Skip to main content

Budi Daya Kelapa Sawit: Pembibitan, Persiapan Lahan, Penanaman, Perawatan, Pemupukan, Pengendalian Hama, Panen, dan Pascapanen Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah iklim tropis basah dengan ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang diperlukan tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh optimal adalah rata-rata 2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. 

Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Suhu ideal agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik sekitar 24-28° C. Meskipun demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18°C dan tertinggi 32°C.Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Akan tetapi, kemampuan produksi tanaman untuk setiap tanah berbeda-beda, tergantung sifat fisik dan sifat kimia tanah. 

Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Sementara itu, keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kali ini kita akan membahas cara Budi Daya Kelapa Sawit dari Pembibitan, Persiapan Lahan, Penanaman, Perawatan, Pemupukan, Pengendalian Hama, Panen, dan Pascapanen Kelapa Sawit. 

Cara Budi Daya Sawit

Tanah dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk ditanami kelapa sawit. Oleh karena itu, kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Berikut diuraikan cara budi dayanya agar tumbuh optimal.

1. Pengadaan bibit

Bibit kelapa sawit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu benih serta bibit liar, bibit unggul, dan bibit kultur jaringan. Ciri fisik tanaman yang berasal dari bibit liar, antara lain pertumbuhannya tidak seragam, bibit terlihat kurus karena endosperm yang berisi cadangan makanan berukuran kecil dan lebih mudah terserang penyakit. Ciri fisik bibit unggul adalah pertumbuhan radikula dan plumula lurus serta berlawanan arah radikula berwarna kekuning-kuningan plumula berwarna keputih-putihan, dan ukuran radikula lebih panjang daripada plumula.

Bibit yang berasal dari teknik kultur jaringan disebut klon. Setelah terbentuk tanaman baru, klon-klon yang dihasilkan harus diadaptasikan terlebih dahulu sebelum ditanam di pembibitan pre-nursery. Proses adaptasi dilakukan pada media pasir steril selama 3-4 minggu tanpa pemberian pupuk. Agar terhindar dari sinar matahari langsung dibuat naungan yang berasal berupa kotak plastik. Selama proses pemeliharaan pembibitan di lapang, bibit yang berasal dari teknik kultur jaringan juga perlu dipupuk. Bulan pertama, tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 2 g/i dan pupuk majemuk 2 g/1. Volume semprot rata-rata 1 V150 bibit. Pemupukan dilakukan dua kali seminggu.

Bibit kultur jaringan adalah bibit yang diperoleh dari perbanyakan dengan cara kultur Jaringan. Penggunaan teknik tersebut memberikan beberapa keuntungan, di antaranya bibit yang dihasilkan dengan jumlah banyak dalam waktu yang singkat. Selain itu, bibitnya pun mempunyai sifat yang sama dengan induknya.

Pengadaan bibit tanaman kelapa sawit dapat dilakukan oleh perkebunan yang mempunyai persediaan benih kelapa sawit dalam jumlah yang cukup dan sudah diketahui keunggulannya. Kegiatan pengadaan benih melalui beberapa tahapan, yaitu seleksi biji pengecambahan, pembibitan pendahuluan, dan pembibitan utama. Seleksi bibit sangat penting dilakukan karena akan menentukan hasil panen dan kualitas kelapa sawit. 

Benih harus diambil dari pohon yang telah diseleksi dan diketahui sifat-sifat keunggulannya. Setelah benih diseleksi, tahap selanjutnya adalah pengecambahan. Pengecambahan dapat dilakukan dengan berbagai metode, tergantung kebutuhan tujuan dan peralatan yang ada. Langkah selanjutnya adalah penyemaian. Pembibitan pendahuluan (pre nursery) dilakukan dalam polibag hingga umur tiga bulan. Setelah itu, benih dipindahkan ke pembibitan utama (main nursery) dengan polibag berukuran lebih besar. Pemeliharaan di tempat tersebut berlangsung hingga bibit siap dipindahkan ke lapangan (umur 12 bulan). Bibit yang ditanam hanyalah yang memiliki pertumbuhan normal. Bibit yang abnormal harus disingkirkan.

2. Pembukaan dan pengolahan lahan

Tanaman kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan, daerah bekas alang-alang, atau bekas perkebunan. Pembukaan lahan pada setiap daerah tersebut berbeda-beda. Namun, prinsipnya sama, yaitu tetap menjaga lapisan olah tanah (top sol). Agar diperoleh hasil yang maksimal, perlu adanya pengelolaan lahan secara spesifik sesuai karakteristik lahan. Untuk mengetahui karakteristik lahan, dilakukan kegiatan survei lahan. Selanjutnya, dilakukan evaluasi kelas kesesuaian lahan, yaitu menentukan kelas lahan untuk mengetahui informasi potensi produksi dan faktor pembatas lahan. 

Pembukaan lahan pada areal bekas hutan diawali dengan penunasan, yaitu pemotongan dan penebasan semua jenis kayu maupun semak belukar yang berdiameter kurang dari 10 cm. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan parang dan kapak. Langkah selanjutnya adalah penumbangan batang batang kayu yang berdiameter lebih dari 10 cm. 

Penumbangan dilakukan menggunakan gergaji mesin dengan arah sejajar. Pembukaan perkebunan kelapa sawit pada areal alang-alang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan kimia. Secara mekanis dengan cara membajak dan menggaru. Pembajakan dilakukan dua kali, sedangkan penggaruan dilakukan tiga kali. Pembajakan dan penggaruan dilakukan berselang-seling dengan waktu antara 2-3 minggu. Jika alang-alang masih tumbuh, perlu dikendalikan dengan herbisida. Herbisida yang biasa digunakan adalah Dalapon atau Glyphosate. Penyemprotan dengan Dalapon dilakukan tiga tahap dengan interval waktu tiga minggu. Dosis semprot per hektar adalah 7,5 kg Dalapon per 1000 I air untuk sekali semprot. Jika menggunakan Glyphosate, penyemprotan hanya dilakukan sekali dengan volume semprot 600-700 l air yang dicampur 6-7 l Glyphosate untuk tiap hektar. 

3. Penanaman

Setelah pembukaan areal selesai dilakukan, dilanjutkan dengan tahapan penanaman. Namun, terlebih dahulu dilakukan pembuatan lubang tanam. Sebelum ditanam, bibit perlu diseleksi. Umur ideal untuk bibit yang akan dipindahkan adalah 12-14 bulan. Sementara itu, tinggi bibit yang dianjurkan untuk dipindahkan, yaitu 70-180 cm. Jarak tanam ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah 9m x 9m x 9m untuk tanah datar dan 8,7 m x 8,7 m x 8,7 m untuk tanah bergelombang.

Berdasarkan hasil penelitian susunan penanaman dalam bentuk segi tiga sama sisi merupakan susunan yang paling ekonomis karena populasi tanaman mencapai 143 pohon per ha di tanah datar. Waktu tanam yang paling Ideal adalah awal musim hujan karena persediaan air sangat berguna untuk menjaga pertumbuhan bibit tanaman yang baru dipindahkan.

4. Pemeliharaan tanaman

Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pengendalian gulma, pemangkasan, pemupukan, kastrasi, dan penyerbukan buatan.

a. Penyulaman. 

Penyulaman bertujuan mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik dengan tanaman baru. Umumnya jumlah cadangan bibit dapat mencapai 5% dari jumlah bibit yang ditanam. Saat yang baik untuk melakukan penyulaman adalah musim hujan Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang berumur 12-14 bulan.

b. Penanaman tanaman sela. 

Di antara tanaman kelapa sawit yang masih muda dapat ditanam berbagai tanaman yang berumur pendek. Tanaman tersebut adalah yang tidak mengganggu perkembangan tanaman pokok, seperti sayuran dan palawija. Tanaman keras dan berumur agak panjang dapat juga digunakan sebagai tanaman sela, seperti kopi, cokelat, dan randu.

c. Penyiangan gulma. 

Gulma yang umum ditemui pada areal pertanaman kelapa sawit, antara lain Imperata cylindrica (alang-alang), Axonopus compressus (rumput pahit), Cyperus rotundus (rumput teki), Mimosa invisa (kucingan), Mikania micrantha (mikania), dan Ageratum conyzoides (babadotan).

Pengendalian gulma dilakukan pada piringan pokok gawangan, dan pasar pikul atau pasar rintis. Rotasi pengendalian dilakukan 3-4 kali per tahun. Ada 3 cara pengendalian gulma, yaitu secara mekanis, kimiawi, dan biologis. Pengendalian gulma secara mekanis biasanya menggunakan alat berupa sabit, cangkul, dan garpu. Pengendalian dengan cara ini dilakukan sebanyak 5-6 kali pada tahun pertama atau tergantung keadaan perkebunan. 

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida. Beberapa hebisida yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma adalah herbisida berbahan aktif glifosat (konsentrasi 2 l/500 l air), diuron, aminatriazol, florosipir, dan parakuat diklorida. Sementara itu pengendalian gulma secara biologi dengan menggunakan tumbuhan/ organisme tertentu bertujuan mengurangi populasi gulma. Untuk mendapatkan hasil efektif, pengendalian gulma pada tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan kombinasi ketiganya.

d. Penunasan pelepah. 

Untuk memperbaiki sirkulasi udara, di antara tajuk tanaman kelapa sawit dapat dilakukan penunasan pelepah. Hal ini juga dapat memudahkan proses pemanenan. Akan tetapi, penunasan pelepah pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan kecuali untuk mengurangi penguapan saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal penanaman. Jumlah yang dipertahankan pada tanaman umur kurang dari 8 tahun adalah 6-7 lingkar (48-56 pelepah), sedangkan umur lebih dari 8 tahun adalah 5-6 lingkar (40-48 pelepah).

e. Pemupukan. 

Sebelum dilakukan pemupukan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain piringan harus dibersihkan terlebih dahulu dari rumput, alang alang, atau kotoran lain. Pada areal yang datar, semua pupuk ditabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringan. Pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan kurang lebih dari dosis di bagian dalam teras dekat dinding bukit dan sisanya X bagian diberikan pada bagian luar teras. Bagian tanaman yang berperan aktif dalam penyerapan unsur hara adalah akar tanaman yang masih muda (rambut akar). 

Waktu terbaik untuk melakukan pemupukan adalah saat musim hujan. Saat tersebut kondisi tanah sangat lembap, tetapi tidak sampai tergenang air. Berdasarkan rekomendasi pemupukan yang ada, selama masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), tanaman kelapa sawit dipupuk sebanyak tiga kali dalam setahun. Pupuk yang diberikan adalah N, P, K, Mg, dan Borax Berikut disajikan jumlah (bagian) pupuk yang sebaiknya diberikan pada tanaman kelapa sawit TBM (Tabel). Tanaman kelapa sawit juga membutuhkan unsur lain yang terdapat dalam pupuk ZA TSP, KC, Kieserit, dan Borium. Secara umum dosis yang diberikan dapat dilihat pada Tabel. 

Pupuk untuk tanaman kelapa sawit pada masa belum menghasilkan
Pupuk untuk tanaman kelapa sawit TBM


Pemupukan TBM Kelapa sawit

Pemupukan kelapa sawit setelah 3 tahun
Pemupukan Tanaman kelapa sawit setelah umur 3 tahun

f. Kastrasi dan penyerbukan buatan.

Saat memasuki fase generatif, tanaman kelapa sawit membutuhkan perawatan yang berbeda dengan fase vegetatif. Pada fase generatif, kastrasi dilakukan pada tanaman kelapa sawit. Kastrasi adalah pembuangan secara menyeluruh bunga jantan atau bunga betina sebelum areal tersebut dipolinasi. Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga pertama, umur 12-24 bulan, atau selambat-lambatnya enam bulan sebelum panen pertama. Kastrasi bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghilangkan sumber infeksi hama dan penyakit. Pada tanaman kelapa sawit, penyerbukan alami dinilai kurang ekonomis karena jumlah buah yang dihasilkan lebih sedikit. Penyerbukan buatan dinilai lebih menguntungkan. Penyerbukan ini dapat dilakukan dengan bantuan serangga dan manusia. 

Pengendalian Hama dan Penyakit 

Salah satu pembatas produksi pada tanaman kelapa sawit adalah hama dan penyakit. Ada beberapa hama dan penyakit yang dapat menurunkan produksi kelapa sawit.

1. Hama

Hama yang sering menyerang pertanaman kelapa sawit, antara lain ulat api, ulat kantung, dan penggerek tandan buah.

a. Ulat api. 

Spesies ulat api yang sering menyerang tanaman kelapa sawit, antara lain Setora nitens, Darna trima, dan Ploneta diducta. Gejala yang ditimbulkan oleh ulat api adalah adanya lubang-lubang pada helaian daun. Pada serangan ringan, pengendalian dilakukan secara manual. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida yang berbahan aktif triazofos 242 g/l, karbaril 85%, dan klorpirofos 200 g/l. Sementara itu, pengendalian secara biologis menggunakan virus B. nudaurelia.

b. Ulat kantung. 

Ada tiga spesies ulat kantung yang sering menyerang tanaman kelapa sawit, yaitu Metisa plana, Mahasena corbetti, dan Crematosphisa pendul. Gejala yang ditimbulkan berupa lubang-lubang pada daun. Ulat betina berada dalam suatu wadah yang mirip kantong dan menggantung di permukaan atas atau bawah daun. 

Apabila serangan tidak terlalu parah, pengendalian dapat dilakukan secara mekanis, yaitu mengambil ulat-ulat yang menempel pada permukaan daun. Jika serangan cukup parah, pengendalian dapat menggunakan insektisida. Insektisida yang sering digunakan adalah insektisida dengan bahan aktif triklorfon 95% dengan dosis 1 kg/ha, kuinalfos 268 g/l, karbaril 85% dengan dosis 1 kg/ha, dan triazofos 420 g/l dengan dosis sebanyak 1 l/ha. Pengendalian biologis dapat dilakukan dengan menyebarkan predator Sycanus dichotomus dan parasit yang sering menyerang larva, antara lain Callmerus aracuver, Brachymeria sp. Fislistina sp. dan Carypus inferus. 

c. Penggerek tandan buah. 

Jenis ulat penggerek yang menyerang buah kelapa sawit, yaitu Tirathaba mundella. Gejala yang ditimbulkan berupa lubang-lubang pada buah muda atau buah tua. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida dengan bahan aktif triklorfon, endosulfan, atau lindane. Sementara itu, pengendalian secara biologi dapat menggunakan parasitoid dari kelompok Hymenoptera, family Braconidae dan ichneumonidae.

2. Penyakit

Beberapa penyakit yang banyak ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit yaitu penyakit daun bibit muda lantraknos), penyakit akar, dan penyakit tajuk. 

a. Penyakit daun bibit muda (antrachnose). 

Penyebab penyakit daun bibit muda adalah cendawan Melanconium elaedis, Glomerella singulato dan Botryodiplodia palmarum. Gejala yang ditimbulkan berupa bercak pada daun yang dikelilingi warna kuning. Warna tersebut merupakan batas antara bagian daun yang sehat dan sakit. Gejala lain berupa adanya warna cokelat atau hitam di antara tulang daun. Daun-daun yang terserang akan kering dan mengalami kematian. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengurangi naungan bibit sesuai dengan perkembangan umur tanaman. Pemangkasan juga dapat dilakukan pada bibit yang terserang. Pengendalian secara kimia biasanya menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb.

b. Penyakit akar (blast disease). 

Penyebab penyakit akar, yaitu cendawan Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp. Akar tanaman yang terserang cendawan ini akan menjadi lunak. Jika dibelah, akan terlihat jaringan antara berkas pembuluh pusat dan hipodermis yang hancur pada akar. Selain itu, daun bibit menjadi kusam dan berwarna kekuning-kuningan. Pengendalian dapat dilakukan dengan fungisida yang berbahan aktif benomyl dan tiram. Pengendaliannya dapat juga dengan penggunaan kapur pertanian untuk meningkatkan tingkat keasaman tanah sehingga media tanam yang digunakan tidak cocok untuk perkembangan cendawan. 

c. Penyakit tajuk (crown disease). 

Penyebab pasti penyakit tajuk belum diketahui. Gejala yang ditimbulkan berupa sobeknya helalan daun mulai dari pertengahan sampai ujung pelepah. Pelepah yang bengkok dan tidak berhelai daun merupakan gejala yang cukup serius. Pengendalian penyakit dapat menggunakan fungisida dengan bahan aktif mankozeb. Namun yang terpenting adalah melakukan penyeleksian bibit yang ketat sebelum dilakukan penanaman di lapang.

Panen

Cara penanganan panen yang benar dapat mempengaruhi jumlah tandan buah segar yang dapat dipanen. Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah yang masak berwarna merah jingga dengan kandungan minyak telah maksimal. Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya ke tempat pengumpulan hasil (TPH), Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi, sistem panen serta mutu panen. 

Berdasarkan tinggi tanaman cara panen di Indonesia ada tiga cara. Untuk tanaman dengan tinggi 2-3 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan tinggi 5-10 m dipanen dengan cara berdiri menggunakan alat kapak siam. Untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m, pemanenan dilakukan menggunakan alat arit bergagang panjang yang disebut egrek. Untuk memudahkan proses pemanenan sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dengan mempertimbangkan jumlah pelepah yang harus tetap ada di pohon. Pelepah yang ditunas diatur rapi di tengah gawangan mati.

Kriteria matang panen ditentukan oleh kandungan minyak dan asam lemak. Yang disebut sebagai buah masak adalah buah dengan kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas minimal. Saat ini, kriteria umum yang biasa dipakai adalah jumlah brondolan. Namun secara praktis, digunakan kriteria umum, yaitu setiap 1 kg tandan segar (TBS) terdapat dua brondolan. 

Kriteria lain yang perlu diperhatikan saat pemanenan adalah rotasi dan sistem panen. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia menggunakan rotasi panen tujuh hari. Artinya, satu areal panen harus dimasuki oleh pemanen tiap tujuh hari sekall. Rotasi panen dianggap baik jika buah tidak lewat panen. Umumnya rotasi tanam yang digunakan adalah 5/7. Artinya, dalam satu minggu ada lima hari panen dan masing-masing areal tanam diulangi tujuh hari berikutnya.

Pascapanen

Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk mendapatkan minyak yang berkualitas baik Ada dua macam hasil olahan utama TBS yaitu minyak sawit (hasil pengolahan daging buah) atau CPO (crude palm oid dan minyak inti sawit (hasil ekstraksi inti sawit) atau PKO (palm kernel oi). Setelah dilakukan pemanenan, TBS harus segera diolah, yaitu maksimal 24 jam setelah panen TBS. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Untuk itu, TBS harus segera diangkut dari kebun ke pabrik pengolahan. 

Pemilihan alat angkutan yang tepat dapat mengurangi tingkat kerusakan pada buah. Setelah sampai di tempat pengolahan, TBS segera ditimbang. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit.

Comments

Edukasi Terpopuler

Pada masa kemerdekaan, masa demokrasi parlementer, dan masa demokrasi terpimpin keadaan ekonomi Indonesia cenderung memburuk. Menurut pendapatmu, apa saja yang menyebabkan buruknya perekonomian Indonesia waktu itu? Jelaskan!

Pada masa kemerdekaan, masa demokrasi parlementer, dan masa demokrasi terpimpin keadaan ekonomi Indonesia cenderung memburuk. Menurut pendapatmu, apa saja yang menyebabkan buruknya perekonomian Indonesia waktu itu? Jelaskan!

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved