Skip to main content

Budi Daya Kapas: Pembibitan, Persiapan Lahan, Penanaman, Perawatan, Pemupukan, Pengendalian Hama, Panen, dan Pascapanen Kapas

Tanaman kapas sebaiknya ditanam di daerah dengan ketinggian tidak lebih dari 400 m dpl dengan suhu udara 22-35ºC. Kelembapannya tidak lebih dari 90% dan lama penyinaran tidak lebih dari 5 jam/hari. Kapas tumbuh baik dengan curah hujan 600-800 mm selama 4 bulan pertumbuhan tanaman kapas atau 1200-1600 mm selama setahun. Agar tumbuh optimal sebaiknya tanaman kapas ditanam pada tanah yang subur, drainase baik daya pegang air yang tinggi dan ber-pH sekitar 6,7-7. Kali ini kita akan membahas cara Budi Daya tanaman Kapas dari Pembibitan, Persiapan Lahan, Penanaman, Perawatan, Pemupukan, Pengendalian Hama, Panen, dan Pascapanen. 

Cara Budi Daya Tanaman Kapas

Budi daya kapas

Tanaman kapas dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia. Berikut ini diuraikan teknis budi dayanya.

1. Penyediaan benih

Mutu benih merupakan faktor yang mempengaruhi hasil kapas. Pengembangan kapas di Jawa Tengah banyak menggunakan varietas ISA 205, sedangkan Jawa Timur menggunakan varietas Kanesia 3. Sementara itu, pengembangan kapas di Sulawesi dengan varietas Kanesia 3 dan S. NTB dengan varietas Kanesia 1 dan 4, serta NTT varietas Kanesia 3.

Dalam upaya penggunaan benih bermutu, murah, dan terjangkau oleh petani kapas, delinter mekanis harus difungsikan. Berdasarkan hasil uji coba petani, hasil benih cepak (setengah gundul) dapat disortasi sehingga hasilnya cukup baik dan bermutu. Selain itu, produksi kapas petani menjadi meningkat. 

Pengembangan kapas sebagian besar menggunakan benih kabu-kabu. Penggunaan benih tanpa kabu-kabu masih sulit dilakukan. Hingga tahun 2000, penggunaan benih bermutu pada program pengembangan kapas kurang dari 3%. Selebihnya adalah biji berserat (kabu-kabu) dengan kondisi yang sangat buruk. 

2. Persiapan lahan

Kapas merupakan tanaman yang memiliki perakaran dalam sehingga memerlukan pengolahan tanah yang cukup. Lahan yang akan ditanami kapas sebaiknya relatif rata, dekat dengan sumber air, tidak tergenang air, dan mudah dalam hal pengawasannya. 

Pembukaan lahan dapat dilakukan dengan pencangkulan. Tujuannya untuk membersihkan lahan dari sisa-sisa tanaman serta memudahkan perakaran berkembang. Selain itu, pencangkulan dapat menghilangkan tumbuhan inang sebagai tempat hama dan penyakit. Setelah dibersihkan dari sisa-sisa tanaman lahan diratakan. Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan dua kali. Tujuannya untuk menggemburkan tanah dan membaliknya. Lahan juga perlu diberi pupuk. Dosis pupuk minimal adalah 60 kg N, 27 kg P205, dan 50 kg K20 atau disesuaikan dengan hasil analisis tanah dan tanaman. Selanjutnya, lahan dibuat bedengan dan saluran drainase agar pengairan mudah dilakukan.

3. Penanaman

Jarak tanam yang biasa digunakan untuk penanaman tanaman kapas. yaitu 100 cm x 25 cm. Lubang tanam dibuat menggunakan tugal dengan kedalaman 1-3 cm. Setiap lubang ditanam sebanyak 2-3 butir benih dan dipertahankan menjadi satu tanaman. Dalam satu hektar populasi mencapai 40000 tanaman. Setiap lubang tanam diberi furadan dan fungisida dengan dosis 34 kg/hektar. Saat tanaman berumur 0-7 hari sebaiknya diberi pupuk SP 36 (sebanyak 150 kg /ha) dan pupuk KCI (sebanyak 100 kg/ha) sebagal pupuk dasar.

4. Pemeliharaan

a. Penyulaman. 

Benih kapas tumbuh saat hari ke-7 setelah tanam. Jika ada benih yang tidak tumbuh, harus segera dilakukan penyulaman. Penyulaman sebaiknya dilakukan saat tanaman berumur kurang dari 15 hari, yaitu 10-15 hari setelah tanam. Tujuannya agar pertumbuhan tanaman bisa seragam dan mempermudah dalam proses perawatannya.

b. Pembumbunan. 

Pembubunan dilakukan agar tanaman memiliki perakaran yang kuat dan tidak mudah roboh. Kegiatan ini dilakukan dengan menaikkan tanah di samping kiri dan kanan barisan tanaman ke arah pokok tanaman. 

c. Penjarangan. 

Penjarangan biasa dilakukan saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam Hal ini karena pada saat itu tanaman belum terlalu tua dan perakaran masih dalam kondisi mudah untuk dilakukan penjarangan. Umur tersebut juga merupakan ideal untuk melakukan penyeleksian tanaman. Penjarangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut tanaman menggunakan tangan. Tiap lubang tanaman dipertahankan satu tanaman yang sehat

d. Penyiraman. 

Tanaman kapas membutuhkan air sejak awal penanaman hingga menjelang permainan. Namun, saat panen dibutuhkan keadaan yang kering. Apabila curah hujan kurang mencukupi, sebaiknya dilakukan penyiraman pada pagi hari dan/atau sore hari.

e. Pemupukan. 

Pemupukan kedua dilakukan pada tanama umur dua minggu setelah tanam. Pupuk yang digunakan berupa urea sebanyak 300 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman berumur empat minggu setelah tanam dengan pupuk dan dosis yang sama dengan pemupukan kedua. Pemupukan urea juga dilakukan pada akhir perawatan. Hal tersebut dilakukan karena pupuk urea mudah larut terbawa air hujan atau air siraman.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Adanya hama dan penyakit dapat menurunkan produktivitas tanaman kapas. Berikut beberapa hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman kapas.

1. Hama

a. Wereng kapas (Amrasca biguttula). 

Wereng Amrasca biguttula biasanya menyerang pada awal pertumbuhan. Gejalanya berupa gigitan tidak beraturan pada daun yang akan mengganggu proses fotosintesis. Akibatnya, produksi dan produktivitas kapas menurun. Pengendaliannya dengan menggunakan varietas kapas genjah berbulu lebat yang toleran/tahan terhadap A biguttula, penggunaan serasah tanaman, serta penggunaan insektisida alami dan kimia jika populasinya mencapai ambang batas. 

b. Penggerek buah kapas (Helicoverpa armigera). 

Penggerek buah kapas menyerang tanaman saat pembentukan kuncup bunga, bunga, dan buah muda sampai menjelang panen (100—120 hari). Gejalanya berupa gigitan tidak beraturan pada bagian tanaman yang diserang. Hal tersebut tentu dapat menurunkan jumlah produksi kapas. Jika pengendaliannya dengan insektisida, akan berdampak negatif pada lingkungan. Di samping itu, penggunaan insektisida dapat meningkatkan jumlah hama yang resisten. Salah satu cara pengendalian yang dianjurkan adalah menggunakan NPV (nuclear polyhedrosis virus) yang diaplikasikan dengan cara penyemprotan. 

2. Penyakit

a. Hawar bakteri. 

Penyakit ini disebabkan oleh Xanthomonas campestris pv. malvacearum. Penyakit ini menyerang seluruh stadia tanaman, mulai kecambah sampai tanaman dewasa dan berbuah. Penyakit ini berkembang cepat pada suhu 30-36° C dengan kelembapan udara di atas 85%. Gejala yang ditunjukkan pada tiap stadia berbeda. Saat stadia kecambah serangan pada kotiledon menunjukkan gejala bulat dan berair berwarna hijau tua kehitaman Serangan pada daun terlihat bercak-bercak berair di sekitar kerangka daun sehingga terlihat bersudut. Gejala pada batang terlihat hitam dan mengeras.

Pengendalian yang dianjurkan adalah penggunaan varietas tahan hawar (Kanesia 1 dan Kanesia 5), sanitasi sisa-sisa tanaman sakit, serta penggunaan benih tanpa kabu-kabu dari tanaman yang sehat. 

b. Penyakit tepung. 

Penyakit tepung atau disebut juga areolate mildew. Penyakit ini terjadi jika banyak hujan sehingga kelembapan di sekitar daun tinggi. Penyebabnya adalah cendawan Mycosphaerella areola Her. Gejalanya berupa permukaan daun terdapat seperti tepung atau benang-benang berwarna putih. Jika cuaca kering, bekas benang jamur tersebut timbul bercak nekrosis berwarna cokelat. Pengendalian penyakit ini dengan penggunaan benih tanpa kabu kabu dan penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb. Selain itu, sebaiknya dilakukan sanitasi lingkungan agar terjaga kebersihannya.

c. Penyakit antraknosa (anthracnose). 

Biasanya penyakit ini timbul jika keadaan tanaman lemah dan kelembapan udara cukup tinggi. Penyebabnya adalah cendawan Glomerella gossypii Edg. Di Indonesia, biasanya penyebabnya adalah cendawan Gloeosporium sp. yang merupakan bentuk tak sempurna dari Glomerella gossypii. Gejalanya berupa nekrosis pada kotiledon yang baru tumbuh. Sementara itu, gejala pada tanaman dewasa berupa bercak cokelat di tengah atau tepi daun yang sering kali menyatu menjadi bercak besar. Pengendalian antraknosa dengan penggunaan varietas kapas tahan penyakit antraknosa dan sanitasi lingkungan. Fungisida yang biasa digunakan untuk pengendalian adalah mankozeb. fungisida dengan bahan aktif. 

d. Penyakit busuk buah. 

Penyakit busuk buah disebut juga boll rot. Penyakit ini ditemukan di semua daerah pada musim hujan. Penyebabnya cukup banyak, antara lain Xanthomonas campestris pv malvacearum, Fusarium spp. Glomerella (Gloeosporium) gossypil, Diplodia gossypłna, Phytophthora sp. Aspergillus sp. dan Rhizophus sp. Gejalanya berupa bercak cokelat pada kulit buah yang terus berkembang dan akhirnya buah menjadi busuk. Kadang permukaan buah kapas tumbuh miselium yang berwarna putih, putih kekuningan, merah jambu cokelat, sampai hitam, tergantung jenis cendawan yang menyerangnya. Pembusukan terjadi di dalam buah kapas sehingga mutu serat yang dihasilkan kurang baik dan rapuh.

Pengendaliannya dengan penanaman varietas tahan, seperti KI 74, Kanesia 1, Kanesia 5, dan Kanesia 7. Selain itu, pengendalian dapat dilakukan dengan sanitasi lingkungan. Caranya dengan mencabut tanaman yang sakit, memetik buah yang busuk, dan mencabut sisa-sisa tanaman sebelumnya. Secara kimia dapat dilakukan pengendalian dengan menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb.

Panen

Pembuahan terjadi sekitar 30 jam setelah penyerbukan. Saat buah masak kulit buah retak. Kapas/seratnya menjadi kering dan siap panen. Panen atau pemetikan dilakukan jika buah kapas telah merekah sempurna yang ditandai dengan menyembulnya serat keluar dan kulit buah kering. 

Buah kapas yang dipetik sebelum waktunya akan mempengaruhi mutu serat, yaitu berkurangnya kedewasaan dan kekuatan serat. Sebaliknya, jika terlalu lambat, akan menurunkan grade serat karena adanya kontaminasi debu dan kotoran.

Pemetikan sebaiknya dilakukan pada siang hari, saat embun pagi telah menguap. Cara pemetikan dapat dilakukan dengan mesin atau tangan. Pemetikan diambil satu per satu dengan tangan disebut hand picked Jika kapas dipetik secara keseluruhan dengan tangan disebut snapped. Pemetikan dengan mesin disebut machine picked (kapas diambil dari kelopaknya), machine stripped (kapas diambil secara keseluruhan dengan pohonnya), dan machine salvaged (pengambilan kapas yang jatuh ke tanah). 

Saat pemetikan sebaiknya seorang pemetik membawa dua wadah. Satu wadah untuk kapas baik (warna putih dan bersih) dan wadah lainnya untuk kapas kotor dan terserang hama. Setelah panen, kapas berbiji dikeringkan dengan cara dijemur hingga kandungan air mencapai 7%.

Pascapanen 

Pascapanen kapas meliputi pengeringan kapas berbiji, pemisahan serat dan pengepakan (pengebalan). Setelah dilakukan pemanenan kapas dikeringkan dengan pengeringan kapas berbiji. Tempat penjemuran sebaiknya tempat yang bersih dan tidak memakai alas yang terbuat dari serat sintetik (plastik).

Pemisahan serat kapas dan biji dikenal dengan istilah ginning. Ada dua jenis mesin yang digunakan untuk proses pemisahan serat, yaitu saw gin dan roller gin. Roller gin biasanya digunakan untuk memisahkan kapas berserat panjang (ong staple), sedangkan saw gin digunakan untuk memisahkan kapas berserat pendek sampai sedang termasuk kapas Indonesia.

Serat sintetik yang ikut masuk ke dalam mesin pemintal menyebabkan serat yang dihasilkan tidak rata serta dapat menurunkan kekuatan benang yang dihasilkan. Suhu pengeringan Juga mempengaruhi serat yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penelitian semakin tinggi suhu pengeringan kerataan panjang serat semakin menurun. Hal ini terjadi karena serat menjadi kering dan lebih panas. Akibatnya, serat mudah putus selama proses pemisahan. 

Saw gin merupakan mesin pemisah serat kapas menggunakan sistem gergaji. Mata pisau saw gin berupa gergaji yang berputar sambil memotong serat dari kapas berbiji yang dimasukkan ke dalamnya. Pemotongan berlangsung dari sisi luar ke dalam sehingga akhirnya menyentuh kulit biji kapas. Sentuhan gergaji ini kadang-kadang melukai kulit biji. Bahkan, ada yang sampai pecah. Biji yang rusak (luka atau pecah) tidak dapat digunakan sebagai benih. Biji yang rusak juga dapat menambah kotoran serat kapas.

Roller gin merupakan mesin pemisah serat kapas menggunakan sistem silinder berputar. Pengambilan serat pada roller gin dilakukan oleh sebuah rol yang dibungkus dengan kulit kasar. Gerakan berputar roller Ini akan menarik serat kapas dan menggulung searah dengan gerakan berputarnya. yuSerat kapas ditarik lepas dari kulit biji sehingga terlepas. Bagian yang tersisa pada kulit biji tinggal serat pendeknya atau sering disebut linter. 

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved