agak sulit karena struktur tanahnya mengandung fraksi pasir yang lebih besar. Tambak beton dengan menggunakan alas berupa plastik/terpal untuk menahan kehilangan air dapat diterapkan pada lahan tersebut. 

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved