Skip to main content

Template Excel untuk Menghitung HPP UMKM: Otomatis untuk Usaha Dagang & Produksi (Lengkap dengan Rumus per Sel)

Diperbarui: 13 Desember 2025

Ringkasan cepat:

  • Artikel ini fokus ke template Excel/Google Sheets agar HPP bisa dihitung otomatis, bukan sekadar paham rumusnya.
  • Untuk usaha dagang, pakai rumus inti: HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih − Persediaan Akhir.
  • Untuk usaha produksi, hitung HPP per unit dari biaya produksi (bahan baku + tenaga kerja langsung + overhead produksi), lalu kalikan unit terjual.
  • Kesalahan paling mahal biasanya: stok akhir tidak pernah dihitung, biaya operasional dicampur ke HPP, dan retur/ongkir pembelian tidak dicatat.

Daftar isi

Kapan butuh template HPP di Excel?

Template HPP di Excel biasanya mulai terasa penting saat:

  • Transaksi sudah ramai dan kamu mulai bingung “kok omzet besar tapi uang cepat habis”.
  • Kamu ingin menentukan harga jual yang wajar (tidak merugikan diri sendiri, dan tidak menzalimi pembeli).
  • Kamu ingin tahu produk mana yang benar-benar untung, mana yang cuma “ramai tapi tipis”.
  • Kamu mulai sering promo/diskon, tapi takut diskon kebablasan karena tidak pegang HPP yang benar.

Apa itu HPP dan kenapa harus dipisah dari biaya operasional?

HPP (Harga Pokok Penjualan) adalah biaya yang menempel pada barang/produk yang benar-benar terjual pada periode tertentu.

Biaya operasional adalah biaya menjalankan usaha yang tidak “menjadi barang”, misalnya sewa, listrik toko, gaji admin, kuota/iklan, transport umum, dan sejenisnya.

Prinsip gampangnya:

  • HPP = biaya “barang yang keluar (terjual)”
  • Operasional = biaya “menjalankan usaha”

Syarat data yang perlu disiapkan

Supaya template Excel HPP bisa jalan, minimal siapkan per periode (misal per bulan):

  • Persediaan awal (nilai stok di awal periode).
  • Pembelian (total belanja barang/bahan selama periode).
  • Ongkir pembelian (jika ditanggung usaha dan ingin dimasukkan ke biaya perolehan).
  • Retur/potongan pembelian (jika ada).
  • Persediaan akhir (nilai stok di akhir periode).

Kalau kamu masih pemula, mulai dari 3 hal dulu: stok awal, total pembelian, stok akhir. Setelah rapi, baru tambah ongkir/retur/potongan.

Langkah membuat template HPP usaha dagang (toko/reseller)

  1. Buat sheet bernama HPP_Dagang.

  2. Buat kolom seperti ini:

    • Kolom A: Komponen
    • Kolom B: Nilai (Rp)
    • Kolom C: Rumus Excel (untuk sel yang dihitung otomatis)
  3. Masukkan komponen: Persediaan awal, pembelian, ongkir pembelian, retur/potongan, pembelian bersih, persediaan akhir, HPP.

  4. Tulis rumus otomatis untuk:

    • Pembelian Bersih = Pembelian + Ongkir − Retur/Potongan
    • HPP = Persediaan Awal + Pembelian Bersih − Persediaan Akhir
  5. Format angka kolom B sebagai Rupiah (Accounting/Number), supaya mudah dibaca.

Langkah membuat template HPP usaha produksi (kuliner/kerajinan)

  1. Buat sheet bernama HPP_Produksi.

  2. Pakai komponen biaya produksi pemula:

    • Bahan baku terpakai (termasuk kemasan bila memang melekat per produk)
    • Tenaga kerja langsung (upah yang benar-benar terkait produksi)
    • Overhead produksi (gas/listrik produksi, penyusutan alat produksi, dll.)
  3. Hitung otomatis:

    • Total biaya produksi = bahan baku + tenaga kerja + overhead
    • HPP per unit = total biaya produksi ÷ unit jadi
    • HPP penjualan = HPP per unit × unit terjual
  4. Catatan: biaya operasional (admin, iklan, sewa toko) biasanya bukan overhead produksi. Pisahkan agar analisis tidak kacau.

Contoh tabel Excel + rumus per sel (siap tiru)

1) Contoh tabel untuk usaha dagang (sheet: HPP_Dagang)

Penjelasan kolom: Kolom A berisi nama komponen, kolom B berisi nilai Rupiah (input manual), kolom C berisi rumus Excel untuk baris yang otomatis.

Kolom A Kolom B Kolom C
Komponen Nilai (Rp) Rumus Excel (jika dihitung)
Persediaan awal 50000000 -
Pembelian selama periode 280000000 -
Ongkir pembelian (ditanggung usaha) 5000000 -
Retur/potongan pembelian 0 -
Pembelian bersih (otomatis) =B3+B4-B5
Persediaan akhir 70000000 -
HPP (otomatis) =B2+B6-B7

Arti rumusnya (bahasa awam):

  • Di sel B6, rumus =B3+B4-B5 artinya “pembelian bersih = pembelian + ongkir − retur/potongan”.
  • Di sel B8, rumus =B2+B6-B7 artinya “HPP = stok awal + pembelian bersih − stok akhir”.

2) Contoh tabel untuk usaha produksi (sheet: HPP_Produksi)

Penjelasan kolom: Kolom A nama komponen, kolom B nilai Rupiah atau jumlah unit (input), kolom C rumus Excel untuk hasil otomatis.

Kolom A Kolom B Kolom C
Komponen Nilai Rumus Excel (jika dihitung)
Bahan baku terpakai (Rp) 6000000 -
Tenaga kerja langsung (Rp) 2000000 -
Overhead produksi (Rp) 1000000 -
Total biaya produksi (Rp) (otomatis) =B2+B3+B4
Jumlah unit jadi (porsi/pcs) 1000 -
HPP per unit (Rp) (otomatis) =B5/B6
Unit terjual (porsi/pcs) 800 -
HPP penjualan (Rp) (otomatis) =B7*B8

Arti rumusnya (bahasa awam):

  • Di sel B5, =B2+B3+B4 menjumlahkan semua biaya produksi.
  • Di sel B7, =B5/B6 membagi total biaya produksi dengan jumlah unit jadi (hasilnya biaya per unit).
  • Di sel B9, =B7*B8 mengalikan HPP per unit dengan unit terjual (hasilnya HPP penjualan periode itu).

Tips supaya HPP tidak menipu & harga jual tetap aman (syar’i)

  • Wajib hitung stok akhir (stok opname sederhana pun jadi). Tanpa stok akhir, HPP bisa “membengkak” dan kamu salah menilai laba.
  • Pisahkan HPP vs operasional. Ini kunci agar kamu tahu masalah ada di harga beli/biaya produksi, atau justru di biaya operasional yang bengkak.
  • Catat barang rusak/kedaluwarsa/retur. Kalau stok fisik tidak sesuai catatan, rumus Excel secanggih apa pun tetap menipu.
  • Jaga amanah & kejelasan akad: HPP membantu kamu menentukan harga yang adil, tidak “mengakali” timbangan/isi, dan tidak menzalimi pembeli.
  • Kalau mau tentukan harga jual, jangan cuma “ikut pasar”. Jadikan HPP sebagai dasar, lalu tambah margin wajar sesuai kualitas dan layanan.

Risiko & kesalahan umum saat pakai Excel

  • Format angka kacau (misalnya rupiah dianggap teks) → hasil rumus tidak berubah. Pastikan kolom B formatnya Number/Accounting.
  • Salah input periode (stok akhir bulan ini kepakai untuk bulan lain) → HPP melenceng.
  • Biaya operasional masuk ke HPP → seolah-olah HPP tinggi padahal masalahnya operasional.
  • Stok akhir diisi “asal” karena malas opname → HPP jadi tidak bisa dipercaya.

FAQ

  1. Lebih baik hitung HPP per bulan atau per hari?
    Untuk pemula, mulai per bulan. Kalau transaksi sudah padat dan stok cepat berputar (misal kuliner), kamu bisa rekap mingguan agar cepat ketahuan kalau ada kebocoran.

  2. Apakah ongkir pembelian wajib masuk HPP?
    Tidak wajib, tapi lebih rapi jika ongkir pembelian yang ditanggung usaha dimasukkan ke pembelian bersih (karena itu bagian biaya perolehan stok).

  3. Kalau saya tidak punya data persediaan awal, bagaimana?
    Mulai dari stok fisik saat ini sebagai “stok awal” periode berjalan. Ke depannya, disiplin tutup buku tiap akhir periode agar stok akhir otomatis jadi stok awal periode berikutnya.

  4. Untuk usaha produksi, apakah kemasan masuk HPP?
    Jika kemasan memang melekat per produk (misalnya cup, stiker, plastik segel), banyak UMKM memasukkannya ke HPP produksi agar biaya per unit realistis.

  5. Kenapa HPP saya besar padahal harga beli stabil?
    Biasanya karena stok akhir tidak dihitung benar, ada barang rusak/retur belum dicatat, atau pembelian bersih memasukkan komponen yang tidak tepat.

  6. Setelah punya HPP, langkah berikutnya apa?
    Lanjutkan ke analisis laba rugi dan target impas (BEP), supaya kamu tahu minimal penjualan yang aman dan strategi harga/promo yang tidak merugikan.

Baca juga di Beginisob.com

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved