Skip to main content

9 Sistem Pemeliharaan Pada Budi Daya Ikan Laut

Dalam akuakultur-ikan dan nonikan-dapat diterapkan sistem pemeliharaan tertentu, baik untuk peningkatan produksi, optimalisasi pemanfaatan lahan budi daya, diversifikasi produksi maupun tujuan tujuan lain, namun tetap pada prinsip menghasilkan keuntungan. Dalam perkembangan teknologi akuakultur pemeliharaan sebagai berikut dikenal beberapa sistem

Sistem budi daya ikan laut

1. EKSTENSIF

Pengelolaan akuakultur sistem ekstensif atau tradisional sangat sederhana dan padat penebaran yang rendah. Pada budi daya bandeng (Chanos chanos) di tambak misalnya, nener (benih bandeng ditebar dengan kepadatan 3.000-5.000 ekor/ha atau 0,3-0,5/m. Dengan padat penebaran tersebut dipanen bandeng 300-1.000 kg/ha/musim.

2. EKSTENSIF PLUS

Pengelolaan budi daya sistem ekstensif plus atau tradisional plus adalah perbaikan dari sistem ekstensif. Pada sistem ekstensif, biota (ikan dan non ikan) budi daya yang dipelihara dalam tambak atau wadah lainnya bergantung sepenuhnya pada pakan alami. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan oleh pembudi daya setelah menebar atau memasukkan benih ke dalam wadah pemeliharaan. Pada sistem ekstensif plus, sekalipun biota budi daya masih bergantung pada pakan alami, pembudi daya telah melakukan beberapa kegiatan untuk membantu penyediaan pakan alami sehingga memungkinkan ditingkatkan padat penebaran.

3. SEMIINTENSIF

Pola pengelolaan budi daya perairan semintensif merupakan perbaikan dari pola ekstensif dan ekstensif plus, sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki. Penerapan pola semiintensif dicirikan dari beberapa faktor. 

  • Petak pada tambak) pemeliharaan biota lebih kecil dibandingkan pada pengelolaan ekstensif dan ekstensif plus: 
  • Padat penebaran lebih tinggi. Pada ikan bandeng antara 1-2 ekor/m, sedangkan pada udang windu antara 5-20 ekor/m; 
  • Kegiatan pengelolaan wadah pemeliharaan semakin banyak. Pada tambak, kegiatan dimulai dari pengolahan tanah, pengapuran, dan pemupukan. Selama pemeliharaan biota budi daya juga diberikan pakan buatan dan tambahan secara teratur. 1-2 kali/hari; 
  • Pergantian air dilakukan 5-20% setiap hari. 

4. INTENSIF

Pola pengelolaan budi daya perairan intensif banyak diterapkan pada akuakultur air tawar, laut, dan tambak. Teknologi budi daya intensif ditandai dengan. 

  • Petak tambak/kolam untuk pemeliharaan yang lebih kecil. Luas petak tambak untuk budi daya udang dan bandeng antara 0.2 0.5 ha, walaupun ada pada petak seluas 1,0 ha juga dikelola secara intensif.
  • Persiapan lahan untuk pemeliharaan (pengolahan tanah perbaikan wadah budi daya) dan penggunaan sarana produksi (kapur, pupuk. bahan kimia) menjadi mutlak: 
  • Biota budi daya bergantung sepenuhnya pada pakan buatan atau pakan yang diberikan secara teratur: 
  • Penggunaan sarana budi daya untuk mendukung usaha, seperti pompa dan aerator, 
  • Produksi (hasil panen) sangat tinggi. Pada budi daya ikan bandeng dan udang windu di tambak mencapai > 4 ton/ha/musim tanam. 

5. SUPER INTENSIF

Pola pengelolaan budi daya perairan super intensif adalah perkembangan lanjut dari teknologi intensif. Teknologi super intensif diterapkan pada budi daya udang di tambak, ikan di kolam air deras, dan kolam bulat. Teknologi super intensif yang diterapkan di Indonesia adalah budi daya sidat (Anguilla sp). Selain wadah pemeliharaan yang didesain canggih dan serba beton, sebagian besar pekerjaan telah dilakukan oleh mesin secara otomatis, seperti pemberian pakan dan pergantian air. Bahkan untuk kontrol kualitas air telah dihubungkan dengan komputer yang bekerja secara otomatis. 

6. MONOKULTUR

Sistem pemeliharaan monokultur (mono = satu/tunggal) yaitu dengan menebar satu jenis biota budi daya pada suatu wadah pemeliharaan, tanpa dicampur dengan jenis lain. Misalnya pada sebuah tambak hanya ditebari bandeng (Chanos chanos). Pemeliharaan sistem monokultur memiliki kelebihan, di antaranya pengelolaan selama pemeliharaan (pemberian pakan pengelolaan kualitas air, penanggulangan hama dan penyakit) lebih mudah dilakukan karena hanya ada satu jenis biota budi daya di dalam wadah pemeliharaan. 

7. POLIKULTUR

Sistem pemeliharaan polikultur (poli - banyak) yaitu dengan menebar lebih dari satu biota budi daya dalam suatu wadah pemeliharaan secara bersama-sama, misalnya pemeliharaan udang windu (Penaeus monodon) dan ikan bandeng (Chanos chanos) secara bersama-sama di tambak. Penerapan sistem pemeliharaan polikultur mempunyai beberapa keunggulan, yaitu; 

  • Optimalisasi pemanfaatan ruang pada wadah pemeliharaan, sehingga tidak ada ruang yang kosong: 
  • Pemanfaatan pakan di dalam wadah pemeliharaan. Jenis makanan yang dimakan oleh biota budi daya terbatas, seperti sebagai herbivora atau karnivora Karenanya jika di dalam wadah pemeliharaan ditebari biota pemakan hewan, maka makanan berupa tumbuhan tidak dimanfaatkan; 
  • Upaya peningkatan produksi dengan memanen lebih dari satu jenis komoditas; 
  • Jika terjadi serangan penyakit spesifik sebagaimana serangan virus pada udang windu, maka pembudi daya masih memanen komoditas lain yang tidak diserang penyakit.

8. TEBAR GILIR

Pola tebar gilir dapat diterapkan pada berbagai teknologi budi daya perairan ekstensif, ekstensif plus, semiintensif. intensif maupun super intensif. Pola tebar gilir adalah penerapan sistem penebaran secara bergantian, dengan menebar/memelihara beberapa biota budi daya di suatu wadah pemeliharaan secara bergantian. Misalnya, pada sebuah tambak, dimulai dengan pemeliharaan udang windu (Penaeus monodon), kemudian setelah panen dilakukan penebaran ikan bandeng (Chanos chanos) atau komoditas lain.

9. AKUAKULTUR TERPADU

Akuakultur terpadu atau budi daya perairan terpadu yaitu usaha akua kultur yang digabungkan dengan kombinasi usaha lain, seperti pertanian, peternakan dan kehutanan. Cara ini dimaksudkan untuk memanfaatkan lahan yang ada untuk meningkatkan pendapatan petani dan peternak. Usaha ini tergolong usaha yang cukup efektif dalam pemanfaatan lahan dan pengelolaan usaha. Sebagai contoh, peternakan ikan dengan ayam dalam satu wilayah, selain menguntungkan juga mengurangi pekerjaan. Kandang ayam yang berada di atas kolam telah mengurangi biaya untuk pembelian lahan (penempatan kandang ayam), sedangkan kotoran ayam yang jatuh ke dalam kolam berfungsi ganda, yaitu sebagai pupuk bagi kolam juga sebagai makanan bagi ikan-ikan di dalam kolam tersebut.

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved