Skip to main content

Cara Menghitung Valuasi Usaha UMKM: Rumus Sederhana sebelum Jual Bisnis atau Cari Investor

Diperbarui: 23 November 2025

Ringkasan cepat

  • Valuasi usaha adalah perkiraan nilai wajar sebuah bisnis jika dijual hari ini, atau nilai yang layak dibayar investor untuk memiliki sebagian saham di dalamnya.
  • Untuk UMKM, metode termudah biasanya: valuasi berbasis laba (P/E), berbasis omzet (revenue multiple), dan berbasis aset bersih.
  • Rumus paling populer: Valuasi = Laba Bersih Tahunan × Multiple (misalnya 1–5× untuk usaha kecil, tergantung risiko dan prospek).
  • Sebelum menghitung valuasi, Anda perlu laporan laba rugi sederhana, data aset & utang, serta proyeksi bisnis minimal 1–3 tahun.
  • Artikel ini fokus pada cara menghitung & menganalisa valuasi usaha UMKM dengan pendekatan praktis yang bisa Anda pakai sebelum jual bisnis atau negosiasi dengan calon investor.

Daftar isi

  1. Kapan Anda perlu menghitung valuasi usaha?
  2. Apa itu valuasi usaha dan istilah pentingnya?
  3. Syarat data sebelum menghitung valuasi usaha
  4. Langkah menghitung valuasi usaha UMKM (step by step)
  5. Cara menganalisa hasil valuasi: murah, wajar, atau kemahalan?
  6. Tips memakai valuasi untuk negosiasi jual bisnis/investor
  7. Risiko & keterbatasan valuasi sederhana untuk UMKM
  8. FAQ valuasi usaha UMKM
  9. Baca juga di Beginisob.com

Kapan Anda perlu menghitung valuasi usaha?

Tidak semua usaha harus sibuk menghitung valuasi setiap hari. Namun, Anda sebaiknya mulai menghitung valuasi ketika:

  • Anda ingin menjual usaha (full atau sebagian) dan butuh angka patokan yang masuk akal.
  • Anda sedang mencari investor yang ingin memiliki saham di usaha Anda.
  • Anda akan mengajak partner baru masuk modal dan perlu membagi porsi kepemilikan dengan adil.
  • Usaha Anda mulai bertumbuh cepat dan Anda ingin tahu kira-kira “seberapa besar” bisnis yang sedang dibangun.
  • Anda butuh bahan negosiasi saat mengurus pinjaman, franchise, atau kerjasama strategis.

Valuasi bukan hanya untuk startup teknologi besar. Warung, kedai kopi, bengkel, laundry, toko online — semuanya bisa dihitung nilai kasarnya dengan pendekatan sederhana.

Apa itu valuasi usaha dan istilah pentingnya?

Valuasi usaha adalah proses memperkirakan nilai ekonomi dari sebuah bisnis pada waktu tertentu. Bukan nilai pasti, tapi angka perkiraan yang digunakan sebagai dasar negosiasi.

Istilah penting sebelum menghitung valuasi

  • Laba Bersih (Net Profit)
    Laba setelah dikurangi semua biaya: bahan baku, gaji, sewa, listrik, bunga, pajak, dll. Biasanya diambil dari laporan laba rugi tahunan.
  • EBITDA (Earnings Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortization)
    Laba sebelum bunga, pajak, dan penyusutan. Sering dipakai di bisnis yang asetnya besar, tapi untuk UMKM Anda boleh fokus ke laba bersih dulu.
  • Omzet / Pendapatan (Revenue)
    Total penjualan kotor sebelum dikurangi biaya apa pun.
  • Aset Bersih
    Aset (kas, stok, peralatan, kendaraan, dsb.) dikurangi utang. Ini dasar untuk valuasi berbasis aset.
  • Multiple
    Angka pengali yang digunakan di rumus valuasi, misalnya 1×, 2×, 3× laba bersih atau omzet. Multiple dipengaruhi:
    • risiko bisnis,
    • stabilitas laba,
    • potensi pertumbuhan,
    • ketergantungan pada pemilik (owner dependent atau tidak).

Syarat data sebelum menghitung valuasi usaha

Sebelum masuk ke rumus, pastikan Anda punya minimal:

  1. Laporan laba rugi sederhana 1–3 tahun terakhir
    • Omzet per tahun.
    • Total biaya per tahun.
    • Laba kotor & laba bersih (kalau bisa dipisah).
  2. Daftar aset dan utang
    • Kas & saldo rekening.
    • Stok/barang dagangan.
    • Peralatan, kendaraan, mesin.
    • Pinjaman usaha, utang ke supplier, dll.
  3. Data operasional penting
    • Jumlah pelanggan rata-rata.
    • Tren penjualan (naik, turun, musiman).
    • Kontrak jangka panjang (sewa, kerjasama, vendor).
  4. Legalitas usaha
    NIB, NPWP, dan izin lain tidak langsung mengubah rumus, tetapi mempengaruhi multiple (usaha legal & rapi biasanya dinilai lebih tinggi).

Kalau Anda belum punya laporan rapi, bisa mulai dari rekap transaksi di buku kas, mutasi rekening, atau laporan marketplace, lalu disusun menjadi laba rugi sederhana.

Langkah menghitung valuasi usaha UMKM (step by step)

Berikut tiga metode praktis yang bisa Anda pakai dan bandingkan:

Metode 1 – Valuasi berbasis laba (Profit Multiple / P/E Sederhana)

Langkah 1: Hitung laba bersih tahunan rata-rata

  1. Ambil laba bersih 2–3 tahun terakhir (kalau ada).
  2. Jika omset/laba naik turun, ambil rata-rata untuk menghindari angka yang terlalu optimis/pesimis.

Contoh:
Tahun 2023: laba bersih Rp60.000.000
Tahun 2024: laba bersih Rp72.000.000
Tahun 2025: laba bersih Rp90.000.000

Rata-rata laba bersih tahunan:

(60.000.000 + 72.000.000 + 90.000.000) ÷ 3 = 74.000.000

Langkah 2: Tentukan multiple laba

Untuk UMKM tradisional, sering dipakai kisaran kasar:

  • 1–2× laba untuk usaha risikonya tinggi, sangat bergantung pemilik, atau laba belum stabil.
  • 2–3× laba untuk usaha yang lebih stabil, punya pelanggan loyal, dan sistem sudah mulai rapi.
  • 3–5× laba (atau lebih) untuk usaha yang pertumbuhannya cepat, brand kuat, dan sistem sangat rapi.

Misal usaha Anda cukup stabil, lalu Anda dan calon pembeli sepakat pakai multiple 2,5× laba.

Langkah 3: Hitung valuasi

Rumus:
Valuasi = Laba Bersih Tahunan Rata-rata × Multiple

Masukkan angka:

Valuasi = 74.000.000 × 2,5 = 185.000.000

Artinya, nilai usaha secara kasar ≈ Rp185 juta dengan asumsi serta risiko yang sudah disepakati.

Metode 2 – Valuasi berbasis omzet (Revenue Multiple)

Metode ini sering dipakai untuk usaha yang laba bersihnya kecil (karena banyak promosi) tapi omzet besar dan sedang bertumbuh.

Langkah 1: Hitung omzet tahunan rata-rata

Contoh:
Omzet 2023: Rp300.000.000
Omzet 2024: Rp360.000.000
Omzet 2025: Rp450.000.000

Rata-rata omzet tahunan:

(300.000.000 + 360.000.000 + 450.000.000) ÷ 3 = 370.000.000

Langkah 2: Tentukan multiple omzet

Untuk usaha kecil, biasanya multiple omzet lebih rendah, misalnya:

  • 0,2–0,5× omzet untuk usaha yang margin tipis & risiko tinggi.
  • 0,5–1× omzet untuk usaha yang punya margin lebih baik & basis pelanggan kuat.

Misal disepakati multiple 0,4× omzet.

Langkah 3: Hitung valuasi

Valuasi = Omzet Rata-rata Tahunan × Multiple
Valuasi = 370.000.000 × 0,4 = 148.000.000

Nilai usaha ≈ Rp148 juta berdasarkan pendekatan omzet.

Metode 3 – Valuasi berbasis aset bersih (Asset-Based)

Metode ini cocok untuk usaha yang banyak aset fisik (peralatan, kendaraan, mesin) dan laba belum stabil.

Langkah 1: Hitung nilai pasar wajar aset

  • Kas & saldo rekening: Rp30.000.000
  • Stok barang (harga pokok): Rp40.000.000
  • Peralatan & mesin (nilai jual wajar sekarang): Rp80.000.000
  • Kendaraan operasional (nilai pasaran saat ini): Rp70.000.000

Total aset ≈ Rp220.000.000.

Langkah 2: Kurangi dengan total utang

  • Utang bank: Rp50.000.000
  • Utang ke pemasok: Rp20.000.000

Total utang = Rp70.000.000.

Langkah 3: Hitung aset bersih

Aset Bersih = Total Aset – Total Utang
Aset Bersih = 220.000.000 – 70.000.000 = 150.000.000

Valuasi berbasis aset: ≈ Rp150 juta.

Membandingkan ketiga metode

  • Valuasi laba (P/E sederhana): Rp185 juta.
  • Valuasi omzet: Rp148 juta.
  • Valuasi aset bersih: Rp150 juta.

Dari sini Anda bisa menyimpulkan bahwa kisaran wajar mungkin berada di sekitar Rp150–185 juta, lalu gunakan angka ini sebagai patokan negosiasi.

Cara menganalisa hasil valuasi: murah, wajar, atau kemahalan?

Setelah dapat angka, langkah berikutnya adalah menilai apakah valuasi tersebut:

  • Terlalu rendah – kalau valuasi di bawah aset bersih dan prospek usaha bagus, mungkin Anda menjual terlalu murah.
  • Masih wajar – jika valuasi berada sedikit di atas aset bersih dan sejalan dengan laba & omzet.
  • Terlalu tinggi – kalau valuasi jauh di atas apa pun yang didukung laba/omzet saat ini, Anda perlu argumen kuat (pertumbuhan luar biasa, brand sangat kuat, dll.).

Beberapa pertanyaan untuk menguji kewajaran valuasi:

  1. Kalau pembeli bayar sesuai valuasi, butuh berapa tahun laba bersih untuk balik modal?
  2. Apakah laba bersih yang dipakai sudah “dinormalisasi” (misalnya gaji owner dimasukkan wajar, bukan nol)?
  3. Seberapa penting peran Anda secara pribadi di usaha? Kalau sangat owner dependent, pembeli biasanya menawar lebih rendah.
  4. Bagaimana tren BEP dan margin usaha Anda? (bisa Anda hitung dengan panduan di artikel BEP terpisah).

Tips memakai valuasi untuk negosiasi jual bisnis/investor

  • Selalu siapkan rentang, bukan angka tunggal — misalnya “Rp150–180 juta”, bukan “harus 180 juta titik”. Ini memberi ruang diskusi.
  • Tunjukkan data pendukung — laporan laba rugi, daftar aset, dan bukti transaksi memperkuat posisi Anda.
  • Bedakan “nilai bisnis” dan “nilai emosional” — pembeli/investor tidak membayar kenangan Anda, tapi kinerja & potensi bisnis.
  • Terbuka soal kelemahan usaha — kadang joint venture atau investor masuk justru untuk membantu menutup kelemahan tersebut.
  • Gunakan valuasi sebagai dasar, bukan harga final — ingat, valuasi adalah alat bantu; harga akhir tetap hasil negosiasi.

Risiko & keterbatasan valuasi sederhana untuk UMKM

Metode sederhana di atas punya beberapa keterbatasan:

  • Sangat bergantung pada kualitas data — kalau pembukuan berantakan, angka valuasi juga ikut berantakan.
  • Tidak memperhitungkan faktor non-keuangan secara detail (brand, lokasi strategis, tim hebat, resep rahasia).
  • Multiple bersifat subyektif — angka 2×, 3×, dll. adalah hasil kesepakatan, bukan angka mutlak.
  • Tidak menggambarkan skenario ekstrem — misalnya pandemi, perubahan regulasi, atau munculnya pesaing besar.
  • Kurang cocok untuk startup teknologi skala besar — yang butuh pendekatan valuasi lebih kompleks (DCF, scenario analysis, dsb.).

Meski begitu, untuk tahap awal dan skala UMKM, pendekatan ini sudah sangat membantu agar negosiasi tidak sekadar “tebak-tebakan angka”.

FAQ valuasi usaha UMKM

1. Apakah UMKM wajib menghitung valuasi usaha?

Tidak wajib secara hukum, tetapi sangat disarankan jika Anda ingin menjual usaha, mencari investor, menambah partner, atau sekadar mengukur perkembangan bisnis. Valuasi membantu Anda melihat usaha dari sudut pandang angka, bukan hanya perasaan.

2. Valuasi lebih baik pakai laba atau omzet?

Idealnya pakai laba, karena laba menunjukkan kemampuan usaha menghasilkan keuntungan. Namun, untuk usaha yang sedang agresif promosi sehingga laba kecil, pendekatan omzet bisa dipakai sebagai pembanding. Praktiknya, banyak pelaku UMKM membandingkan kedua metode lalu mencari angka tengah yang wajar.

3. Bagaimana kalau usaha saya baru berjalan kurang dari 1 tahun?

Untuk usaha baru, valuasi lebih banyak melihat potensi masa depan dan aset yang sudah ada. Anda bisa:

  • menggunakan proyeksi laba 1–2 tahun ke depan,
  • memakai aset bersih sebagai patokan minimal,
  • menjelaskan rencana pertumbuhan (strategi marketing, diferensiasi produk, dsb.).

4. Apakah valuasi sama dengan harga jual yang pasti?

Tidak. Valuasi = angka perkiraan. Harga jual akhir = hasil negosiasi. Valuasi memberi Anda “pegangan” supaya tidak menjual terlalu murah atau memasang harga yang jauh dari realita.

5. Apakah saya perlu konsultan khusus untuk menghitung valuasi?

Tidak selalu. Untuk UMKM, Anda sudah bisa mulai dengan rumus sederhana di artikel ini. Namun, jika skala usaha besar atau kondisi keuangan kompleks, memakai jasa konsultan atau akuntan profesional bisa membantu menghasilkan valuasi yang lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.

6. Seberapa sering valuasi usaha perlu diperbarui?

Tidak harus tiap bulan. Umumnya cukup setiap 1–2 tahun, atau ketika ada perubahan besar:

  • lonjakan penjualan signifikan,
  • perluasan cabang besar-besaran,
  • perubahan struktur kepemilikan,
  • muncul calon pembeli/investor serius.

Baca juga di Beginisob.com

0

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved