Skip to main content

Budi Daya Teh: Pembibitan, Pengolahan Lahan, Penanaman, Pemupukan, Pemeliharaan, Pengendalian Hama, Panen, dan Pascapanen Teh

Teh di daerah tropis umumnya ditanam di daerah dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 800-1100 m dpl. Tanaman teh juga dapat memberikan hasil dengan kualitas yang baik di daerah dengan ketinggian 700-1000 m dpl. Curah hujan rata-rata per tahun yang dikehendaki, yaitu 2000–2500 mm. Di daerah tropis tanaman teh tidak tahan terhadap musim kemarau yang panjang. Curah hujan ideal tidak kurang dari 100 mm/bulan sepanjang tahun. 

Angin yang membawa udara panas tidak baik bagi pertumbuhan tanaman teh. Jika angin berhembus selama 3-4 hari secara berturut turut, dapat mengakibatkan kerontokan pada daun. Kerontokan ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara penguapan dan kemampuan akar mengisap air.

Suhu ideal bagi pertumbuhan tanaman teh berkisar 18—30°C. Suhu di atas atau di bawah kisaran tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Tanah yang cocok untuk menanam teh adalah tanah yang subur, tidak bercadas, dan mengandung banyak bahan organik. Kisaran pH idealnya antara 4,5–6,5. Umumnya lahan yang cocok untuk pertumbuhan teh terletak di lereng-lereng gunung berapi. Kali ini kita akan membahas cara Budi Daya Teh dari Pembibitan, Pengolahan Lahan, Penanaman, Pemupukan, Pemeliharaan, Pengendalian Hama, Panen, dan Pascapanen.

Cara Budi Daya Teh

Cara Budi Daya Teh

Teh termasuk tanaman perdu. Budi daya tanaman tersebut berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya. Adapun teknis budi dayanya adalah sebagai berikut. 

1. Penyediaan bibit

Perbanyakan tanaman teh dapat dilakukan secara generatif melalui biji/benih dan secara vegetatif. Benih diambil dari kebun benih. Benih yang baik tidak terserang kepik biji dan berukuran besar. Sebelum ditanam, benih sebaiknya disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembapan 35-38%. Penanaman benih dilakukan di bedengan. Tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan subur. Jarak tanam 15 cm x 20 cm atau 20 cm x 20 cm. Benih dibenamkan dan ditimbun tanah dengan ketebalan 0,5-1 cm (setebal benih), lalu ditutupi dengan potongan daun guatemala atau alang-alang. 

Bedengan diberi naungan individu. Penanaman benih juga dapat langsung di polibag. Pemeliharaan persemaian meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan insektisida Demicron 0,29%. Selain itu, dilakukan penyiraman secara teratur agar tidak kekeringan, sedangkan pemupukan dilakukan 2-3 bulan setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/10. Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan. Sementara itu, bibit di bedengan dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3 tahun (stump). 

Selain dengan benih, tanaman teh juga dapat diperbanyak dengan cara setek. Setek merupakan cara yang paling cepat untuk melakukan perbanyakan tanaman teh. Untuk mendapatkan ranting-ranting peko yang digunakan sebagai bahan setek, perlu dilakukan pemangkasan. Cara pemangksan adalah pemangkasan setengah bersih atau pangkasan jambul. Setelah dipangkas dibiarkan bertunas dan ranting setek mulai dapat diambil setelah empat bulan pemangkasan.

Setek ditanam di polibag dan ditempatkan dalam sungkup plastik di bawah naungan selama 2–3 bulan sampai tumbuh tunas dan akar setek. Setelah itu, bibit dipelihara di pembibitan sampai siap ditanam di lahan, bibit berumur 10-12 bulan.

Pembibitan teh harus menggunakan naungan pembibitan Ukuran naungan pembibitan adalah 3 m x 2,5 m atau 4,5 m x 2,5 m dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian atasnya ditutup paranet. Reng bambu dipasang di bagian atas bangunan dan ditutup dengan rerumputan atau paranet sehingga cahaya matahari yang masuk sekitar 25% pada 3-4 bulan pertama. Lebar bedengan 90-100 cm, tinggi 15 cm, dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Bedengan disungkup plastik dengan tinggi rangka lengkungan 60-70 cm. Sungkup plastik harus dapat dibuka-tutup. Sungkup dibuka pada pagi hari, sedangkan siang hari ditutup kembali untuk menjaga kelembapan, terutama pada umur 3-4 bulan pertama. 

2. Pembukaan dan pengolahan lahan

Pembukaan lahan untuk tanaman teh meliputi pembongkaran tunggul tunggul dan pohon, pembersihan semak-semak dan gulma, pengolahan tanah, pembuatan saluran drainase, serta pembuatan jalan-jalan dalam kebun. Pengolahan lahan yang baik adalah dengan mencangkul tanah sedalam minimum 60 cm lalu membuang sisa rumput serta tunggul dikeluarkan dan dibuang untuk dikomposkan di tempat tertentu. Untuk menghindari terjadinya erosi, perlu dilakukan pembuatan teras-teras. Teras yang umum dibuat berupa teras kolektif atau kontinu, terutama pada daerah yang miring atau bergelombang. 

Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah turun hujan. Lubang dibiarkan terbuka selama beberapa minggu agar terkena sinar matahari sehingga sifat fisik dan kimia tanah menjadi baik. Dalam penggalian lubang harus dipisahkan antara tanah lapisan atas dan lapisan bawah serta waktu pengembalian, seperti keadaan semula. Tanah lapisan bawah tetap di bawah dan lapisan atas tetap di atas.

3. Penanaman tanaman pelindung 

Pohon pelindung pada tanaman teh ada dua macam, yaitu pohon pelindung tetap dan pohon pelindung sementara. Pemeliharaan tanaman pelindung dilakukan dengan pemangkasan menjelang musim hujan. Beberapa jenis pohon pelindung yang dapat ditanam, antara lain silver oak, sengon, dan petai. Adapun tanaman pelindung sementara diperlukan saat tanaman teh masih muda. Contoh tanaman pelindung sementara, yaitu Sesbania sp., Crotalaria sp., dan Tephrosia sp. Setelah tanaman teh berumur 2 tahun, tanaman pelindung sementara dihilangkan. 

4. Penanaman

Pengajian dan penentuan jarak tanam merupakan salah satu langkah awal dalam penanaman. Pengajiran disesuaikan dengan jarak tanam dan sistem tanam sesuai dengan garis kontur. Sebelum dilakukan pengajiran, hendaknya ditentukan terlebih dahulu larikan tanaman. Setelah itu, peta areal yang akan ditanami dibuat. Jarak tanam yang biasa digunakan untuk tanah miring adalah 60 cm x 120 cm dan tanah datar 75 cm x 120 cm. Selanjutnya, dibuat lubang tanam.

Sebelum bibit ditanam, sebaiknya lubang tanam diberi pupuk dasar. Pupuk diberikan beberapa hari sebelum tanam atau bersamaan saat tanam dengan cara mencampurkan pupuk dengan tanah yang digunakan untuk menutup lubang. Dosis pupuk dasar yang diberikan sebanyak 12,5 g urea, 5 g TSP, dan 5 g KCl untuk masing-masing lubang. Saat paling tepat untuk memindahkan bibit ke lapangan adalah awal musim hujan. Bibit yang berupa stump ditanam di bekas tempat ajir. Selanjutnya, perlahan-lahan tanah bekas bongkaran dikembalikan lagi ke lubang tanam dan tanah di sekitar lubang tanam ditekan agar menjadi padat. Untuk bibit di polibag, plastik harus disobek agar tanah tidak lepas dan akar tidak rusak. Selanjutnya, bibit ditanam dengan hati-hati ke dalam lubang tanam dan ditutup rapat kembali dan dipadatkan. Setelah penanaman selesai, sebaiknya tanah langsung diberi lapisan mulsa.

5. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman teh meliputi penyulaman, pembuatan rorak, pemberian mulsa, penyiangan, dan pemangkasan.

a. Penyulaman.

Penyulaman dilakukan terhadap bibit yang lemah atau mati dengan menggunakan bibit lain yang telah disediakan sebelumnya. Bahan sulaman yang banyak digunakan adalah stump berumur 2-3 tahun karena mudah tumbuh asal tanah dan iklimnya cocok. Jika sulaman dari bibit polibag, harus yang berumur sama supaya tumbuhnya seragam.

b. Pembuatan rorak.

Tanah miring perlu dibuat rorak dengan mengikuti garis kontur. Gunanya adalah untuk meningkatkan daya tahan air dan mengurangi bahaya erosi. Rorak dibuat dengan ukuran panjang 2 m dan lebar 30 cm dengan kedalaman 40 cm. Jarak antarrorak dalam satu kontur adalah 4 m. Rorak antarkontur dibuat berseling.

c. Pemberian mulsa.

Tahap pemeliharaan selanjutnya adalah pemberian mulsa. Fungsinya untuk menambah kandungan bahan organik tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan mengurangi terjadinya erosi. Bahan mulsa dapat berupa alang alang, jerami, dan rumput-rumputan. Penyebaran mulsa di permukaan tanah dengan tidak menyentuh batang tanaman teh karena dikhawatirkan dapat menyebarkan penyakit. Waktu yang tepat untuk pemberian mulsa adalah saat musim kemarau.

d. Penyiangan gulma.

Penyiangan gulma merupakan salah satu langkah pemeliharaan tanaman yang sangat penting. Penyiangan tanaman baru dilakukan secara manual dengan alat cungkil, sabit, ataupun ganco Untuk tanaman tua, penyiangan dapat dilakukan dengan cara kimia, yaitu penggunaan herbisida Round Up dengan dosis 3 liter/ha atau Ustinex dengan dosis kg/ha. Adapun interval penyemprotan tiga minggu sekali.

e. Pemangkasan.

Pemangkasan dilakukan pada tanaman yang sudah tinggi agar tetap rendah dan mudah saat pemetikan daun. Tujuan utama pemangkasan adalah untuk mempertahankan tanaman dalam batas tinggi tertentu dan tetap dalam fase vegetatif. Pemangkasan juga untuk merangsang pertumbuhan tunas muda sehingga mampu menghasilkan pucuk lebih banyak membentuk bidang petik selebar mungkin, dan mengganti serta mempermudah percabangan tanaman. Untuk mengurangi luka-luka pada tanaman yang dipangkas pemangkasan harus dilakukan hati-hati.

Pemangkasan umumnya ada tiga jenis, yaitu pemangkasan centering, produksi, dan pangkasan ajir. Pangkasan centering dilakukan saat tanaman belum menghasilkan, yaitu umur 6-7 bulan setelah tanam. Batang utamanya dipotong dengan ketinggian 15-20 cm. Tujuan pemangkasan ini agar membentuk bidang petik. Untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat tanaman, batang masih ditinggalkan 10-20 helai daun. Hal ini dilakukan agar tanaman tetap dapat berfotosintesis. 

Jenis pangkasan yang lain adalah pangkasan produksi. Pangkasan produksi dilakukan dengan pangkasan bersih tanpa menyisakan daun serta pemotongan ranting-ranting yang berukuran kecil. Pemangkasan ini dilakukan agar sinar matahari mampu menembus masuk sampai ke bagian bawah tanaman sehingga dapat membantu merangsang pertumbuhan tunas bagian bawah yang dormansinya lebih kuat. Pangkasan produksi diulang tiap 3-4 tahun sekali.

Pangkasan yang ketiga adalah pangkasan ajir. Bagian yang ditinggalkan 1-2 cabang di bagian tepi tanaman. Cabang-cabang yang ditinggalkan mempunyai sekitar 200 helai daun agar dapat melangsungkan hidupnya serta membantu mempercepat pertumbuhan tunas. Dengan demikian, pangkasan ajir dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kematian tanaman akibat kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. 

f. Pemupukan.

Pupuk nitrogen sangat penting bagi tanaman teh. Pupuk tersebut biasanya diberikan dalam bentuk ZA atau urea yang mengandung nitrogen (N). Sementara itu, pupuk buatan yang mengandung fosfor (P) diberikan berupa double super phosphate (DS) yang mempunyai reaksi asam. Penentuan dosis pupuk bagi tanaman teh berdasarkan kondisi tanaman dan lingkungan yang mempengaruhinya.

Cara pemberian pupuk tanaman teh tergantung umur dan/atau kondisi tajuk. Pada umur muda ketika tajuk belum saling bertemu, pupuk diberikan dalam alur di sekeliling tanaman pada proyeksi tajuk atau dibenamkan di sekitar batang mulai dari jarak 10 cm dari batang sampai 2/3 jari-jari tajuk perdu. Setelah tajuk saling bertemu, pupuk diberikan dengan cara disebar di bawah tajuk tanpa dibenamkan. Pupuk dapat diberikan pada awal dan akhir musim hujan agar mudah larut dalam tanah. Sebaiknya pupuk diberikan 3-4 kali dalam setahun dan dianjurkan dengan cara dibenamkan di sekeliling tanaman. 

Pengendalian Hama dan Penyakit

Salah satu perbatas produksi pada tanaman adalah hama dan penyakit. Namun, tidak semua hama dapat menurunkan produktivitas tanaman. Hanya beberapa saja yang dianggap penting karena dapat menurunkan produksi tanaman teh.

1. Hama

Berikut beberapa hama penting pada tanaman teh.

a. Ulat api (Enarmonia leucostoma Meyr.). 

Gejala serangan ulat api tampak pada daun teh yang menggulung. Keadaan dalamnya mengalami kerusakan. Hal tersebut menyebabkan pertumbuhan daun teh selanjutnya tidak normal, yaitu daun tergulung dan terlipat. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara mekanis, yaitu memungut ulat dan membuangnya. Sementara itu, pengendalian biologis dengan melepas musuh hayati, seperti Macrocentrus homonae dan Elasmus homonae. Sementara itu, pengendalian secara kimia menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin.

b. Pengisap pucuk daun teh (Helopeltis theivera Wat. dan Helopeltis antonii Sign.). 

Helopeltis menyerang pucuk serta daun yang masih muda. Akibatnya daun teh tampak kotor, terdapat bercak-bercak cokelat, dan akhirnya tanaman mengalami kematian. Serangan yang lebih hebat menimbulkan pembengkakan pada cabang sehingga pertumbuhan tidak normal. Pengendalian hama pengisap pucuk daun ini dapat dilakukan dengan cara kultur teknis, yaitu pemetikan daun dengan daur petik tujuh hari, pemupukan berimbang, sanitasi kebun, mekanis, pelepasan predator Hierodula dan Tenodera, serta penyemprotan insektisida berbahan aktif carbaryl 85% dan amitraz.

c. Ulat srengenge (Setora nitens). 

Ulat srengenge menyerang daun teh, baik yang muda maupun yang tua. Jika terjadi serangan hebat, perkebunan menjadi gundul. Pengendaliannya dengan cara mekanis, yaitu dengan memungut ulat dan membuangnya. Pengendalian secara hayati dengan melepas parasit, sedangkan pengendalian secara kimia dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif sipermetrin.

2. Penyakit

Beberapa penyakit penting pada tanaman teh antara lain penyakit cacar daun teh dan akar merah. 

a. Penyakit cacar daun teh. 

Penyebabnya adalah cendawan Exobasidium vexans Mass. Gejala awal berupa bercak kecil berwarna hijau pucat, kemudian menjadi cekung, seperti cacar tertutup debu putih kelabu yang terdiri dari basidiospora. Permukaan atas licin, mengilap, dan biasanya lebih pucat daripada bagian yang sehat. Pengendalian dapat dilakukan dengan mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (7 hari), penanaman klon tahan cacar PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2 Gmb 3, Gmb 4 Gmb 5, dan penyemprotan fungisida.

b. Penyakit akar merah. 

Penyebab penyakit ini adalah cendawan Ganoderma pseudoferreum. Gejala serangan berupa menguningnya daun, layu, dan rontok. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman. Jika akar tanaman yang sakit diperiksa. terdapat benang benang cendawan yang berwarna merah yang meluas membentuk selaput. Pengendalian dapat dilakukan dengan membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat dan fumigasi tanah dengan metil bromida atau Vapam.

Panen

Hasil tanaman teh adalah pucuk dan daun muda. Panennya dengan cara dipetik. Pemetikan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. yang sering disebut sebagai sistem pemetikan. Petikan untuk daun yang diolah merupakan pemetikan yang dilakukan selama jangka waktu tertentu di antara pangkasan produksi. 

Pemetikan konvensional dikenal tiga tingkatan, yaitu petikan Jendangan, petikan biasa, dan petikan racutan. Petikan jendangan dilakukan pada kebun yang baru mengalami pemangkasan produksi. Maksudnya untuk memberi dasar agar tanaman teh kelak memiliki bidang petikan yang baik. Petikan ini dilakukan sekitar dua bulan setelah dilaksanakan pangkasan produksi. Petikan jendangan dilakukan dengan memetik daun rata dan sejajar dengan permukaan tanah yang terletak antara 10-20 cm di atas luka pangkas.

Petikan biasa disebut juga sebagai petikan produksi. Petikan ini dilakukan setelah petikan jendangan. Petikan yang ketiga adalah petikan racutan. Petikan ini dilakukan pada kebun yang akan dipangkas. Pemetikan ini dimaksudkan untuk memanfaatkan tunas-tunas daun muda yang masih ada pada pertanaman teh yang akan terbuang bila tidak dipetik karena pelaksanaan pemangkasan. 

Dalam pemanenan daun teh, dikenal adanya istilah daur petik. Daur petik adalah waktu antara petikan pertama dengan petikan selanjutnya. Misalnya, daur petik tujuh hari. Artinya, setiap tujuh hari sekali dilakukan pemetikan daun teh. Panjang daur petik ditentukan oleh kecepatan tumbuh tanaman sehingga daur petik di suatu kebun atau daerah dengan kebun atau daerah lain sering kali tidak sama.

Pascapanen

Setelah pemanenan dilanjutkan dengan proses penimbangan. Biasanya penimbangan dilakukan 3-4 kali sehari. Lokasi penimbangan sebaiknya dekat dengan pabrik. Pengangkutan dari lokasi penimbangan ke pabrik diupayakan sesegera mungkin dan pucuk harus segera dibongkar dan dimasukkan ke dalam bak pelayuan setelah sampai di pabrik. Teh dapat diolah menjadi berbagai jenis olahan seperti teh hijau, teh hitam dan teh wangi.

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved