Skip to main content

Budidaya Tanaman Cokelat: Pembibitan, Penanaman, Pemeliharaan, Pemupukan, Pengendalian Hama, dan Panen Cokelat

Cokelat atau sering disebut juga dengan nama kakao cocok ditanam pada daerah yang berada pada 10° LU dan 10° LS. Areal penanamannya adalah daerah dengan curah hujan 1.100-3.000 mm/tahun. Curah hujan dan sebarannya sangat berperan penting dalam pembentukan tunas muda (flushing). Penanaman cokelat di daerah dengan curah hujan rendah akan menghasilkan produksi yang rendah juga. Adanya pola penyebaran curah hujan yang merata akan mengakibatkan pola panen yang merata pula.

Tanaman cokelat dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat sifat fisik dan kimia tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman cokelat. Tanaman cokelat tumbuh baik pada tanah yang mempunyai tingkat keasaman 6-7,5. Selain tingkat keasaman, sifat kimia yang juga sangat berperan adalah kandungan bahan organik. Kadar bahan organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa tanaman sebelum menghasilkan. Pada lapisan tanah setebal 0-15 cm, kandungan bahan organik sebaiknya tidak kurang dari 3%. 

Kadar tersebut mampu menyediakan 1,75% unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur. Untuk meningkatkan kandungan bahan organik dapat memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah coklat Tekstur tanah yang baik untuk tanaman cokelat adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10–20% debu. Tanah tipe latosol sangat kurang menguntungkan bagi tanaman cokelat. Sementara itu tanah regosol yang mempunyai tekstur lempung berliat dan berkerikil masih lebih baik bagi tanaman cokelat daripada tanah tipe latosol.

Menurut hasil penelitian, suhu ideal bagi pertumbuhan tanaman cokelat adalah 30-32° C (suhu maksimum) dan 18-21° C (suhu minimum). Lingkungan hidup alami tanaman cokelat adalah hutan hujan tropis. Dalam pertumbuhannya tanaman cokelat membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh.

Cara Budidaya Tanaman Cokelat atau Kakao

Tanaman cokelat

Dalam budi daya tanaman cokelat terdapat beberapa teknik. Berikut diuraikan mengenai segala hal yang berhubungan dengan budi daya tanaman cokelat.

1. Penyediaan bibit

Agar produksi cokelat yang dihasilkan tinggi, perlu digunakan benih yang berkualitas. Benih yang berkualitas dapat diperoleh dari kebun benih cokelat. Benih berkualitas dapat juga diperoleh dari pohon-pohon terpilih di areal pertanaman cokelat. Pohon-pohon terpilih hendaknya memenuhi beberapa kriteria, antara lain produksinya tinggi bebas dari serangan hama dan penyakit, serta berbuah sepanjang tahun. Benih dikumpulkan dari buah yang telah matang dengan pulp yang belum kering. Jika pulp telah kering, biasanya biji dalam buah telah berkecambah, Kulit buah sebaiknya diperiksa. Apabila kulit buah berlubang-lubang dan biji melekat, sebaiknya biji tidak dijadikan bahan tanam. Hal ini disebabkan gejala yang demikian mengindikasikan bahwa buah telah terkena serangan Conopomorpha cramerella. 

Pemeliharaan bibit di persemaian dilakukan dengan menjaga kelembapan media. Bibit disiram satu kali dalam sehari pada waktu pagi hari, Jika kondisi cukup kering, dilakukan penyiraman dua kali sehari yaitu pada pagi dan pada sore. 

Setelah berumur 21 hari, bibit dipindahkan ke polibag ukuran 25 cm x 30 cm yang telah disiapkan. Sesuai dengan umur bibit, naungan dikurang dijarangkan sebanyak 50% pada saat bibit berumur 2-2,5 bulan Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur dua bulan di polibag dengan dosis yang sesuai dengan umurnya.

Selain melalui biji, bibit coklat juga dapat diperoleh dengan carabperbanyakan secara vegetatif, berupa sambung dan okulasi. Bahkan, saat ini sudah banyak tersedia bibit kakao yang dijual dan siap ditanam dilahan. 

Benih cokelat harus dibersihkan dari pulp yang melekat. Setelah itu, benih dilumuri fungisida sebelum dikecambahkan agar bebas dari serangan cendawan Benih dikecambahkan dengan cara menanamnya di bedeng persemaian. Benih ditanam tegak dengan bakal radikula berada pada bagian bawah. Benih disemaikan pada media pasir halus di bedengan dengan jarak tanam 2,5 cm x 4 cm. 

2. Penanaman tanaman pelindung

Penanaman tanaman pelindung sangat penting dilakukan sebelum penanaman bibit tanaman cokelat di lapang. Hal ini disebabkan oleh tanaman cokelat membutuhkan naungan selama proses pertumbuhannya. Namun tanaman pelindung dan tanaman cokelat akan berkompetisi untuk mendapatkan air dan unsur hara tanah. Tanaman pelindung juga dapat meningkatkan risiko serangan hama dan penyakit. Oleh karena itu, tanaman pelindung perlu dirawat dengan baik. 

Jenis tanaman pelindung terdiri atas pohon pelindung sementara dan pohon pelindung tetap. Pohon pelindung sementara bertujuan untuk melindungi tanaman cokelat yang belum menghasilkan dan tajuknya belum saling menutupi. Pohon pelindung tetap bermanfaat bagi tanaman yang telah menghasilkan. Pohon pelindung sementara yang umum digunakan yaitu Moghania macrophylla. Pada beberapa areal pertanaman cokelat, singkong, dan pisang juga sering digunakan untuk pohon pelindung sementara  Akan tetapi, keduanya sukar dimusnahkan dan persaingannya akan hara dan air sangat tinggi Pohon pelindung tetap yang sering digunakan antara lain Leucaena glauca. Erythrina lithosperma, Albizzia falcataria Gliricidia maculata, dan Ceiba petrando. 

Pohon pelindung sebaiknya ditanam 12-18 bulan sebelum penanaman bibit coklat di lapangan. Oleh karena itu. pembibitan harus sudah dilakukan pada saat pohon pelindung berumur enam atau delapan bulan. Waktu tersebut didasarkan pada perkiraan waktu yang dibutuhkan oleh pohon pelindung tetap dan pohon pelindung sementara untuk tumbuh sehingga dapat berfungsi dengan baik.

3. Penanaman

Bibit cokelat dapat ditanam pada umur 4-6 bulan, Penanaman bibit d pagi hari pada musim hujan ternyata lebih baik hasilnya jika sore atau malam harinya turun hujan daripada hujan turun dua hari kemudian. Dua minggu sebelum penanaman perlu disiapkan lubang tanam yang berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm atau 60 cm x 60 cm x 60 cm, tergantung ukuran polybag. Bibit yang baru ditanam di lapangan peka akan sinar matahari. Oleh karena itu, bibit perlu diberi naungan sementara dengan menancapkan pelepah kelapa sawit atau kelapa di sebelah timur dan barat. Adapun pohon pelindung tetap umumnya ditanam dengan jarak tanam dua kali jarak tanam cokelat. Hal ini didasarkan pada peranan satu pohon pelindung yang berfungsi bagi empat pohon cokelat di dalam bagian pertanamannya.

Untuk mendapatkan areal penanaman cokelat yang terbaik sebaiknya menetapkan pola tanam terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan nilai optimum jumlah pohon per ha, peranan optimum pohon pelindung, dan kerugian minimum yang timbul pada nilai kesuburan tanah dan biaya pemeliharaan. Ada empat pola tanam yang dianjurkan sebagai berikut: 

a. Pola pertanaman cokelat segi empat, pohon pelindung segi empat. 

b. Pola pertanaman cokelat segi empat, pohon pelindung segi tiga.

c. Pola pertanaman cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi tiga. 

d. Pola pertanaman cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segi empat. 

Pada perkebunan besar areal pertanaman cokelat memiliki satuan afdeling yang luasnya 250 ha dengan luas tiap blok 10-15 ha. Untuk memisahkan antar-afdeling perlu dibuat jalan utama yang berfungsi sebagai jalan menuju pabrik. Di dalam afdeling itu sendiri dibuat collecting road yang berfungsi sebagai pemisah blok satu dengan blok lainnya dan sebagai jalan pemeliharaan serta jalan untuk memungut hasil. Kedua jalan itu dihubungkan oleh transport road.

Jarak tanam tanaman cokelat dapat berbeda. Jarak tanam optimum tergantung pada bahan tanam dan besarnya pohon, serta jenis tanah dan iklim di areal yang akan ditanami. jarak tanam tanaman cokelat yang biasa digunakan, yaitu 3 m x 3 m, 4 m x 2 m, dan 3,5 m x 2.5 m.

4. Pemeliharaan

Tanaman cokelat perlu dipangkas, dipupuk, dan dikendalikan. Kegiatan pemeliharaan tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang maksimal. 

Pemangkasan

Pada tanaman cokelat yang belum menghasilkan (TBM), perlu dilakukan pemangkasan setelah berumur delapan bulan. Sekali dalam dua minggu, tunas-tunas air (chupon) dipangkas dengan cara memotongnya tepat di pangkal batang utama atau cabang primer yang tumbuh. Sebanyak 5-6 cabang dikurangi sehingga hanya tinggal 3-4 cabang. Cabang yang dibutuhkan adalah cabang yang simetris terhadap batang utama.

Selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan ditujukan untuk pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung sementara perlu dipangkas agar tidak menutupi tanaman cokelat. Pohon pelindung sementara sebaiknya memiliki tinggi kurang dari 1,5 m agar tanaman cokelat mendapatkan sinar matahari yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pemangkasan pada pohon pelindung tetap dilakukan terhadap cabang-cabang yang tumbuh rendah dan lemah. Untuk pohon pelindung tetap, dua cabang utama sejak awal pertumbuhan dibiarkan tumbuh hingga berumur satu tahun. Setelah itu, satu cabang harus dipotong agar tidak memberikan naungan yang terlalu gelap bagi tanaman coklat.

Pemupukan

Cokelat dipupuk setelah berumur dua bulan di lapangan. Sisa pemangkasan dan kulit buah cokelat yang dibenamkan ke dalam tanah juga merupakan sumber hara bagi tanaman cokelat. Pemupukan pada TBM dilaksanakan dengan cara menabur pupuk secara merata mengelilingi pohon dengan jarak 15-50 cm (untuk umur 2-10 bulan) dan 50-75 cm (untuk umur 14-20 bulan) dari batang utama. Sebelum dilakukan pemupukan sebaiknya lingkaran di sekitar batang utama harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM), tanaman cokelat harus tetap dipupuk secara teratur, terutama dengan pupuk makro NP dan K) yang dosisnya disesuaikan dengan rekomendasi wilayah setempat. 

Pengendalian gulma

Pengendalian gulma pada areal pertanaman cokelat biasanya dilakukan pada masa TBM. Beberapa jenis gulma yang biasanya ada di areal pertanaman cokelat, antara lain Paspalum conjugatum, Ageratum conyzoides, Axonopus compressus, Eleusine indica, dan Mikania micrantha. Pengendalian gulma bisa dilakukan secara manual maupun kimiawi.

Gulma yang tumbuh pada bedeng pembibitan biasanya di kendalikan dengan herbisida pratumbuh. Pengendalian gulma pada areal pertanaman cokelat muda, terutama ditujukan untuk membersihkan piringan tanaman dengan diameter 0,5 cm. Pendongkelan anak kayu, anakan yang tumbuh liar atau pemberantasan ilalang juga harus dilaksanakan dengan selang waktu yang teratur. 

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Produksi tanaman cokelat di lapang dapat mengalami penurunan karena serangan hama dan penyakit. Di perkebunan cokelat dikenal adanya hama dan penyakit utama, yaitu hama/penyakit yang sering mengganggu metabolisme tanaman cokelat sehingga menurunkan pertumbuhan dan produktivitasnya. 

Hama

Beberapa hama utama yang sering ditemukan di areal pertanaman cokelat adalah sebagai berikut:

a. Helopelthis sp. (Hemiptera: Miridae). 

Helopeltis sp merupakan jenis kepik yang menyerang buah dan pucuk muda, Serangan pada pucuk muda mengakibatkan daun-daun muda melengkung, tumbuh kecil, dan berwarna kehitaman. Pada buah gejala serangan yang terlihat berupa bintik-bintik hitam yang menyebabkan gugurnya buah muda. Pengendalian secara kimia yang didahului dengan pengamatan serangan secara cermat akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan insektisida. Pengendalian secara biologis dengan penggunaan semut hitam (Dolichoderus thoracicus) juga cukup menjanjikan 

b. Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae). 

Hama ini dikenal juga dengan nama penggerek buah coklat (PBC). Buah muda yang terserang TBC mengalami perubahan warna sebelum matang. Jika buah matang terserang PBC, tanda awal yang dapat diidentifikasi adalah dengan mengguncang buah. Biji-biji tidak akan berbunyi karena biji sudah saling melekat. Pengendalian PBC secara kimia dapat dilakukan dengan insektisida berbahan aktif organoklorin atau piretroid sintetik. Di samping itu, pengendalian biologi menggunakan musuh alami Trichogrammatoidea bactrae fumata cukup efektif dan memungkinkan dalam skala komersial. 

c. Zeuzera sp. (Lepidoptera: Cossidae). 

Ada dua spesies utama dari Zeuzera sp. yaitu Zeuzera coffeae dan Zeuzera roti cyanea. Serangannya menyebabkan daun mengalami nekrosis dan pucuk pada tanaman dewasa akan mati. Hama ini terutama menyerang cabang-cabang muda yang lembek, misalnya di sudut tangkai daun Ulat Zeuzera sp, akan melubangi kulit kayu, kemudian masuk ke dalamnya dan merusak xilem dan floem. 

Pengendalian serangan hama penggerek ini dapat dilakukan dengan memotong cabang terserang sepanjang 30 cm dari lubang tempat masuknya. Cabang dikumpulkan kemudian dibakat Insektisida organoklorin atau organofosfat sistemik pada lubang yang digerek juga dapat digunakan untuk membunuh ulat. 

Penyakit

Ada beberapa penyakit penting pada tanaman cokelat dan sering mengakibatkan turunnya produksi panen cokelat, yaitu sebagai berikut:

a. Vascular Streak Dieback (VSD). 

Penyakit VSD disebabkan oleh Oncobasidium theobromae. Patogen ini hanya ada di wilayah penanaman cokelat di Asia Tenggara dan Melanesia. Gejala penyakit ini adalah munculnya klorosis pada daun ke-2 dan ke-3 di bawah flush. Daun-daunnya menunjukkan warna kuning dengan bercak bercak hijau. Daun kemudian rontok dan kulit cabang di sekitar bekas kedudukan daun membengkak dan kasar. Lentisel juga membengkak. Gejala demikian diikuti oleh daun lain. 

Pengendalian VSD yang efektif dilakukan dengan cara manual. Pengendalian dilakukan dengan memotong cabang yang menunjukkan gejala mati pucuk dan klorosis pada daun ke-2 dan ke-3 di bawah flush. Pengendalian secara kimia dinilai kurang efektif karena fungisida triazol dan biterland hanya berhasil menghambat pertumbuhan Oncobasidium theobromae yang biasanya hanya digunakan untuk bibit. 

b. Phytophthora sp.

Infeksi akibat patogen ini dapat terjadi pada daun, tunas, batang, akar, dan bunga. Infeksi pada buah muda menimbulkan kerugian yang berarti. Gejala infeksi Phytophthora sp pada buah adalah terjadinya bercak berwarna kelabu kehitaman. Biasanya bercak tersebut terdapat pada ujung buah. Bercak mengandung air kemudian menjadi warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun ikut membusuk. 

Pengendalian Phytophthora sp. dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida. Penggunaan fungisida metallic copper terbukti memberikan hasil yang baik terhadap Phytophthora sp. Pengendalian secara biologis dengan menggunakan cendawan Aspergillus tamarii dapat menghambat pertumbuhan P Palmivora.

c. Cocoa Swollen Shoot Virus (CSSV). 

Gejala infeksi CMV dapat dilihat pada batang daun, akar, dan buah. Batang dan akar membengkak. Kambium membengkak dan sel-sel floem berubah bentuk dan ukurannya menjadi lebih besar. Ruas batang juga membengkak dan ranting rapuh jika dipatahkan. Perubahan warna terlihat di sekitar tulang daun yang menjadi berwarna merah. Selanjutnya, daun berlubang dan rontok. Buah yang terserang menjadi burik dan lebih mengilap daripada buah normal. Pengendalian dapat dilakukan dengan memotong atau memusnahkan tanaman yang terinfeksi. Pengendalian CSSV dapat juga dilakukan dengan memusnahkan 2 barisan tanaman yang saling berhubungan untuk mencegah penyebarannya. Karantina dan sanitasi yang ketat juga merupakan cara lain untuk mencegah infeksi CSSV.

6. Panen

Ada tiga perubahan warna kulit buah coklat yang telah mengalami kematangan. Ketiga perubahan warna kulit tersebut menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun. 

Kelas C, warna kulit kuning, bagian kulit yang berubah warnanya pada alur buah. 

Kelas B, warna kulit kuning serta bagian kulit yang mengalami perubahan warna pada alur buah dan punggung alur buah. 

Kelas A warna kulit kuning dan bagian kulit yang yang mengalami perubahan warna pada seluruh permukaan buah. 

Sementara Itu, kelas A+, warna kulit kuning tua dan bagian kulit mengalami perubahan warna pada seluruh permukaan buah. 

Untuk memanen cokelat, digunakan pisau tajam. Jika letak buah terlalu tinggi. pisau disambung dengan galah bambu. Saat panen diusahakan tidak melukai batang/cabang. Pemanenan buah cokelat. 

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved