Benih titang untuk budidaya ditangkap di alam. Penangkapan benih otang dilakukan di muara sungai, estuari. dan sekitar hutan mangrove Di Indonesia, ikan ini belum dibenihkan secara terkontrol di hutchi.
PEMELIHARAAN IKAN TITANG DI TAMBAK
Pemeliharaan ikan titang di tambak dilakukan secara monokultur dan polikultur. Ikan titang dapat dipelihara secara ekstensif sampul interat. Benih ikan titang dan hasil penangkapan di alam yang berukuran > 7 cm /ekor atau berat > 10 gr/ekor ditebar dengan kepadatan 20.000 - 30.000 ekor /ha atau 2-3 ekor/m2 untuk tambak yang dikelola semi intens. Untuk tambak yang dikelola secara intensif padat penebaran untuk benih yang sama sebanyak 4-5 ekor/m2 atau 40.000-50.000 ekor/ha. Bila ukuran benih lebih besar, sekitar 13 cm/ekor atau 20 gr/ekor, maka padat penebaran diturunkan menjadi 3 ekor/m2 atau 30.000 ekor/ha.
Pakan ikan titang terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami terdiri dari lumut sutra dan rumput laut grasilaria (Gracillaria sp). Untuk pakan buatan berupa butiran yang diberikan saat ikan titang masih berukuran kecil. Pakan butiran yang telah dihancurkan diberikan sebanyak 3-5% dari biomassa.
Pada budi daya semi intensif, pemberian pakan 1-2 kali sehari, sedangkan budi daya intensif. pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari. yaitu pukul 08.00, 13.00, dan 16.00.
Pengontrolan pakan sangat penting dilakukan untuk melihat apakah pakan yang diberikan sudah cukup atau belum. Untuk itu, pengontrolan dilakukan setelah 1- 2 jam pemberian pakan. Kalau sebelum 1-2 jam pakan habis maka dosis pakan ditambah 5%. Kalau 1-2 jam pakan masih ada maka dosis pakan dikurangi 5% dari total pemberian.
Bila dipelihara secara polikultur, maka komoditas yang dapat dipolikultur dengan ikan titang antara lain beropang (Siganus sp), bandeng (Chanos chanos), nila (Oreochromis niloticus), kepiting bakau (Scylla serrata), udang (Penaeus, Litopenaeus), dan rajungan (Portunus sp).
Padat penebaran dalam polikultur harus memperhatikan spesies utama yang hendak diproduksi. Apakah ikan titang sebagai spesies utama atau ikan titang sebagai spesies kedua? Jumlah spesies utama selalu lebih daripada spesies kedua dan seterusnya. Misalnya budi daya ikan titang dan nila, di mana ikan titang sebagai spesies utama. Bila sebuah tambak hendak ditebari 20.000 ekor benih, maka sekitar 15.000 berupa benih ikan titang dan 5.000 sisanya untuk ikan nila.
Dalam budi daya udang atau kepiting, ikan titang dijadikan sebagai spesies kedua dalam polikultur. Ikan titang menjadi pengendali lumut dan berbagai fitoplankton di dalam tambak. Untuk polikultur kepiting bakau dan ikan titang, benih kepiting bakau berukuran 20-40 gr/ekor ditebar sebanyak 20.000/ha dan benih ikan titang sebanyak 2.000-2.500 ekor/ha. Padat penebaran yang sama dapat diterapkan pada polikultur udang dan ikan titang.
Cara tersebut memungkinkan pemanfaatan ruang secara optimal, karena udang dan kepiting mempunyai relung ekologi yang berbeda. Udang dan kepiting cenderung hidup di dasar perairan dan bersembunyi pada pematang atau substrat di dalam tambak, sedangkan ikan titang berenang bebas di dalam tambak.
Lama pemeliharaan ikan titang untuk mencapai ukuran konsumsi (200 400 gr/ekor) adalah 4-6 bulan. Ikan titang hasil panen diperdagangkan secara utuh. Di rumah makan dan restoran, ikan titang disajikan sebagai ikan bakar dan goreng dalam kondisi utuh.
Comments
Post a Comment