Skip to main content

Cara Budidaya Ikan Bandeng di Keramba Jaring Apung (KJA)

Produksi bandeng di keramba jaring apung (KJA) lebih unggul dibanding produksi tambak. Pembudi daya tidak perlu mengolah tanah tidak membutuhkan lahan yang luas jumlah dan mutu air selalu memadai, dapat diterapkan padat penebaran tinggi, pengendalian gangguan predator, dan mudah pula memanennya.

Pemeliharaan bandeng di KJA sebenarnya baru mulai berkembang dan merupakan sistem budi daya intensif. Usaha pembesaran bandeng di KJA dapat ditujukan untuk produksi umpan, untuk konsumsi langsung, untuk ekspor dan untuk induk. Prinsip pengelolaan masing-masing sistem relatif sama. Perbedaannya hanya pada padat tebar, lama pemeliharaan. dan ukuran bandeng saat dipanen. 

Pemeliharaan Bandeng di KJA

Untuk kegiatan pembesaran, baik untuk memproduksi bandeng umpan, konsumsi langsung maupun untuk ekspor, sebaiknya menggunakan benih gelondongan dengan berat sekitar 50 gr/ekor dan panjang 7-10 cm (bisa menggunakan benih ukuran > 20 gr/ekor). Seleksi perlu dilakukan sebelum benih ditebarkan ke dalam KJA guna memperoleh benih yang sehat dan seragam. Padat penebaran optimal adalah 500-600 ekor/m3 dengan perkiraan tingkat kematian mencapai 10%. Sebelum ditebarkan dalam KJA, benih perlu diadaptasikan ke dalam kondisi lingkungan perairan budi daya. Penebaran hendaknya dilakukan pada pukul 06.00 08.00 atau 19.00-20.00 untuk menghindari stres akibat perubahan kondisi lingkungan perairan.

Padat penebaran sangat dipengaruhi oleh ukuran ikan dan luas wadah budi daya. Selain itu, sifat ikan sebagai perenang cepat dan melawan arus juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan padat penebaran. Padat penebaran ikan dalam KJA memengaruhi pemanfaatan ruang gerak, peluang mendapatkan pakan, serta kualitas air, terutama konsentrasi oksigen terlarut. Dalam kondisi berjejal, persaingan untuk mendapatkan oksigen terlarut menjadi sangat tinggi terutama pada malam hari di saat arus tenang di mana penurunan kadar oksigen terlarut cukup drastis. 

Konsentrasi oksigen terlarut dalam KJA yang ditebari 750 ikan/m dapur mencapai 2 ppm saat pasang tertinggi atau surut terendah yang terjadi di malam hari.

Pemeliharaan ikan bandeng di KJA hanya mengandalkan pakan buatan. Oleh karena itu, teknik, jumlah, waktu, dan frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan dengan cermat. Umumnya pakan diberikan sebanyak 5-10% dari total berat ikan per hari dengan metode satiasi (sekitar 90% ikan dalam kondisi kenyang). Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan surut terendah), atau di saat arus sangat lemah, sebanyak 2-3 kali sehari, yaitu pagi antara pukul 07.00-08.00. siang antara 11.00-12.00, dan sore sekitar pukul 16.00 17.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak yang terbuang. Saat diberi pakan, bandeng akan bergerak aktif, berebut. sehingga menimbulkan gerakan arus air dalam KJA.

Pertumbuhan ikan perlu dipantau tiap 2 minggu sekali guna mendapat kan data yang kemudian akan digunakan dalam menentukan jumlah pakan yang harus diberikan serta mengevaluasi perkembangan bobot dan kesehatan ikan. Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50 ekor diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang dilakukan terhadap sampel yang telah dibius dengan phenoxyethanol 200-225 ppm. 

Pemanenan dilakukan bila ukuran bandeng telah mencapai target ukuran. Untuk memproduksi bandeng umpan dibutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 2 bulan. Untuk memproduksi bandeng konsumsi langsung 3-4 bulan, bandeng tujuan ekspor (> 800 gr/ekor) dibutuhkan waktu peme liharaan 5-7 bulan. Sedangkan untuk memproduksi bandeng tujuan induk (4 kg/ekor), membutuhkan waktu sekitar 3 tahun.

Waktu pemeliharaan untuk memproduksi induk bandeng dapat diper pendek bila bandeng yang ditebar berukuran lebih besar (1.000 gr/ekor). Ikan bandeng berukuran 1.000 gr/ekor ditebar dengan kepadatan 4-5 ekor/m². Pakan yang diberikan kepada bandeng ukuran 1.000 gr sebanyak 3% bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali sehari. Dengan pemeliharaan selama 24 bulan (2 tahun), ikan akan dapat mencapai ukuran 4 kg/ekor dengan rata-rata panjang cagak 60 cm. 

Produksi induk bandeng dalam KJA di laut memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

  1. lahan yang digunakan relatif sempit dan tidak memerlukan sarana pengairan dan manajemen air.
  2. padat tebar cukup tinggi, dapat mencapai 4-5 ekor/m3 (ukuran keramba minimal 18 m3) sehingga memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibanding luasan yang sama untuk lahan tambak.
  3. pertumbuhan relatif cepat untuk mencapai ukuran induk, yaitu dengan waktu pemeliharaan sekitar tiga tahun.
  4. kualitas induk lebih baik dan higienis karena mendiami habitat perairan terbuka yang memiliki sirkulasi air cukup memadai: 
  5. pemantauan kondisi ikan lebih intensif dan mudah dilakukan serta.
  6. pemanenan mudah dilakukan sehingga terhindar dari cacat fisik.

Selain itu, induk bandeng yang diproduksi di KJA memiliki penampilan lebih bersih sisik mengilap kehitaman, vitalitas tubuh lebih baik, waktu untuk pulih kembali ke kondisi normal, terutama tanggap terhadap pakan buatan adalah sekitar 3-5 hari lebih cepat dibandingkan dengan induk yang berasal dari tambak (Rachmansyah dan Usman. 1998).

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved