Skip to main content

Cara Budidaya Ikan Kerapu Batik di Tambak

Untuk menghasilkan kerapu batik ukuran konsumsi (> 500 gr/ekor) dapat dilakukan pembesaran di keramba jaring apung (KJA) atau tambak dalam waktu 6-8 bulan, lebih cepat dari kerapu bebek dan kerapu macan. Karena itu, untuk menghasilkan kerapu batik berbobot 1.000 gr/ekor dibutuhkan waktu pemeliharaan 10-12 bulan.

Untuk menjaga mutu air dan kemudahan pengelolaan pada budi daya kerapu batik di tambak, maka perlu diterapkan pemeliharaan secara bertahap. Pemeliharaan sistem pentahapan atau biasa disebut sistem modular dilakukan dalam tiga tahap/fase. yaitu tahap pendederan, penggelondongan/pembesaran awal dan pembesaran akhir/pembesaran. Dengan demikian, satu unit tambak pemeliharaan kerapu batik mem butuhkan 3-4 petak yang terdiri dari petak pendederan, petak penggelondongan, petak pembesaran dan petak tandon air. Luas ideal petak pemeliharaan adalah petak pendederan 300-400 m2 petak penggelon dongan 500-1.000 m2, dan petak pembesaran 700-1.000 m2.

Pemeliharaan kerapu batik di tambak

1. Adaptasi Benih

Di alam, kerapu batik dewasa hidup pada perairan dalam, sedangkan kerapu batik muda biasa ditemukan di perairan pantai dengan kedalaman 0,3-3,0 m. Kerapu batik muda dan larva banyak ditemukan di perairan pantai dekat muara sungai, sekitar ekosistem mangrove, dengan dasar perairan berupa pasir karang yang ditumbuhi padang lamun. Menginjak dewasa, kerapu batik bermigrasi ke perairan lebih dalam, antara 7-40 m.

Kerapu batik tergolong ikan euryhaline yang dapat hidup pada kisaran salinitas antara 10-35 ppt, sehingga ditemukan di muara sungai, estuarin, dan di sekitar hutan mangrove. Namun demikian, kerapu batik tumbuh dengan baik pada perairan yang salinitasnya tidak selalu berubah. Untuk pemeliharaannya di tambak, kerapu batik harus diadaptasikan terlebih dahulu. Kerapu-kerapu dari genus Epinephelus dapat beradaptasi hingga salinitas 0 ppt. Adaptasi dilakukan pada kerapu batik muda, karena lebih mudah beradaptasi. Dari siklus hidupnya kerapu batik muda dapat hidup di perairan pantai dekat muara sungai dan sekitar ekosistem mangrove yang bersalinítas rendah. Di saat berenang ke bagian perairan yang salinitasnya rendah itulah kerapu batik muda harus beradaptasi pada salinitas yang lebih rendah. Pada saat itu, ikan melakukan osmoregulasi, yaitu upaya untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara tubuh dan lingkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan osmosis.

Kemampuan ikan untuk beradaptasi atau mengontrol keseimbangan air dan ion dapat berjalan normal bila berlangsung secara alamiah atau bertahap. Dengan demikian, kerapu batik dapat diadaptasi ke salinitas yang lebih rendah (hingga 0 ppt), asalkan dilakukan secara bertahap dan pada kerapu batik muda (benih). Adaptasi terutama dilakukan bila kerapu batik dipelihara pada tambak yang salinitasnya rendah.

Cara adaptasi dilakukan dengan menurunkan salinitas air melalui penambahan air tawar Benih kerapu batik dimasukkan ke dalam sebuah bak penampungan dengan kepadatan 200 ekor/m2 selama 10-15 hari. Kemudian secara bertahap salinitas diturunkan dengan mengurangi air laut di dalam bak dan menambahkan air tawar. Salinitas diturunkan pada interval 1-2 angka, misalnya dari 30 ppt menjadi 29 ppt atau 28 ppt, dari 28 ppt menjadi 27 ppt atau 26 ppt dan seterusnya. Penambahan air tawar dilakukan tiap 2 atau 3 hari sekali.

Bila proses adaptasi dilakukan secara bertahap. kerapu batik tidak mengalami stres. Ikan yang stres biasa tidak mau makan dan bersifat kanibal (saling memangsa), terutama memangsa ikan yang berukuran lebih kecil, karena itu ikan yang ditampung atau ditebar dalam satu wadah ukurannya harus seragam.

2. Pendederan

Pendederan adalah kegiatan memelihara benih kerapu batik dari ukuran 3-4 cm/ekor dengan bobot rata-rata 1.2 gr/ekor atau dari ukuran 5-7 cm/ekor dengan bobot 4-8 gr/ekor. Benih kerapu batik ukuran tersebut dipelihara hingga menjadi kerapu batik muda berukuran 80-100 gr/ekor. Padat penebarannya, yaitu untuk benih ukuran 2-3 cm/ekor ditebar dengan kepadatan 20-30 ekor/m2, sedangkan untuk benih ukuran 5-7 cm/ekor ditebar sebanyak 10-20 ekor/m2.

Benih yang ditebar harus sehat. Benih yang sehat biasanya berwarna cerah, lincah, aktif, nafsu makan tinggi, dan tidak cacat pada sirip, sisik maupun bagian tubuh lain. Sebelum ditebar ke dalam tambak, benih didesinfektan terlebih dahulu agar kondisi benih selalu sehat. Desinfektan dilakukan dengan cara merendam benih ke dalam larutan formalin dosis 15-25 ppm (sekitar 1 sendok makan per 250-400 liter air) selama 1/2-1 jam. 

Selama pendederan benih kerapu batik diberikan pakan berupa ikan rucah (minced fish), udang jambret atau pelet. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 10-15% dari total bobot badan ikan atau diberikan sampai ikan kenyang (ad libitum) yang ditandai dengan ikan tidak menyambar lagi makanan. Frekuensi pemberian pakan 2-5 kali sehari, namun dari pengalaman, pemberian pakan 2 kali sehari, pagi dan sore dianggap terbaik. 

Pakan berupa ikan rucah harus dikeluarkan dari duri keras dan dipotong kecil-kecil disesuaikan dengan ukuran mulut ikan. Untuk mengurangi kanibalisme, dasar tambak dilengkapi shelter (pelindung) yang terbuat dari potongan pipa PVC berukuran besar, potongan bambu atau ban-ban bekas. Selain sebagai shelter, pipa PVC juga berfungsi sebagai tempat persembunyian ikan, karena ikan kerapu dikenal sebagai ikan yang hidup dengan bersembunyi di balik karang maupun rumpon. Dengan bersembunyinya ikan tersebut, berarti besarnya energi yang diperlukan untuk bergerak akan menurun, dan dengan demikian memungkinkan ikan untuk menjadi semakin besar dengan lebih cepat. Sementara itu, kedalaman air di dalam tambak dipertahankan antara 80-100 cm.

Pendederan dilakukan 1-2 bulan tergantung dari ukuran benih awal yang ditebar. Untuk benih yang saat ditebar berukuran 5-7 cm/ekor atau bobot 4-8 gr/ekor setelah dipelihara 1-2 bulan mencapai ukuran 80-100 gr/ekor. bahkan ada yang mencapai 120 gr/ekor. Selanjutnya dilakukan penggelondongan. 

3. Penggelondongan

Tahap-tahap penggelondongan atau pembesaran awal di tambak tidak berbeda dengan pendederan. Padat penebaran diturunkan sesuai dengan ukuran benih. Benih berukuran 80-100 gr/ekor ditebar ke tambak dengan kepadatan 4-5 ekor/m² . Begitu juga pemberian pakan yang diturunkan cukup 10% dari total bobot badan ikan dengan frekuensi 2 kali sehari, pagi dan sore hari. Kedalaman air tambak 100 cm.

Setelah dipelihara 1-2 bulan, maka ikan akan mencapai ukuran 200-250 gr/ekor atau mencapai panjang 20-25 cm.

Bila ikan diberi pakan berupa ikan rucah, maka perlu diberi tambahan vitamin seminggu sekali yang diberikan bersama pakan. Vitamin yang digunakan adalah Amolovit dengan dosis 1 gr/kg pakan dan Probiotik 1-2. cc/kg pakan. Sedangkan bila diberi pakan buatan berupa pelet maka kandungan proteinnya antara 45-57%. Kandungan protein tersebut menghasilkan pertumbuhan yang cukup baik.

Ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan dengan cara menyambar pakan yang diberikan. Setelah kenyang, pakan yang ditebar tidak lagi disambar. Pada kondisi ini pemberian pakan dihentikan untuk mencegah kelebihan pakan, sehingga penurunan kualitas air akibat pembusukan kelebihan pakan dapat dihindari. Ikan kerapu juga mempunyai naluri menunggu pakan yang akan diberikan pada waktu pemberian pakan. Kondisi ini dengan terlihat adanya ikan kerapu yang muncul ke permukaan pada jam pemberian pakan. Oleh karena itu, pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada jam yang sama setiap hari. Hal ini akan memudahkan pendugaan terhadap jumlah populasi maupun kebiasaan ikan itu sendiri.

4. Pembesaran

Pembesaran dilakukan untuk menghasilkan ikan ukuran konsumsi, > 500 gr/ekor. Lama waktu pembesaran antara 2-3 bulan. Padat penebaran diturunkan cukup 1-2 ekor/m2 untuk benih berukuran 200-250 gr/ekor atau mencapai panjang 20-25 cm. Bila tambak dikelola secara intensif, padat penebarannya dapat dinaikkan hingga mencapai 4-5 ekor/m2.

Selama pembesaran kerapu batik diberikan pakan berupa ikan rucah atau pelet sebanyak 4-8% dari total bobot badan ikan dengan frekuensi 2 kali sehari, pagi dan sore hari. Walaupun demikian, pemberian pakan harus selalu mengamati kondisi makan ikan, bila ikan telah berhenti menyambar makanan berarti ikan telah kenyang. dan pemberian pakan dihentikan. Dalam tahap pembesaran ini, bila ikan budi daya diberi pakan ikan rucah, maka dapat ditambahkan vitamin yang diberikan seminggu sekali dengan cara dicampurkan pada pakan. Kedalaman air tambak 100 150 cm.

Kualitas air harus diperhatikan pada kondisi optimal untuk memacu pertumbuhan ikan budi daya. Oksigen terlarut tidak kurang dari 3 ppm dan optimum 4-7 ppm. suhu 24-32° C dan optimum 26-32° C. Pada suhu 23° C nafsu makan ikan menurun. Kerapu batik dapat hidup pada kisaran salinitas yang cukup luas (euryhaline), antara 10-35 ppt (part per thousand). Namun demikian, untuk pemeliharaannya, salinitas yang dibutuhkan adalah 15-35 ppt.

Selama pemeliharaan, tambak harus selalu dikontrol untuk memastikan, bahwa tambak dalam kondisi baik tidak bocor, tidak longsor, pintu dan saluran air berfungsi optimal. Bila terdapat kerusakan pada bagian tertentu, maka segera diperbaiki. Tindakan perbaikan yang terlambat dapat membahayakan ikan budi daya, misalnya bila terjadi kerusakan pintu air dan terlambat diantisipasi, maka kemungkinan pintu tersebut tidak berfungsi optimal, baik untuk memasukkan air, mengeluarkan air maupun menahan air di dalam tambak. 

Kegiatan lain yang dilakukan adalah penyeragaman ukuran ikan (grading). Kerapu batik bersifat kanibal, saling memangsa. Sifat kanibal lebih menonjol pada ikan ukuran kecil. Sifat kanibal akan lebih serius bila jumlah dan frekuensi pemberian pakan tidak mencukupi. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi ukurannya menjadi seragam dan diberi pakan yang cukup. Penyeragaman ukuran mulai dari benih umur 35-45 hari. Namun, sifat kanibal kerapu batik tidak sekanibal kerapu macan. 

Penyeragaman ukuran ini tidak mudah karena ikan sangat mudah stres bila dipindahkan secara tiba-tiba dan ditangani dengan kasar. Agar tidak berisiko stres dan kematian, pemindahan dilakukan minimal setelah lima hari benih diberi pakan udang jambret. rebon atau daging ikan rucah. Pemindahan ikan yang lebih besar dapat dilakukan dengan cara memasang shelter (pelindung) sebagai tempat bersembunyi ikan. Bila sudah ada ikan yang masuk ke dalam shelter, barulah shelter diangkat perlahan dan dipindahkan ke dalam bak lain.

Karena pakan merupakan biaya produksi terbesar (55-70%) dalam budi daya ikan pengelolaan pakan harus diperhatikan dengan baik. Selama pemeliharaan kerapu batik diberikan pakan antara 4-15% dari bobot total tubuh ikan sesuai dengan ukuran ikan. Namun pemberian pakan perlu dilakukan dengan cermat sambil mengamati kebiasaan makan dan jumlah pakan yang dimakan ikan setiap hari. Prinsipnya ikan diberi pakan sampai kenyang (ad libitum).

Ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan dengan cara menyambar pakan yang diberikan. Setelah kenyang, pakan yang ditebar tidak lagi disambar. Pada kondisi ini pemberian pakan dihentikan untuk mencegah kelebihan pakan. Ikan kerapu juga mempunyai naluri menunggu pakan yang akan diberikan pada waktu pemberian pakan. Kondisi ini dengan terlihat adanya ikan kerapu yang muncul ke permukaan pada jam pemberian pakan. Oleh karena itu, pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada jam yang sama setiap hari. Hal ini akan memudahkan pendugaan terhadap jumlah populasi maupun kebiasaan ikan itu sendiri.

Dari hasil pengamatan, pakan yang dikosumsi tidak langsung dicerna melainkan disimpan lebih dahulu dalam perut ikan. Pakan ini akan dimuntahkan dalam bentuk utuh bila ikan mengalami stres. Karena itu. untuk pengukuran bobot ikan harus dilakukan pagi hari sebelum ikan diberi pakan. Ikan yang diukur bobotnya kadang-kadang memuntahkan pakan yang dikonsumsi/diberikan satu hari sebelumnya. Hal ini menun jukkan selama 24 jam (satu hari) belum terjadi proses pengosongan lam bung yang berarti ikan belum lapar. Menurut Hariati (1989), selang waktu pemberian pakan hendaknya disesuaikan dengan lamanya waktu mulai makan sampai pengeluaran kotoran (faces). 

Di dalam tambak harus dimasukkan pipa PVC atau potongan bambu sebagai shelter. Dengan adanya shelter, selain menghindarkan ikan dari sifat kanibal, juga sebagai tempat bersembunyi. Dengan bersembunyinya ikan tersebut, berarti besarnya energi yang diperlukan untuk bergerak akan menurun, dan dengan demikian memungkinkan ikan untuk menjadi semakin besar dengan lebih cepat. Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan shelter adalah ukuran ikan, sehingga ikan tidak terjepit di dalam shelter. 

Pemeliharaan kerapu batik dari kecil hingga mencapai ukuran konsumsi membutuhkan waktu 6-8 bulan. Dengan begitu biaya yang dibutuhkan juga sangat besar, maka perawatan tambak dan ikan selama pemeliharaan harus dilakukan dengan baik.

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved