Skip to main content

Budi Daya Kopi Arabika dan Robusta: Pembibitan, Persiapan Lahan, Penanaman, Pemupukan, Pengendalian Hama, Panen, dan Pascapanen Kopi

Kopi robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl, sedangkan kopi arabika menghendaki ketinggian tempat 700–1700 m dpl. Selain ketinggian tempat, hujan juga merupakan faktor iklim yang penting. Tanaman kopi umumnya dapat tumbuh optimum di daerah dengan curah hujan 2000—3000 mm/tahun. Saat musim hujan berakhir,cabang-cabang primer sudah mulai menghasilkan kuncup bunga. Setelah itu, kuncup-kuncup yang akan menjadi calon bunga untuk beberapa saat akan beristirahat. Kuncup yang sedang beristirahat akan segera tumbuh kembali setelah hujan kiriman. Kuncup berkembang menjadi bunga dewasa setelah 7-8 hari. Namun, jika tidak ada hujan kiriman, tanaman kopi di perkebunan besar sering diairi agar bunga dapat tetap berkembang. 

Kopi menghendaki sinar matahari yang teratur. Umumnya kopi tidak menyukai penyinaran matahari langsung karena dapat mempengaruhi proses fotosintesis jika dalam jumlah banyak. Di samping itu, sinar matahari mempengaruhi terbentuknya kuncup bunga. Untuk mengatur datangnya sinar matahari, biasanya di antara tanaman kopi ditanam tanaman pelindung. Tanaman ini diatur agar tanaman kopi dapat tumbuh di tempat yang teduh, tetapi tetap mendapatkan penyinaran yang cukup untuk merangsang pembentukan bunga.

Angin mempunyai peranan yang besar dalam proses penyerbukan. Angin juga dapat mengakibatkan rusaknya tajuk tanaman atau menggugurkan bunga. Angin kencang pada musim kemarau akan mempercepat terjadinya penguapan air dari daun dan tanah (evapotranspirasi) sehingga mengakibatkan kekeringan. 

Cara Budi Daya Tanaman Kopi

biji kopi

Seperti halnya tanaman perkebunan lainnya, tanaman kopi termasuk jenis tanaman yang membutuhkan pemeliharaan secara intensif untuk menghasilkan biji kopi yang berkualitas baik. Berikut ini penjelasan secara singkat teknik budi daya tanaman kopi.

1. Penanaman dan pemeliharaan tanaman pelindung 

Tanaman kopi menghendaki intensitas sinar matahari tidak penuh dan teratur. Oleh karena itu, diperlukan tanaman pelindung untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk ke pertanaman. Tanaman penutup tanah juga diperlukan untuk mencegah erosi dan menekan tumbuhnya gulma.

Tanaman pelindung yang sering digunakan adalah dadap (Erythrina lithosperma), lamtoro (Leucaena sp.), sengon laut (Albizzia falcataria) dan tanaman pelindung sementara. Penanaman tanaman pelindung dilakukan pada awal musim hujan. Sengon laut ditanam 3-4 tahun sebelum penanaman kopi, sedangkan lamtoro ditanam dua tahun sebelum penanaman kopi. Apabila mendesak, tanaman tersebut dapat ditanam setahun sebelum penanaman kopi, tetapi harus ada tanaman pelindung sementara. Lamtoro ditanam dalam bentuk bibit semai, sedangkan sengon dapat ditanam dalam bentuk setek tinggi. 

Tahapan penanaman tanaman pelindung terdiri dari penyemaian benih di bedengan pemindahan bibit semai ke areal penanaman jika tanaman sudah berumur minimum 4-5 bulan, dan penanaman bibit di areal penanaman Lubang tanam yang biasa digunakan untuk tanaman pelindung adalah 40 cm x 40 cm x 40 cm. 

Tanaman yang dipilih sebagai tanaman pelindung adalah tanaman yang tidak bersifat 'manja' sehingga tidak membutuhkan perawatan yang merepotkan. Perawatan yang dilakukan meliputi pemangkasan tajuk dan penjarangan tanaman untuk memperoleh bentuk naungan yang dibutuhkan oleh tanaman kopi.

2. Penyemaian dan penyediaan bibit

Bibit yang baru dibeli sebaiknya tidak langsung ditanam. Bibit-bibit tersebut dipelihara terlebih dahulu selama 2-3 minggu, terutama bibit yang berasal dari kondisi lahan yang berbeda. Tujuannya agar tanaman tersebut dapat beradaptasi di lapang sehingga mengurangi tingkat kematian saat penanaman.

Pemilihan bibit tanaman merupakan salah satu langkah awal agar budi daya tanaman dapat berhasil. Pemilihan bibit tanaman kopi mencakup pemilihan varietas/klon yang cocok, macam-macam bibit serta sumber benih dan bibit. Ada dua jenis bibit kopi, yaitu bibit generatif dan bibit vegetatif. 

Bibit generatif diperoleh dengan cara menyemaikan benih. Benih ini boleh digunakan jika berasal dari benih hasil persilangan pertama yang berasal dari penangkar benih terpercaya. Bibit vegetatif diperoleh dengan cara memperbanyak bagian tanaman selain benih, misalnya bibit cangkokan, sambungan, okulasi atau setek, dan kultur jaringan.

Benih dan bibit dapat dipesan/dibeli langsung ke PT Perkebunan terdekat (misalnya PTP XXIII, PTP XXVI), balai perkebunan terdekat (Balai Penelitian Kopi dan Kakao Jember) atau perusahaan perkebunan terdekat yang khusus membuat benih bibit kopi.

Tempat penyemaian yang baru dan pertama kali digunakan harus disiapkan sekitar 15 bulan sebelum penyemaian benih. Waktu ini digunakan untuk menyiapkan tanaman pelindung. Caranya adalah tunggul bekas pohon dibersihkan, lalu tanah dicangkul. Selanjutnya, tanah ditanami dengan tanaman pelindung dan penutup tanah yang tahan terhadap cacing pohon kopi, seperti Crotalaria, Salvia, dan Leucaena. Jika tajuk tanaman telah rimbun, benih segera disemaikan. 

Tinggi pohon naungan di pembibitan sebaiknya sekitar 2,5-3 m. Biasanya penyemaian untuk bibit dilakukan pada bulan Februari Maret. Dengan demikian, pertengahan bulan November-Desember atau awal musim hujan, bibit sudah berumur 8-9 bulan dan siap ditanam di lapang. Bibit tersebut biasanya sudah memiliki 6-7 pasang daun dengan kondisi yang sudah cukup kuat untuk dipindahkan. 

Untuk melakukan penyemaian, perlu menyiapkan bedengan yang dilengkapi atap agar bibit terlindungi dari hujan lebat dan tanah tidak cepat kering, Atap dibuat dari daun kelapa, jerami, atau alang-alang. Setelah itu, pasit/ humus setebal 5 cm ditabur di atas tanah bedengan dan disiram dengan air secukupnya. Selanjutnya, benih-benih yang telah disediakan ditanam pada bedengan dengan jarak antar benih 3-4 cm dan jarak antar baris 5 cm. Benih kemudian disiram hingga tanah menjadi lembap. 

Pemindahan bibit ke bedengan pembibitan dilakukan saat bibit semai sudah berumur 2-3 bulan. Pembibitan dapat langsung dilakukan di bedengan tanah atau di polibag. Seperti halnya penyemaian, pembibitan juga dilakukan di tempat yag teduh. Persiapan pembibitan di bedengan tanah hampir sama dengan penyiapan bedengan pada tahapan persemaian. 

Lubang tanam dibuat dengan menggunakan sendok tanah atau tugal. Selanjutnya, bibit semai (beserta tanah di sekitar akar) dipindahkan secara hati-hati dengan menggunakan sendok ke dalam lubang tanam yang telah disediakan. Lubang kemudian ditutup menggunakan tanah dan disiram dengan air secukupnya agar tanah agak memadat. Setelah enam bulan di pembibitan, tanaman dipindahkan ke areal penanaman. 

Pembibitan menggunakan polibag hampir sama dengan pembibitan dengan bedengan. Pada pembibitan menggunakan polibag, polibag diisi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 hingga 3/4 bagian. Bibit ditanam ke dalam media di dalam polibag. Selanjutnya, polibag polibag tersebut diletakkan di bedengan secara berderet dengan jarak 30 cm x 30 cm dan disiram air secukupnya.

Perbanyakan vegetatif dengan cara setek jarang dilakukan karena kemungkinan hidupnya kecil. Cara perbanyak yang banyak dilakukan adalah menyambung, Batang bawah yang digunakan harus sudah teruji kualitas dan produksinya. Sementara itu, batang atas diperoleh dari batang batang yang sudah tua. Batang batang tersebut dipotong serendah mungkin dengan meninggalkan 2-3 tunas. Bila waktu sudah dianggap cukup, selanjutnya dapat dilakukan penyambungan. Pada sambungan yang sudah cukup besar, akan tumbuh tunas baru. Tunas tunas baru inilah yang digunakan sebagai batang atas. 

3. Persiapan lahan

Lahan yang akan digunakan untuk penanaman kopi dibedakan menjadi tiga, yaitu lahan yang baru akan ditanami, lahan bekas pertanaman komoditas lain, dan lahan bekas pertanaman kopi, tetapi tidak produktif (tanaman tua/ tanaman rusak).

Lahan yang baru akan ditanam dilakukan penebangan pohon beserta tunggulnya sekitar 2 - 3,5 tahun sebelum ditanam. Tanah kemudian diolah secara hati-hati agar tidak merusak lapisan humus. Tahapan selanjutnya adalah penanaman tanaman pelindung sekitar 2-3 tahun sebelum penanaman tanaman kopi. Jika menghendaki penanaman kopi dalam waktu yang lebih singkat, dilakukan land clearing dan penanaman pohon pelindung setahun sebelum penanaman kopi. Namun, pelindung yang ditanam harus dua macam yaitu tanaman pelindung utama dan pelindung sementara. 

Jika lahan yang akan digunakan adalah lahan bekas tanaman perkebunan, persiapan lahan dengan cara pembersihan tanah dari pohon pohon dan sisanya 1,5-3 tahun sebelum penanaman kopi. Selanjutnya, dilakukan pengolahan tanah perbaikan teras, jalan, serta saluran drainase yang rusak. Lahan kemudian ditanami tanaman penutup tanah dan tanaman pelindung.

Apabila lahan yang digunakan bekas penanaman kopi yang tidak produktif, persiapan dilakukan dengan cara tanaman kopi dan seluruh tanggulnya ditebang, perbaikan teras, jalan, dan saluran drainase yang rusak, pemangkasan tanaman pelindung bila terlihat masih baik agar cepat tumbuh, penggantian tanaman penutup tanah yang telah rusak. Penanaman kopi dilakukan jika pohon pelindung sudah cukup rindang.

4. Penanaman 

Tahapan awal penanaman adalah pembuatan lubang tanam. Lubang tanam dibuat 3-6 bulan sebelum tanam. Lubang berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm atau 75 cm x 75 cm x 75 cm. Kemudian jarak tanam ideal yang dianjurkan oleh Dirjen Perkebunan adalah 2,5 m x 2,5 m atau 2,75 m x 2,75 m untuk kopi robusta dan 2,5 m x 2,5 m untuk kopi arabika. 

Namun hal ini bersifat relatif tergantung ketinggian tempat. Semakin tinggi tempat, jarak tanam akan semakin renggang. Semakin rendah tempat dari permukaan laut, jarak tanam semakin rapat. Letak lubang tanam dibuat dengan tali rafia yang diberi tanda jarak tanam sehingga barisan lubang tanam lurus dan jaraknya teratur. Setelah letak lubang ditentukan diberi tanda berupa ajir.

Saat penggalian lubang tanah galian dipisahkan, yaitu bagian atas di sebelah kanan dan tanah bagian bawah diletakkan di sebelah kiri. Sekitar dua bulan sebelum penanaman masing masing bagian tanah galian dicampur dengan 200 g belerang dan 200 g kapur. Sekitar 0,5–1 bulan sebelum tanam, tanah galian sebelah kiri dimasukkan ke dalam lubang. Tanah bagian atas dicampur dengan 20 L pupuk kandang/kompos. kemudian dimasukkan ke dalam lubang. Lubang yang telah ditutup diberi tanda dengan air di bagian tengahnya agar mudah mencarinya sewaktu akan menanam.

Setelah tanaman pelindung dan lubang tanam siap, dilakukan penanaman. Tahapan pertama penanaman adalah penggalian lubang tanam yang telah ditutup dengan ukuran yang lebih kecil. Ukurannya kira-kira sedikit lebih besar dari media tanah yang membungkus akar bibit Polibag yang membungkus media bibit kemudian dilepas perlahan-lahan.

Tanahnya dikorek hingga akar menjadi lurus. Selanjutnya, daun-daun yang terdapat pada bibit dipotong hingga tersisa 1/4 atau 1/3 bagian untuk mengurangi penguapan. Bibit kemudian dimasukkan bibit hingga batas leher akar. Lubang ditutup dengan tanah yang telah disediakan sebelumnya. Selanjutnya, lubang disiram dengan air secukupnya. Jika perlu, tanaman diberi pengapit agar tidak mudah roboh.

5. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman pada tanaman kopi meliputi penyulaman pemupukan pemangkasan, dan penyiangan gulma.

a. Penyulaman

Saat berumur dua minggu setelah tanam, bibit tanaman diperiksa dua kali seminggu. Jika sudah berumur 2-4 minggu, bibit diperiksa satu kali seminggu. Selama enam bulan berikutnya, kebun diperiksa satu kali sebulan. Jika dalam pemeriksaan tersebut ditemukan bibit yang mati atau gagal tumbuh, harus segera dilakukan penyulaman. Bibit yang digunakan untuk menyulam adalah bibit yang telah disiapkan sebelumnya. Cara memindahkan bibit sulaman jangan dilakukan dengan cabutan, tetapi dengan cara puteran agar tumbuhnya lebih cepat.

Pemeliharaan terhadap tanaman sulaman harus lebih intensif daripada tanaman lainnya dengan tujuan agar pertumbuhan tanaman sulaman menyamai pertumbuhan tanaman yang lain. 

b. Pemupukan

Kebutuhan unsur hara pada tanaman dapat dipenuhi dengan cara pemupukan. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik ataupun anorganik. Pupuk organik yang biasa digunakan berupa mulsa-mulsa yang berasal dari daun-daun, serasah sekitar kopi, rumput hasil penyiangan, bahan hasil pemangkasan pohon pelindung dan tanaman penutup tanah, serta daging buah kopi yang sudah mengering. Pada tanah yang cukup liat, pupuk kandang atau kompos juga sering diberikan pada tanaman kopi. Jumlah pupuk yang diberikan sekitar 20-40 liter per tanaman, tergantung umur tanaman. Pupuk tersebut diberikan 1-2 tahun sekali pada awal musim hujan bersamaan dengan pemberian pupuk buatan. Caranya, pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang pupuk kemudian dicampur dengan pupuk buatan. Pada tanah yang sangat masam (pH<4.5), pemberian pupuk kandang disertai dengan pemberian kapur sebanyak 1/4 - 2/3 kg per tanaman yang diberikan sekali dalam 2-4 tahun.

c. Pemangkasan 

Tanaman yang tidak dipangkas akan mudah terserang penyakit karena tajuk menjadi rimbun dan lembap. Oleh karena itu, pemangkasan perlu dilakukan, baik pada batang maupun pada cabang. Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada awal atau akhir musim hujan setelah pemupukan. Tujuannya agar tanaman mempunyai cadangan makanan yang cukup sebelum dipangkas.

Ada empat tahapan dalam pemangkasan kopi, yaitu pemangkasan pembentukan tajuk, produksi atau pemeliharaan cabang primer dan peremajaan. Pemangkasan tajuk bertujuan untuk membentuk kerangka pohon sehingga tanaman tidak terlalu tinggi, menghasilkan cabang yang kuat letaknya teratur, arahnya menyebar, dan produktif. Pemangkasan tajuk dibedakan menjadi dua, yaitu pemangkasan untuk membentuk tajuk berbatang tunggal dan tajuk berbatang ganda. Pemangkasan tajuk berbatang tunggal untuk tanaman berbatang kuat dilakukan sekali tanpa bayonet. 

Bayonet adalah cabang reproduktif yang dibiarkan tumbuh setelah pemangkasan batang. Untuk tanaman berbatang lemah, pemangkasan dilakukan 1-2 kali dengan memelihara 1—2 bayonet. Pemangkasan tajuk berbatang ganda banyak dilakukan di perkebunan rakyat pada tanaman kopi robusta yang diusahakan secara intensif, terutama yang terletak di dataran rendah. Pemangkasan sistem ini akan terbentuk satu tunggul (batang utama) yang menyangga beberapa cabang reproduksi. 

Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki, cabang yang sakit, dan cabang yang tidak produktif. Pemangkasan ini ada dua jenis, yaitu pemangkasan ringan dan pemangkasan berat. Pemangkasan ringan dilakukan sebulan sekali pada musim kemarau atau dua bulan sekali pada musim hujan. Pemangkasan ini ditujukan untuk menghilangkan wiwilan yang tidak dikehendaki. Pemangkasan cukup dilakukan dengan menggunakan tangan. Pemangkasan berat dilakukan setelah panen dan diulangi lagi setiap tiga bulan sekali. Pemangkasan ini dilakukan terhadap wiwilan cabang primer yang sudah tua, dan tidak produktif, cabang-cabang lain yang terserang hama dan penyakit, cabang cacing, cabang balik, cabang liar, serta daun daun dan cabang yang mengering.

Pemangkasan cabang primer bertujuan untuk merangsang terbentuknya cabang sekunder dan mencegah pertumbuhan cabang primer yang terlalu panjang sehingga tanaman dapat menghasilkan buah yang banyak dan kontinu.

Pemangkasan peremajaan dilakukan terhadap tanaman yang sudah tua dan tidak produktif (produksi kurang dari 400 kg/ha/tahun dan bentuk tajuk sudah tidak menentu). Pemangkasan ini dilakukan setelah panen raya atau pada akhir musim kemarau menjelang musim hujan. Sekitar dua minggu sebelum pemangkasan, tanaman harus dipupuk terlebih dahulu agar cabang dapat tumbuh sempurna.

d. Pengendalian gulma

Penyiangan dilakukan pada tahapan pembibitan dan perawatan tanaman yang telah ditanam di lapangan. Bedengan pembibitan harus selalu dibersihkan dari gulma dengan melakukan penyiangan tiga minggu sekali. Untuk mencegah tumbuhnya gulma, bedengan pembibitan harus segera ditanami tanaman penutup tanah. Apabila gulma masih tumbuh juga, dapat dikendalikan dengan herbisida Roundup atau Basta 150WCS sesuai dengan dosis anjuran. 

Pengendalian gulma di daerah perakaran dapat dilakukan dengan menggunakan mulsa. Jika gulma masih lebat, penyiangan dapat dilakukan dengan tangan atau kored. Daerah perakaran tidak dianjurkan penyiangan menggunakan cangkul karena dapat merusak perakaran. Pada tanaman muda, penyiangan dilakukan 3-4 minggu sekali, sedangkan pada tanaman dewasa disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.

Pertanaman kopi dianjurkan bersih dari gulma terutama daerah piringan tanaman. Pengendalian gulma di luar daerah piringan dapat dilakukan dengan penanaman tanaman penutup tanah. Jika gulma masih tumbuh lebat, gulma dapat disiangi dengan menggunakan cangkul atau aplikasi herbisida.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit 

Salah satu komponen penting dalam budi daya adalah pengendalian hama dan penyakit yang benar dan tidak merusak lingkungan. Tidak semua serangga disebut hama. Begitu pula dengan berbagai organisme mikroorganisme lainya. Tergantung jenis kerusakan dan tingkat kerugian yang ditimbulkannya. 

a. Hama

Berikut ini beberapa hama utama yang sering dijumpai di areal pertanaman kopi. Beberapa di antaranya adalah Stephanoderes hampel, X morigerus, dan X compactus. 

Penggerek buah kopi (Stephanoderes hampei).

Penggerek buah kopi merupakan kumbang berukuran 0,7–1,7 mm. Badannya bulat dengan kepala berbentuk segitiga yang ditutupi oleh rambut halus. Gejala yang ditimbulkan berupa gerekan-gerekan pada biji kopi yang sudah cukup keras. Hama ini tidak menyerang buah di kebun, tetapi menyerang buah di penyimpanan. Kumbang yang telah menggerek biji, meletakkan telurnya dalam lubang gerekan. Selain hidup dalam buah kopi, kumbang ini Juga hidup dan menyerang tanaman Tephrosia sp., Crotalaria sp., Caesalpinia sp., dan Leucaena glauca yang sering digunakan sebagai tanaman pelindung/ penutup tanah. 

Pengendalian hama bubuk kopi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara biologis, mekanis, dan kimia. Cara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami, seperti Prarops nasuta, Heterospilus coffeicola, Desydimus rubiginosus, cendawan Botrytis stephanoderes, dan Specasia javanica. Selain itu, tanaman pelindung dan penutup tanah yang terserang bubuk harus segera disingkirkan. Cara mekanis, yaitu dengan melakukan rempesan, lelesan, dan petik bubuk. Rempesan adalah pemetikan buah kopi hingga bersih, termasuk buah yang masih muda. Cara ini dilakukan jika banyak buah yang terserang. Sementara itu, lelesan adalah memungut buah terserang yang jatuh karena pemetikan atau karena terserang hama. Petik bubuk adalah pemetikan buah kopi yang berlubang bersamaan dengan pekerjaan lain seperti pemangkasan. Cara ketiga yang digunakan untuk pengendalian hama ini adalah cara kimia. Jenis pestisida yang dianjurkan adalah insektisida dengan bahan aktif carbaryl 85% dan methidathion.

Penggerek cabang cokelat dan hitam (Xyleborus morigerus dan X. compactus).

Hama ini berupa kumbang berukuran kecil dan sering menggerek cabang dan ranting kopi. Kumbang kumbang ini hidup dalam liang gerekan. Serangan hama ini akan diperparah dengan adanya cendawan Diplodia dan Fusarium dalam cabang gerekan. Cendawan tersebut akan menyumbat pembuluh pada cabang dan ranting sehingga dapat menyebabkan kematian. 

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara biologis dan mekanis. Pengendalian secara biologis dilakukan dengan melepaskan parasit Tetratichus xylebororum. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan memangkas bagian yang terserang, kemudian dibakar. Di samping itu, dapat dilakukan dengan pemangkasan naungan, terutama pada musim hujan sehingga pertumbuhan cendawan dapat ditekan.

b. Penyakit

Penyakit utama yang sering ditemui di areal pertanaman kopi, antara lain karat daun dan jamur upas.

Penyakit karat daun.

Penyakit karat daun disebabkan oleh cendawan Hemileia vastatrix. Gejala yang ditimbulkan awalnya berupa bercak bercak kuning pada daun. Semakin lama, bercak semakin membesar dan menyatu, lalu mengering mulai dari pusat bercak. Jika serangan berat, semua daun pada pohon dapat gugur dan akhirnya tanaman mengalami kematian. 

Pengendalian penyakit dapat menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb. Sebagai tindakan pencegahan penyemprotan dilakukan setiap menjelang musim hujan dengan interval penyemprotan sekali dalam tiga minggu. 

Penyakit jamur upas.

Penyakit jamur upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor. Patogen ini menyerang bagian bawah cabang dan ranting, Gejala awal ditandai dengan adanya miselium tipis yang berserabut pada bagian tanaman yang terserang. Selanjutnya, miselium membentuk bintil dan berubah warna menjadi kemerahan. Pada serangan lanjut, bagian tanaman yang terserang akan mengering, kemudian daun layu dan menggantung pada ranting. 

Pengendalian dapat dilakukan dengan mengurangi kelembapan melalui pemangkasan naungan secara teratur. Cara lainnya adalah bagian tanaman yang terserang diolesi dengan bubur Bordeaux atau Carbolineum 596, kemudian dipotong dan dibakar. Pemotongan dilakukan pada bagian tanaman yang masih sehat. Jika di sekitar kebun terdapat tanaman Tephrosia sp., atau Leucaena sp, harus diwaspadai karena dapat menjadi inang jamur upas Jika tanaman tersebut terserang, bagian yang terserang harus segera diobati dan dipangkas.

7. Panen

Pemanenan buah kopi dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pemetikan pendahuluan, petik merah, dan petik hijau (racutan). Pemetikan pendahuluan dilakukan pada bulan Februari-Maret untuk memetik buah yang terkena serangan bubuk kopi, Kopi yang diserang sudah berwarna kuning sebelum umur delapan bulan. Buah-buah yang telah dipanen langsung dijemur dan diolah secara kering. 

Tanaman kopi yang dirawat dengan baik sudah dapat berproduksi pada umur 2,5-3 tahun, tergantung iklim dan jenisnya. Panen kopi secara bertahap. Hal ini karena keluarnya bunga tidak serempak sehingga buah yang matang pun tidak serempak.

Petik merah dilakukan saat panen raya, yaitu pada bulan Juni. Buah-buah yang dipetik berwarna merah. Panen raya berlangsung selama 4-5 bulan dengan giliran pemetikan 10–14 hari. Buah hijau yang terbawa saat panen harus dipisahkan dari buah yang berwarna merah. 

Petik hijau atau racutan dilakukan jika sisa buah di pohon sekitar 10%. Pemanenan dilakukan dengan memetik semua buah yang tersisa, baik yang merah maupun yang hijau. Setelah dipetik, buah yang berwarna merah dipisahkan dari buah yang berwarna hijau. Umumnya panen buah kopi hanya membutuhkan alat yang sederhana. Alat yang dibutuhkan untuk pemanenan adalah keranjang bambu yang berukuran kecil atau tas dari daun pandan yang mudah dibawa serta karung goni. 

Untuk tanaman yang tinggi dan tidak terjangkau oleh tangan, saat pemanenan dapat digunakan tangga segi tiga (tangga berkaki tiga atau empat). Tangga ini membantu pemanenan tanpa merusak tajuk. Buah kopi dipetik satu per satu dengan tangan kemudian dimasukkan ke dalam keranjang Buah yang berlainan warna ditempatkan dalam wadah yang berbeda. Selanjutnya, buah dibawa ke tempat penimbangan atau pengolahan untuk ditangani lebih lanjut.

8. Pascapanen

Proses pascapanen dapat menentukan mutu hasil panen. Penanganan kopi setelah panen, mulai dari sortasi (pemilihan) gelondong, pengolahan, sortasi biji, hingga pengepakan/penyimpanan.

Jumlah biji yang dapat dipanen pertama kali hanya sedikit Jumlah tersebut dapat meningkat dari tahun ke tahun dan mencapai puncaknya pada saat tanaman berumur 7-9 tahun untuk memperoleh hasil yang optimal, buah kopi yang dipanen adalah buah yang kulitnya sudah berwarna merah. Waktu yang dibutuhkan dari kuncup bunga hingga buah siap dipetik adalah 8 bulan untuk robusta dan 6-8 bulan untuk kopi arabika.

Kopi yang sudah dipetik harus segera diolah lebih lanjut dan tidak boleh dibiarkan selama lebih dari 12-20 jam. Jika tidak segera diolah, kopi akan mengalami fermentasi sehingga dapat menurunkan kualitas hasil panen. Jika terpaksa belum diolah, kopi harus direndam dalam air bersih yang mengalir.

Buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Pengolahan kopi bertujuan untuk memisahkan kopi dari kulit arinya dan untuk memperoleh kadar air tertentu sehingga siap dipasarkan. Kadar air biji kopi yang optimum, yaitu 10-13%. Jika lebih dari 13%, biji akan mudah terserang cendawan. Sementara itu, kadar air yang kurang dari 10% dapat menyebabkan biji mudah pecah. 

Umumnya ada dua cara pengolahan kopi, yaitu pengolahan kering dan pengolahan basah. Pengolahan kering sangat cocok untuk lahan yang tidak terlalu luas karena alatnya sederhana dan biaya investasi rendah. Pengolahan ini ditujukan untuk kopi robusta. Kopitersebut sudah dapat menghasilkan mutu yang baik tanpa fermentasi. Sementara itu, kopi arabika sedapat mungkin diolah secara basah karena memerlukan proses fermentasi agar kopi yang dihasilkan bermutu tinggi.

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved