Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan yang sudah sering didengar, tetapi masih jarang dilihat di pasaran. Hingga kini, gabus digemari konsumen untuk sajian masakan yang rasanya lezat dan bergizi tinggi. Selain itu, kandungan albumin yang terdapat di dalamnya banyak dicari karena berkhasiat obat dengan harga yang cukup mahal. Ikan yang memiliki bentuk seperti ikan purba ini senang sekali untuk berlama-lama berdiam diri. Bahkan terkesan bahwa ikan ini terkesan jinak. Namun, gabus akan bergerak dengan cepat ketika memburu mangsanya dan dapat berhenti mendadak. Gabus dapat dibesarkan atau ditampung dalam kolam terpal.
Ikan gabus dikenal dengan banyak nama lokal atau daerah. Ada yang menyebutnya sebagai aruan, haruan (Melayu dan Banjar); kocolan (Betawi); serta bayong, bogo, licingan, kutuk (Jawa). Pemilik nama latin Channa striata ini ada beberapa jenis Pertama adalah Channa striata yang banyak ditemui dan memiliki ukuran tubuh tidak terlalu besar. Kedua adalah gabus toman (Channa micropeltes dan Channa pleuropthalmus) yang merupakan jenis gabus berukuran besar dengan panjang mencapai 1 m dengan berat 5 kg Menurut Said (2006), beberapa genus Channa yang terdapat di daerah aliran Sungai Musi adalah serandang (Channa pleurophthalmus), sarko (Channa lucius), bujuk (Channa cyanospilos). toman (Channa micropeltes), gabus (Channa striata), dan jalai (Channa marulioides), tetapi sudah jarang ditemukan.
Secara fisik, gabus sekilas cukup mirip ular karena bentuk tubuhnya yang memanjang agak gilik dengan perbandingan panjang 5-6 kali tinggi tubuhnya. Kepala gepeng meruncing dengan mata yang nampak menonjol, dihiasi bentuk bibir bagian bawah yang lebih panjang dari yang atas. Dengan barisan gigi pada rahangnya, bagian luar lebih besar dan ada yang menyerupai taring, menandakan bahwa ikan tersebut telah dipersiapkan untuk menjadi ikan pemangsa daging atau karnivora. Bagian kepala gabus mempunyai perbandingan sekitar 3-4 bagian dari panjang tubuhnya. Panjang tubuh gabus dapat mencapai 50 cm dengan bobot 2 kg.
Gabus lebih menyukai kondisi fisik perairan berdasar lumpur atau ada tumbuhan air yang dapat digunakan sebagai tempat membenamkan diri atau berlindung. Tanaman air juga berfungsi sebagai media untuk melakukan pemijahan dan menempelkan telurnya. Tanaman air tersebut di antaranya kayu apu (Pistia sp), eceng gondok (Elchornia sp.), kangkung (pomoea sp), ganggang (Hydrilla sp). Selain itu, gabus juga senang pada tempat-tempat yang memiliki naungan seperti lubang atau lorong berbentuk lubang bambu, pipa peralon atau kaleng, dan tumpukan kayu atau bebatuan.
Gabus dapat hidup pada suhu 19—30°C jika lebih rendah lagi pun gabus masih mampu bertahan. Dengan kadar pH 5,5-7,5 dan kandungan NH3, H2S dan CO2, yang di luar ambang batas, gabus masih dapat bertahan.
PENEBARAN BENIH IKAN GABUS DI KOLAM TERPAL
Penebaran benih merupakan titik awal dari proses produksi pembesaran setelah media dan sarana budidaya pembesaran disiapkan. Untuk dapat menghasilkan gabus yang optimal diperlukan kehati-hatian dan keseriusan dalam setiap tahapan kegiatan. Sebelum benih ditebar, di dasar kolam dapat dipasang naungan untuk tempat berlindung gabus. Naungan dapat berupa potongan peralon atau bambu. Untuk bisa mendapatkan benih gabus yang baik, pembudidaya harus mengenal ciri-ciri gabus yang baik secara fisik, di antaranya sebagai berikut:
- Bergerak lincah, agresif bila terkena sentuhan sedikit akan bereaksi.
- Kondisi tubuh gabus secara fisik utuh tidak ada luka, organ tubuh lengkap, sisik tidak ada yang mengelupas, tidak ada penyakit yang menempel, serta kulit mulus dan licin.
- Benih mempunyai ukuran yang sama karena gabus termasuk hewan kanibal.
Benih gabus dapat diperoleh dari hasil budidaya dan hasil penangkapan. Benih yang dihasilkan dari budidaya dan dari penangkapan hampir memiliki kesamaan sesuai dengan jenisnya. Jika dibudidayakan dengan baik, tentu akan menghasilkan panen gabus yang baik pula.
Sekarang ini masih jarang orang yang mampu membenihkan gabus sehingga kebanyakan benih masih diperoleh dari alam. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan seleksi benih setiap awal penebaran di media budidaya. Dengan dilakukan seleksi diharapkan dapat menghasilkan benih yang baik agar hasil budidaya dapat optimal. Seleksi benih biasanya dilakukan berdasarkan kesamaan ukuran panjang dan besar tubuh. Untuk melakukan seleksi benih yang dilakukan membutuhkan pengalaman. Semakin berpengalaman akan semakin terampil untuk melakukan seleksi.
Waktu yang tepat untuk penebaran benih adalah saat suhu perairan relatif rendah, yaitu pada pagi hari (jangan lebih dari jam 09.00) dan sore hari (setelah jam 15.00). Pada waktu tersebut kondisi perairan tidak menunjukkan suasana ekstrim. Saat pengiriman benih harus dihitung lama waktu pengangkutannya. Dengan demikian, benih ikan yang dikirim dapat sampai pada tempat tujuannya mendekati waktu pagi atau sore hari.
PEMBERIAN PAKAN
Gabus di dalam media budidaya dapat diberi pakan hidup seperti larva ikan, anak katak, keong, atau bekicot karena sifat gabus kamivora. Selain pakan hidup, gabus juga dapat diberi pakan ikan rucah cincangan ikan, atau cincangan bekicot. Pada waktu larva, gabus dapat diberi makan dari hewan renik seperti Daphnia sp., Moina sp., cacing sutera, cetol (ikan kecil), dan larva ikan.
Pemberian pakan pada harus sesuai dengan sifat hidupnya. Walaupun gabus sudah dapat diberi pakan pelet, tetapi pelet bukan makanan kesukaannya. Jadi, pemberian pakan hidup atau segar hewani masih sangat disukai. Pemberian pelet hanya dijadikan sebagai selingan.
Pada waktu benih, gabus diberi pakan binatang hidup (kutu air, ikan kecil, cacing, atau serangga). Setelah dewasa gabus dapat diberi pakan anakan ikan, kecebong, keong, bekicot, cetol, atau udang. Gabus juga bisa diberi pakan ikan rucah, cincangan ikan, atau binatang lainnya. Persentase pemberian pakan sekitar 5-10% dari berat populasi gabus. Persentase bisa berubah tergantung dari kondisi dan respon dari ikannya.
Pemberian pakan gabus berupa pakan hidup tidak harus setiap hari, tetapi dapat diberikan 2-3 hari sekali dengan takaran sesuai persentase perhitungan dari berat pakan yang diberikan. Namun, untuk pakan segar mati, ikan cincang, ikan rucah, dan pelet sebaiknya diberikan setiap hari. Alasannya, jika pakan tersebut terlalu lama di dalam media budidaya dapat menyebabkan pembusukan di perairan.
Pemberian pakan dapat dilakukan setiap hari sekali dengan waktu pemberian pada sore hingga malam hari sekitar pukul 17.00-18.00. Hal ini sesuai dengan sifat hidup gabus yang senang makan pada malam hari.
PEMELIHARAAN
Dalam usaha budidaya perlu dilakukan pemeliharaan terhadap agar berhasil dengan baik. Pemeliharaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
- Pergantian air harus terus dilakukan meskipun debit pasokan air lemah (tidak deras). Sebaiknya setiap hari dilakukan pemasukan dan pembuangan air secara rutin. Penggantian air dapat mengurangi kotoran sisa pakan yang tidak dimakan ikan jika pakan yang diberikan berupa pakan pelet.
- Pemantauan kualitas air sebaiknya dilakukan setiap hari, terutama pada usaha pembenihan atau di daerah yang mempunyai suhu udara agak rendah. Parameter yang sering diamati di antaranya, yaitu suhu, pH, dan kekeruhan perairan.
- Pengontrolan yang dilakukan setiap hari. Hal ini karena gabus termasuk ikan demersal sehingga pada budidaya pembesaran di kolam yang luas tidak terlihat dari atas permukaan air. Jika ada gabus yang muncul ke permukaan air maka kemungkinan ikan tersebut terkena penyakit atau lingkungan air tidak mendukung.
- Penanganan ikan gabus yang terserang penyakit harus segera diambil untuk dikarantina. Hal ini dimaksudkan agar penyakit tidak segera menular ke ikan yang masih sehat.
- Sebisa mungkin dilakukan sampling untuk dapat melihat dan memantau perkembangan pertumbuhan gabus. Tujuannya agar kondisi kesehatan gabus dan kebutuhan pakan gabus dapat lebih terkendali.
- Pemberian pakan ikan hidup lebih baik daripada pakan ikan segar atau pelet karena sifat gabus yang diam dan merupakan ikan demersal.
Comments
Post a Comment