Dalam kegiatan pembesaran beronang batik di KJA, benih yang digunakan mencapai ukuran 7-10 cm dan berat 8 20 gr/ekor. Ukuran benih yang ideal untuk budi daya ikan di KJA adalah 20 gr/ekor. Jika benih berasal dari penangkapan, maka sulit memperoleh benih yang ukurannya seragam Sekalipun berorang bukanlah ikan kanibal (saling memangsa). dengan benih yang tidak seragam, maka pemanfaatan pakan tidak efisien, di samping pertumbuhan ikan tidak seragam.
Pemeliharaan Beronang Batik di KJA
Seleksi perlu dilakukan sebelum benih ditebarkan ke dalam KJA sehingga diperoleh benih yang sehat dan seragam. Padat penebaran optimal gelondongan beronang batik dalam KJA untuk menghasilkan baronang konsumsi adalah 300-500 ekor/m3 dengan perkiraan tingkat kematian mencapai 10%. Sebelum ditebarkan dalam KJA, benih perlu diadaptasikan ke dalam kondisi lingkungan perairan budi daya terhadap salinitas maupun suhu. Penebaran hendaknya dilakukan pada pagi hari pukul 06.00-08.00 atau sore dan malam hari pukul 19.00-20.00 untuk menghindari stres terhadap ikan akibat perubahan kondisi lingkungan perairan.
Padat penebaran sangat dipengaruhi oleh hubungan ukuran ikan dan luas wadah budi daya. Padat penebaran ikan dalam KJA memengaruhi pemanfaatan ruang gerak peluang mendapatkan pakan serta kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut. Dalam kondisi ikan berjejal, persaingan penggunaan oksigen terlarut sangat tinggi terutama pada malam hari di saat arus tenang sehingga penurunan oksigen terlarut cukup drastis. Konsentrasi oksigen terlarut dalam KJA yang ditebari 750 ikan/m3 dapat mencapai 2 ppm saat pasang tertinggi atau surut terenda yang terjadi di malam hari.
Pemeliharaan beronang batik di KJA, seluruhnya mengandalkan pakan yang disuplai oleh pembudi daya, baik berupa pakan alami maupun buatan. Oleh karena itu, teknik, jumlah, waktu dan frekuensi pemberian pakan perlu diperhatikan dengan cermat. Umumnya pakan diberikan sebanyak 5-8% biomassa ikan per hari dengan metode satiasi (sekitar 909 ikan dalam kondisi kenyang). Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada saat surut atau pasang duduk (mencapai puncak dan surut terendah), atau di saat arus sangat lemah, sebanyak 2-3 kali sehari, yaitu pagi antara pukul 07.00-08.00, siang antara 11.00-12.00 dan sore sekitar pukul 16.00 17.00. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit agar tidak banyak terbuang, karena pada saat pemberian pakan, beronang batik bergerak aktif berebutan sehingga menimbulkan gerakan arus air dalam KJA.
Pakan yang diberikan kepada beronang batik berupa pakan buatan (pelet) dan pakan alami, seperti rumput laut. lamun, dan klekap yang diambil di tambak-tambak terlantar. Pelet merupakan pakan utama, sedangkan pakan alami menjadi pakan tambahan. Komposisi pemberian pakan ada 70-80% pelet dan 20-30% pakan alami. Untuk menjaga nafsu makan beronang batik budi daya pemberian pakan alami selalu dilakukan.
Pertumbuhan ikan perlu dipantau tiap 2 minggu sekali untuk memperoleh data dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan serta mengevaluasi perkembangan bobot dan kesehatan ikan peliharaan. Jumlah sampel sebaiknya tidak kurang dari 50 ekor yang diambil secara acak. Penimbangan berat dan pengukuran panjang dilakukan terhadap sampel yang telah dibius dengan phenoxyethanol 200-225 ppm.
Pemanenan dilakukan bila ukuran beronang batik yang hendak diproduksi telah tercapai. Untuk memproduksi beronang konsumsi (200-400 gr/ekor) dibutuhkan waktu pemeliharaan 3-4 bulan.
Comments
Post a Comment