Skip to main content

Budi Daya Lada: Pembibitan, Persiapan Tiang Panjatan, Penanaman, Pemangkasan, Pemupukan, Penanggulangan Hama, Panen dan Pascapanen Lada

Curah hujan yang dikehendaki tanaman lada antara 2000—3000 mm/tahun atau rata-rata 2.300 mm/tahun. Suhu yang sesuai untuk tanaman lada sekitar 20-34° C. Kisaran suhu terbaik antara 21-27° C pada pagi hari, 26-32° C pada siang hari, dan 24—30°C pada sore hari. Kelembapan udara juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman lada. Kelembapan yang sesuai untuk pertumbuhannya, yaitu 50-100%.

Tanaman lada umumnya dapat tumbuh baik pada jenis tanah podsolik, andosol, latosol, dan granosol dengan tingkat kesuburan dan drainase yang baik. Selain sifat dan jenis tanah pertumbuhan dan produktivitas tanaman lada juga dipengaruhi oleh kedalaman air tanah. 

Kedalaman air tanah yang ideal tidak dapat ditentukan dengan mudah. Namun, air tanah yang mempunyal kedalaman hanya sekitar 0,5 cm di bawah permukaan tanah tidak dapat ditolerir oleh tanaman lada. Agar ketinggian air dapat diperdalam, sebaiknya tanaman lada ditanam di bedengan dengan ketinggian minimal 15 cm dan di sekeliling kebun dibuatkan selokan sedalam 50 cm. 

Berdasarkan teknik budi dayanya, saat ini dikenal lada tiang panjat dan lada perdu. Bibit lada yang digunakan untuk perbanyakan lada tiang panjat berasal dari setek sulur panjat dan penanamannya menggunakan tiang panjat. Lada perdu perbanyakannya diambil dari setek sulur (cabang) buah dan penanamannya tanpa tiang panjat.

Bibit harus diambil dari pohon yang sudah berumur dua tahun dan telah mengalami pemangkasan pertama pada umur 8-10 bulan dan pemangkasan kedua pada umur 18-20 bulan. Berikut ini cara Budi Daya Lada dari Pembibitan, Persiapan Tiang Panjatan, Penanaman, Pemangkasan, Pemupukan, Penanggulangan Hama, Panen dan Pascapanen Lada.

Cara Budi Daya Tanaman Lada

lada

Budi daya tanaman lada tidak seperti tanaman lainnya. Sebelum dilakukan penanaman lada panjat, harus disediakan tiang panjat dari tanaman hidup atau tanaman yang sudah mati. Berikut ini disebutkan secara rinci mengenai cara pembibitan tanaman lada perdu maupun lada panjat dan teknik-teknik penanaman serta pemeliharaan tanaman. 

1. Penyediaan bibit

Pembibitan dapat dilakukan secara generatif dan secara vegetatif. Pembibitan dengan cara setek (vegetatif) merupakan cara yang praktis dan efisien. Bibit yang dihasilkan pun memiliki sifat yang sama dengan induknya. Bibit harus memenuhi persyaratan antara lain kemurnian jenis terjamin, diperoleh dari pohon induk yang sehat dan memiliki ukuran optimum.

a. Pembibitan lada panjat

Pembibitan lada dengan tiang panjat terdapat dua ukuran setek, yaitu ukuran tujuh ruas dan satu ruas (setek berdaun satu). Setek tujuh ruas merupakan setek yang diambil dari pohon induk sebanyak tujuh ruas. 

Setek tujuh ruas ini dapat langsung ditanam. Pengambilan setek sebaiknya menjelang waktu tanam. Adapun cara pengambilan setek tujuh sebagai berikut.

  1. Dipilih satu cabang orthotropis yang kuat, berumur dua tahun atau lebih, dan sudah dipangkas pertama dan kedua. Batang tersebut harus mempunyai ruas minimum tujuh ruas. 
  2. Cabang tanaman dipotong hingga membentuk setek. Pemotongan dilakukan tanpa harus dikeluarkan dari tiang panjat. 
  3. Bagian ujungnya dipotong dan dibuang per cabang pada ruas 3-4. 
  4. Setelah 7-10 hari, setek dipotong di ruas pertama. Saat itu, biasanya pucuk baru mulai tumbuh dan luka akibat pemotongan sudah tertutup oleh kulit baru (kalus). Setelah dipotong, setek dapat dilepaskan dari tiang panjat.

Tanaman lada sangat mungkin disetek dengan satu buku yang masih berdaun dan berakar pelekat. Hal ini disebabkan batang dan cabang tanaman yang buku-bukunya dilengkapi akar pelekat akan mudah berakar jika disetek. Setek satu buku disebut juga dengan setek daun. Langkah-langkah untuk melakukan setek daun pada tanaman lada adalah sebagai berikut. 

  1. Pengambilan bahan setek Bahan ini berasal dari cabang yang sehat, berwarna agak merah, dan cukup keras. Potongan bahan setek dimasukkan ke dalam air agar tetap segar sebelum dicelupkan ke dalam hormon. Pencelupan ke dalam hormon untuk merangsang pertumbuhan akar Jenis hormon yang dapat digunakan, yaitu Rootone atau Rhizophon. 
  2. Penyemaian bahan setek Setelah dicelupkan dalam hormon, setek dapat disemai di media persemaian. Tekstur tanah untuk penyemaian sebaiknya tidak terlalu banyak mengandung pasir. Jika media terlalu banyak pasir, ujung setek akan mudah mengering. 
  3. Pemberian naungan. Setek daun tidak tahan terhadap sengatan sinar matahari. Persemaian perlu diberi pelindung berupa atap atau daun-daunan. Tanaman yang biasa digunakan untuk pelindung, yaitu Gleichnia sp. (paku payung, paku kurung, dan pakis pranjangan).
  4. Penanaman. Setek daun ditanam agak miring pada bedengan selebar 1 m. Jarak tanam diatur sedekat mungkin dengan jarak sekitar 5 cm supaya tidak saling tindih. Setek ditanam dalam dua larikan dengan daun saling berhadapan. 
  5. Pemindahan bibit setek ke polibag. Setek daun yang sudah berakar banyak dapat dipindahkan ke dalam kantong plastik Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 7:3. Selanjutnya, bibit setek dapat disusun rapi pada suatu tempat, diberi tiang panjat sementara, dan pelindung yang rapat berupa paku-pakuan. 

b. Pembibitan lada perdu

Saat ini telah dikenal adanya lada perdu. Jenis tersebut tidak membutuhkan tiang panjat sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Penanaman lada perdu menghasilkan populasi per satuan luas lebih banyak, produksinya lebih awal, dan dapat dilakukan secara multiple cropping (tumpang sari) atau intercropping (tanaman sela) di antara tanaman kelapa atau tanaman lainnya.

Setek bibit lada perdu dapat dibuat dengan dua cara, yaitu setek cabang bertapak dan setek cabang buah. Setek cabang bertapak merupakan setek berdaun 3-4 helai yang disertai satu buku sulur panjat dan dibuat dari cabang primer. Tunas tidur dan daun penumpu yang ada pada buku sulur panjat harus dipotong agar tidak terbentuk sulur panjat. Setek cabang bertapak tergolong cara setek yang kurang efisien karena cabang tersebut ada cabang sekunder dan tersier yang berpotensi sebagai bahan setek. Meskipun demikian, perbanyakan dengan setek bertapak akan lebih mudah berhasil. Hal ini disebabkan oleh adanya satu sulur panjat di pangkal setek yang akar atau primordia akarnya sudah ada pada sulur panjat sebagai tapak. Cara setek yang kedua adalah setek cabang buah. Setek cabang buah diambil dari cabang primer, sekunder, dan tersier. 

Cabang-cabang tersebut cenderung sulit berakar karena bagian buku tidak memiliki primordia akar. Setek cabang buah menyertakan 1-3 helai daun. Teknik-teknik yang digunakan untuk menyemai setek cabang buah hampir sama dengan setek cabang bertapak. 

Untuk merangsang pertumbuhan akar dan tunas dalam waktu yang relatif singkat dapat menggunakan zat perangsang. Salah satunya adalah dengan mencelupkan setek dalam urine sapi. Urine sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan akar setek lada. Lama perendaman hanya beberapa saat saja. Diduga bahwa auksin yang terdapat dalam urine sapi dapat merangsang pembelahan dan pembesaran sel sehingga pertumbuhan akar terangsang. Pertumbuhan akar yang cepat dan banyak sangat membantu berlangsungnya pengangkutan zat hara.

2. Persiapan lahan

Pengolahan lahan merupakan tahap awal sebelum dilakukan penanaman. Untuk lahan yang banyak alang-alang dan pepohonan kecil, kegiatan pembersihan bukan hanya menebang pohon, tetapi juga membuang tunggulnya. Jika lahan hanya ditumbuhi alang-alang, selain cara manual, cara kimia menggunakan herbisida sistemik juga dapat dilakukan. Untuk lahan yang ditumbuhi hutan sekunder, pepohonan dibersihkan dengan cara ditebang, dibongkar tunggulnya, dicacah, dan ditumpuk di antara calon barisan tanaman.

Setelah dibersihkan dari gulma, semak dan pepohonan, tanah diolah dengan cangkul, traktor, atau alat lainnya. Lahan yang bervegetasi alang-alang dan gulma diolah sebanyak dua kali dalam sebulan. Lahan yang bervegetasi hutan sekunder diolah tiga kali sebulan Tanah dibiarkan selama dua minggu, kemudian digaru. Setelah diolah tanah diratakan dan dibagi menjadi beberapa petakan. Petakan dibuat agar pengelolaan tanaman menjadi mudah. Selain itu, petakan Juga dapat berguna untuk menghemat biaya produksi karena pengolahan tanah dilakukan hanya pada tapak lubang tanam. 

3. Pembuatan bedengan

Setelah pengolahan lahan, langkah selanjutnya adalah pembuatan bedengan. Bedengan hanya dibuat pada tanah datar dan mempunyai air tanah yang dangkal. Tanah miring tidak perlu lagi dibuat bedengan karena sudah berupa teras. Bedengan dibuat dengan cara membuat guludan-guludan. Jarak antar guludan sekitar 2 m yang dipisahkan dengan saluran air atau parit dengan kedalaman sekitar 30 cm. Parit ini berfungsi sebagai saluran pembuangan air. 

4. Persiapan tiang panjatan

Ada dua jenis tiang panjatan untuk tanaman lada, yaitu panjatan hidup dan mati. Panjatan hidup dapat ditanam beberapa bulan sebelum penanaman lada atau bersamaan dengan penanaman lada. Penanaman panjatan hidup sebelum penanaman biasanya dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus atau sebelum pengolahan tanah. Tinggi setek yang ditanam sekitar 60-75 cm. Letak tiang panjatan di tengah-tengah bedengan dan berdekatan dengan lubang tanam. Beberapa jenis tanaman yang sering digunakan, yaitu dadap. lamtoro gung, kapok, dan kalikiria. Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan tiang panjat hidup, antara lain kadar nitrogen meningkat dan dedaunan hasil pangkasan dapat digunakan untuk mulsa. Kerugiannya adalah dapat bersaing dengan tanaman lada dalam hal pengambilan air, hara, cahaya, serta dapat menjadi inang hama dan penyakit.

Untuk panjatan mati, dapat menggunakan semua jenis kayu, kecuali bambu. Beberapa jenis kayu mati yang dapat digunakan sebagai panjatan yaitu kayu mendaru, kayu melangit, kayu gelam, dan kayu belian (kayu ulin serta kayu besi). Selain kayu mati, tiang beton juga dapat digunakan untuk panjatan mati karena permukaannya yang kasar sehingga mudah ditempeli oleh akar lekat tanaman lada. Keuntungan panjatan mati, yaitu panjatan dapat didirikan tepat waktu, memiliki ukuran sama, dan tidak memerlukan pemangkasan. Selain itu, panjatan mati juga tahan terhadap hembusan angin kencang, tidak akan terjadi persaingan akar dalam pengambilan hara dan air, serta tidak mudah terbentuk kelembapan tinggi sehingga serangan penyakit dapat dihindarkan. Kelemahannya adalah harga tiang panjat mati lebih mahal.

Penanaman lada perdu umumnya sama dengan lada panjat. Perbedaannya pada jarak tanamnya. Jarak tanam lada perdu, yaitu 1,5 m x 1 m. Penanaman dapat dilakukan dengan pola monokultur maupun polikultur. Ukuran lubang tanam yang perlu disiapkan adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm. Pengisian lubang tanam dilakukan hingga terbentuk guludan setinggi 15-20 cm.

5. Penanaman

Kegiatan pertama saat proses penanaman adalah penyiapan bibit. Bibit yang berupa setek panjang sebaiknya memiliki panjang minimal tujuh ruas. Selanjutnya, disiapkan lubang tanam yang berukuran 20 cm x 20 cm 20 cm pada jarak tanam 2,5 m x 2,5 m jika menggunakan tiang panjat mati dan 2,75 m x 2,75 m jika menggunakan tiang panjat hidup. Bibit setek panjang dimasukkan ke dalam lubang tanam hingga kedalaman sekitar empat ruas. Setek diletakkan dengan kemiringan 45° mengarah ke tiang panjat. Lubang kemudian ditutup kembali dengan tanah halus. Usahakan penimbunan bibit agak ditekan agar posisi bibit kuat. Tanah yang ditimbun dibentuk agak cembung. Sisa ruas setek di bagian luar diikatkan ke tiang panjat. Untuk menghindari kegagalan dalam penanaman, sebaiknya penanaman lebih dari satu bibit.

Sinar matahari yang terlalu terik dapat mengganggu pertumbuhan tanaman lada sehingga perlu disiapkan tanaman pelindung di areal penanaman. Tanaman pelindung dapat berupa alang-alang, pakis andam atau resam. Selain itu, tanah di sekitar bibit sebaiknya ditutup mulsa. Jika kondisi penanaman dan pengerjaannya baik, bibit asal setek yang ditanam langsung dapat tumbuh 80%. Sementara itu, daya tumbuh bibit asal setek pendek yang telah dibibitkan di polibag hampir 100%.

6. Pemeliharaan

Untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan dan produksi serta menjaga kondisi lahan dan tanaman, perlu dilakukan pemeliharaan. Ada beberapa tahapan pemeliharaan, yaitu penjagaan kondisi lahan, pengaturan pertumbuhan tanaman, pemangkasan, dan pemupukan.

a. Penjagaan kondisi lingkungan

Beberapa tindakan untuk menjaga kondisi lingkungan, di antaranya memperhatikan drainase air, mencegah erosi pada tanah yang miring. membersihkan lahan dari berbagai jenis gulma, menutup tanah dengan mulsa agar tanah tetap lembap, dan menggemburkan tanah saat musim kemarau.

b. Pengaturan pertumbuhan tanaman

Pengaturan pertumbuhan perlu dilakukan karena tanaman lada tidak dapat memanjat dengan sendirinya. Kegiatan tersebut harus dilakukan sejak tunas baru mulai tumbuh dari ruas setek dalam bentuk cabang orthotropis atau sekitar satu bulan setelah tanam. Saat masih muda, tanaman lada belum membentuk akar pelekat. Namun, pertumbuhan nya sangat cepat. Oleh karena itu, tanaman harus diikatkan pada tiang panjat agar tidak menjalar di atas permukaan tanah. 

Pengikatan tanaman harus dilakukan secara hati-hati agar tunas yang baru tumbuh tidak patah. Usahakan pengikatan jangan terlalu erat karena dapat merusak batang. Pengikatan dilakukan hingga tanaman mencapai tinggi sekitar 1,5 m dan telah tumbuh akar lekat di tiap buku cabang. Untuk lada perdu, perlu dikelilingi tiang penyangga setelah dewasa. Tujuannya agar cabang-cabang tidak menyentuh permukaan tanah yang dapat menyebabkan kelembapan tinggi dan tanaman mudah terserang penyakit.

c. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan untuk mengatur tumbuhnya cabang-cabang pada tanaman. Sebelum mencapai ketinggian maksimum ujung sulur orthotropis perlu dipangkas tiga kali berturut-turut untuk membentuk kerangka tanaman di tiang panjatan. Ketika mencapai 10 ruas, cabang orthotropis dipotong tujuh ruas (atau disebut jurus 10 ruas). Pemangkasan dilakukan hingga 7-8 kali hingga batang tanaman lada mencapai puncak panjatan yang tingginya mencapai 4 m. Sebelum tanaman berumur tujuh tahun, cabang orthotropis harus dipangkas. Cabang-cabang ini biasanya dapat mengganggu ranting-ranting produksi. Pemangkasan pada tanarnan panjatan hidup juga perlu dilakukan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan yang maksimum. Pemangkasan panjatan hidup dilakukan 2-3 kali dalam setahun pada awal, pertengahan, dan akhir musim hujan. 

d. Pemupukan

Pemupukan merupakan tahapan perawatan yang sangat penting untuk mengembalikan tingkat kesuburan tanah. Pupuk organik yang sering digunakan adalah sisa-sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk guano, sisa pengolahan ikan dan udang, ampas minyak kedelai, tepung darah, serta tepung tulang. Pupuk guano lebih sering karena kandungan bahan organiknya yang lebih banyak. Dosis pemupukan sebanyak 2,5 kg setiap tiang panjatan dan diberikan empat kali dalam satu tahun. Kegiatan pemupukan sudah dimulai sejak awal penanaman. Pupuk lain yang digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi, yaitu urea, TSP, dan KCI. Selain itu, tanaman diberi dolomit untuk meningkatkan pH tanah. Pemberian pupuk dilakukan pada alur dangkal di sekitar tajuk tanaman dengan cara disebar. Selanjutnya, pupuk ditutup dengan tanah Dosis pupuk tergantung pada umur tanaman dan hasil analisis tanah. 

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Organisme pengganggu tanaman dapat menurunkan produktivitas tanaman. Oleh karena itu, perlu diketahui jenis-jenis hama dan penyakit utama terdapat di sekitar areal pertanaman.

a. Hama

Beberapa serangga yang menjadi hama utama di perkebunan lada, di antaranya Lophobaris piperis, Dasynus piperis, dan Diconocoris hewitti.

Kumbang Lophobaris piperis.

Infeksi pertama ditandai oleh perubahan warna kulit di bawah buku-buku ranting. Jika larva masuk ke dalam ranting, buku-buku ranting akan mengalami kematian, baik ranting orthotropis maupun plagiotropis. Kerusakan pada ranting yang produktif akan menyebabkan penurunan hasil. Jika terjadi infeksi berat, tanaman akan tampak berantakan dan produktivitas akan menurun secara keseluruhan. Gejala seperti ini disebabkan oleh Lophobaris piperis dan L. serratipes.

Hama kumbang dapat dikendalikan dengan pemangkasan dan pembakaran cabang atau ranting yang sakit pembasmian sarang kumbang di kebun-kebun lada, dan apliksi insektisida sistemik, seperti Insektisida yang berbahan aktif metomil 40% dan endosulfan

Dasynus piperis.

Serangga ini mengisap buah lada muda yang berumur 45 bulan atau lebih. Akibatnya adalah buah lada akan berjatuhan sebelum masak. Serangan ini menyebabkan penurunan kualitas buah lada. Pengendalian hama ini biasanya menggunakan insektisida dengan bahan aktif carbary 85%.

Diconocoris hewetti.

Hama Diconocoris hewetti merusak bunga tanaman lada. Akibat serangannya adalah gagalnya pembuahan karena bunga dirusak. Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida butiran sebanyak 30g/ pohon dewasa. Insektisida diberikan pada alur dangkal yang dibuat di luar tajuk tanaman. Pemberian insektisida dilakukan pada awal musim hujan. Cara pengendalian lainnya adalah pemotongan dan pembakaran bagian tanaman yang terserang, kemudian pemusnahan serangga dewasa dan telurnya. 

b. Penyakit

Penyakit utama di areal pertanaman lada adalah busuk pangkal batang dan busuk akar. Penyakit tersebut dapat menurunkan produktivitas tanaman secara drastis.

Busuk pangkal batang.

Penyakit busuk pangkal batang disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora. Tanaman yang terserang hama ini tampak terkulai, kulit batang mengalami perubahan warna, terdapat lingkaran berwarna cokelat kelam dengan warna abu-abu di tengahnya, serta daun bagian bawah akan berjatuhan yang didahului dengan gejala layu dan menguning. Penyakit Ini dapat dikendalikan dengan melakukan isolasi tanaman yang sudah terserang Isolasi dilakukan dengan membuat parit untuk memisahkan tanaman yang sakit dengan tanaman yang sehat. Cara pengendalian yang lain adalah menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan dosis 0,18-0,24%. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali yang dilakukan pada batang pokok. 

Busuk akar.

Busuk akar disebabkan oleh cendawan parasit, seperti Ganoderma lucidum, Fomes lignoses dan Rhizoctonia solani. Gejala serangan berbeda-beda tergantung pada cendawan patogen. Gejala serangan yang ditimbulkan Ganoderma lucidum dan Fomes lignosus berupa akar yang tampak berwarna putih yang kemudian berubah menjadi merah tua atau merah tembaga jika sudah tua. Sementara itu, gejala yang ditimbulkan Rhizoctonia solani berupa infeksi berwarna putih keabu-abuan yang akan berubah menjadi cokelat tua. Pengendalian penyakit ini sama dengan pengendalian busuk pangkal batang.

8. Panen

Buah lada yang masak ditandai dengan warna hijau tua yang kemudian berubah menjadi kuning sampai merah. Biji lada yang baik dapat dipetik jika sudah berumur sekitar tujuh bulan sejak terbentuknya bunga.

Dengan pemeliharaan yang baik dan benar serta ditinjau dari waktu panennya, lada panjatan mati lebih baik daripada panjatan hidup. Namun, jika ditinjau dari masa produktifnya, lada dengan panjatan hidup masih lebih baik Lada panjat yang menggunakan panjatan mati dapat dipanen pada umur sekitar 2-3 tahun, tetapi masa produktifnya hanya sampai 10 tahun. Sementara itu, lada dengan panjatan hidup, panen baru dapat dilangsungkan saat tanaman memasuki umur 3-4 tahun dengan masa produktif mencapai 15 tahun. Dibanding lada panjat, lada perdu lebih cepat dipanen yaitu umur 1-2 tahun. 

Umumnya panen besar berlangsung pada bulan Maret-Mei. Sementara itu, musim berbunga utama terjadi pada bulan Jul-September tahun sebelumnya, tetapi tergantung kondisi iklim (curah hujan) wilayah penanaman. Pemanenan lada cukup mudah dilakukan. Petani biasanya menggunakan tangan atau gunting untuk memotong buah. Untuk dompolan buah yang terdapat di atas pohon, pemetikannya dengan bantuan tangga segitiga.

9. Pascapanen

Kegiatan pascapanen utama lada meliputi pengolahan hasil panen sampai didapatkan produk lada yang siap dipasarkan. Buah lada tidak hanya diolah menjadi lada hitam atau lada putih, tetapi juga ada produk lain, yaitu lada bubuk, oleoresin dan minyak lada.

Untuk membuat lada hitam, buah lada yang baru dipanen langsung diperam dengan cara ditimbun atau ditumpuk selama 2-3 hari. Selain ditimbun, pemeraman buah lada dapat dilakukan dengan cara perendaman air panas. Dalam keadaan diperam tersebut, warna kulit buah akan menjadi warna hitam. Selanjutnya, buah dijemur di bawah sinar matahari langsung hingga kering. Hasil penjemuran berupa buah lada dengan kulit yang keriput dan berwarna hitam kelam. Setelah proses pengeringan, buah yang melekat pada tangkai malai dilepaskan dengan cara diinjak-injak. Salah satu tanda buah yang telah kering adalah seluruh buah akan tercerai-berai jika digenggam erat di tangan. Kualitas lada hitam ditentukan oleh kadar air, kadar kotoran, dan kadar biji lada yang ringan, dan kontaminasi cendawan. 

Untuk memperoleh lada putih dari lada hitam dengan menggunakan mesin selip. Cara lain yang lazim dilakukan adalah dengan merendam biji dalam air mengalir (kurang lebih tujuh hari), kemudian mengupas kulitnya dengan cara menginjak-injaknya. Selanjutnya, dilakukan pencucian untuk memisahkan biji dengan kulit dan menjemurnya hingga kering.

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved