Skip to main content

Tips Mengatur Keuangan Rumah Tangga dengan Gaji Pas-pasan (Panduan Praktis Anti Pusing)

Diperbarui: 26 November 2025

Ringkasan cepat:

  • Gaji pas-pasan bukan berarti mustahil tenang secara finansial; kuncinya adalah punya rencana tertulis dan disiplin mematuhinya.
  • Mulai dari mencatat pemasukan–pengeluaran, bedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta sepakat dengan pasangan tentang prioritas.
  • Gunakan prinsip sederhana: amankan kewajiban syar’i (zakat, sedekah, nafkah wajib) dan hindari utang konsumtif berbasis riba seperti kartu kredit, pinjol berbunga, dan sejenisnya.
  • Dengan gaji pas-pasan, fokuskan anggaran pada: kebutuhan pokok, cicilan/utang halal yang sudah terlanjur ada, dana darurat kecil, dan sedikit porsi rekreasi yang wajar.
  • Evaluasi anggaran minimal sebulan sekali: kurangi pengeluaran bocor halus (ngopi di luar, langganan yang tidak terpakai, belanja impulsif), dan cari peluang tambah penghasilan yang halal.

Daftar isi

  1. Kapan Anda perlu mengatur keuangan rumah tangga lebih ketat?
  2. Apa yang dimaksud gaji pas-pasan dalam konteks rumah tangga?
  3. Syarat sebelum mulai mengatur keuangan rumah tangga
  4. Langkah-langkah membuat anggaran rumah tangga dengan gaji pas-pasan
  5. Tips hemat dan cara menambah penghasilan yang halal
  6. Risiko dan kesalahan umum dalam mengelola keuangan rumah tangga
  7. FAQ seputar keuangan rumah tangga dengan gaji pas-pasan
  8. Baca juga di Beginisob.com

Kapan Anda perlu mengatur keuangan rumah tangga lebih ketat?

Beberapa tanda bahwa Anda dan pasangan perlu mulai mengatur keuangan lebih serius:

  • Setiap akhir bulan selalu bingung: “Uang habis ke mana, ya?”
  • Sering menunda bayar tagihan listrik, air, atau kebutuhan pokok lain.
  • Mulai mengandalkan utang konsumtif (kartu kredit, paylater, pinjol berbunga) untuk kebutuhan sehari-hari.
  • Tabungan hampir tidak pernah terisi, bahkan untuk dana darurat kecil.
  • Sering terjadi konflik rumah tangga karena masalah uang.

Kalau beberapa poin di atas terasa “kena”, artinya sudah saatnya Anda punya sistem keuangan rumah tangga, walaupun gaji terasa pas-pasan. Dengan perencanaan yang baik, insyaAllah keuangan lebih tertata, lebih tenang, dan tidak mudah goyah hanya karena satu masalah mendadak.

Apa yang dimaksud gaji pas-pasan dalam konteks rumah tangga?

“Gaji pas-pasan” itu relatif. Bagi sebagian orang, gaji Rp3 juta terasa cukup; bagi yang lain, Rp10 juta pun masih terasa kurang. Tetapi ada beberapa ciri umum:

  • Jika dihitung kasar, pemasukan bulanan hampir sama dengan total pengeluaran.
  • Tidak banyak ruang untuk “lucu-lucuan” belanja, apalagi investasi besar.
  • Setiap ada pengeluaran tak terduga (anak sakit, servis motor, dll.), anggaran langsung goyah.

Jadi fokus artikel ini bukan soal nominal, tapi soal bagaimana Anda mengatur uang yang ada supaya cukup untuk kebutuhan pokok, kewajiban syar’i, dan masa depan, tanpa harus mengejar gaya hidup di luar kemampuan.

Syarat sebelum mulai mengatur keuangan rumah tangga

Sebelum membuat anggaran yang rapi, ada beberapa “pondasi” yang perlu disepakati dulu:

1. Keterbukaan dengan pasangan

  • Samakan dulu data: berapa gaji suami, istri (kalau bekerja), dan penghasilan sampingan.
  • Jujur soal utang yang ada: cicilan motor, KPR, utang ke keluarga, dan lain-lain.
  • Sepakati bahwa pengaturan keuangan ini bukan saling menyalahkan, tapi kerja sama ibadah menjaga amanah rezeki dari Allah.

2. Niat yang benar dan patuh syariat

  • Niatkan mengatur keuangan untuk menunaikan kewajiban nafkah, menjaga keluarga dari hutang riba, dan memudahkan ibadah (zakat, sedekah, haji di kemudian hari).
  • Sepakat untuk menghindari riba: kartu kredit tanpa kontrol, pinjaman berbunga, denda keterlambatan yang jelas mengandung unsur riba, dan sejenisnya.

3. Mau mencatat keuangan, walau sederhana

  • Siapkan buku tulis, spreadsheet, atau aplikasi catatan di HP untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran.
  • Catatan tidak harus rumit; yang penting konsisten digunakan.

Langkah-langkah membuat anggaran rumah tangga dengan gaji pas-pasan

Berikut panduan langkah demi langkah yang bisa Anda praktikkan sebulan ke depan.

Langkah 1 – Catat pemasukan bersih bulanan

  1. Tulis semua sumber pemasukan:
    • Gaji bulanan suami/istri (setelah potongan tetap).
    • Penghasilan sampingan yang relatif rutin (jualan online, les, jasa, dll.).
  2. Gunakan angka paling realistis, bukan yang “kalau lagi ramai”.
  3. Jumlahkan menjadi satu angka: Total Pemasukan Bulanan.

Langkah 2 – Daftar pengeluaran wajib yang tidak bisa ditawar

Contoh pos pengeluaran wajib:

  • Kebutuhan pokok: beras, lauk, sayur, gas, bumbu, air minum, transport.
  • Tagihan rutin: listrik, air, iuran lingkungan, internet (kalau memang penting), sekolah anak.
  • Cicilan/utang yang sudah ada (pilih yang halal, hindari menambah utang baru).

Tulis angka rata-rata setiap pos dari 1–3 bulan terakhir, lalu jumlahkan.

Langkah 3 – Sisihkan dulu untuk kewajiban syar’i

  1. Jika penghasilan Anda sudah kena wajib zakat mal atau zakat profesi, sisihkan di awal sesuai ketentuan.
  2. Jika belum wajib zakat, biasakan sisihkan sedikit untuk sedekah rutin, sekecil apa pun.
  3. Nafkah untuk orang tua/keluarga yang menjadi tanggungan juga perlu dimasukkan di tahap ini.

Langkah 4 – Tentukan batas dana darurat dan tabungan kecil

  1. Dengan gaji pas-pasan, tidak apa-apa kalau dana darurat belum besar. Target awal bisa saja hanya:
    • Rp100.000–Rp300.000 per bulan, tergantung kemampuan.
  2. Yang penting ada kebiasaan menyisihkan, bukan besar nominalnya.
  3. Simpan di rekening terpisah atau dompet khusus yang tidak mudah diutak-atik.

Langkah 5 – Buat batas pengeluaran “fleksibel”

Setelah pos wajib, kewajiban syar’i, dan tabungan kecil diatur, sisanya bisa dialokasikan ke:

  • Jajan anak dan keluarga (secukupnya).
  • Rekreasi sederhana (piknik murah, jajan sesekali, dll.).
  • Kebutuhan pribadi (sabun, skincare sederhana, pakaian seperlunya).

Berikan batas angka untuk pengeluaran fleksibel ini. Misal maksimal Rp500.000 per bulan, dan usahakan tidak lewat batas.

Langkah 6 – Pakai amplop atau “dompet digital” terpisah

  1. Bagi uang ke beberapa amplop: makan, transport, sekolah, listrik, dan lain-lain.
  2. Jika lebih nyaman non-tunai, bisa pakai beberapa rekening e-wallet, tapi tetap dengan batas per kategori.
  3. Jika amplop sudah habis sebelum akhir bulan, tidak boleh ambil dari pos lain kecuali sangat darurat.

Langkah 7 – Evaluasi bulanan

  1. Di akhir bulan, cek catatan: pos mana yang paling sering kebablasan.
  2. Diskusikan dengan pasangan: apa yang bisa dikurangi, mana yang harus ditambah.
  3. Perbaiki anggaran bulan berikutnya berdasarkan hasil evaluasi.

Tips hemat dan cara menambah penghasilan yang halal

A. Tips hemat pengeluaran harian

  • Belanja dengan daftar: sebelum ke warung/supermarket, tulis dulu kebutuhan; hindari belanja karena “lapar mata”.
  • Masak lebih sering di rumah: kurangi jajan dan pesan makanan online yang mahal di ongkir.
  • Batasi langganan: cek semua layanan berbayar (streaming, aplikasi, dsb.) dan stop yang tidak terlalu terpakai.
  • Rawat barang yang ada: daripada sering ganti HP/alat rumah tangga, rawat yang ada supaya awet.
  • Gunakan transport yang paling efisien: atur rute, carpool dengan tetangga, atau susun jadwal belanja mingguan.

B. Cara menambah penghasilan rumah tangga secara syar’i

  • Mulai usaha kecil-kecilan dengan skill yang Anda punya: jualan makanan, jahit, desain, les privat, dll.
  • Manfaatkan platform online untuk jualan barang bekas layak pakai atau produk sederhana.
  • Ambil lembur atau pekerjaan ekstra yang halal dan tidak mengganggu kewajiban utama.
  • Hindari usaha yang jelas haram: riba, judi, jual produk haram, atau jasa yang mendukung maksiat.

C. Mindset penting: hidup sederhana dan tidak memaksakan gaya

Gaya hidup sering lebih berbahaya dari kecilnya gaji. Dengan gaya hidup sederhana, gaji yang terbatas pun bisa terasa cukup. Fokuslah pada kebutuhan dan ibadah, bukan pada gengsi dan penilaian orang.

Risiko dan kesalahan umum dalam mengelola keuangan rumah tangga

  • Tidak punya catatan sama sekali: merasa “kira-kira cukup”, padahal bocor halus di mana-mana.
  • Belanja dulu, baru ingat tagihan: seharusnya kebalik, tagihan wajib disisihkan di awal.
  • Sering ambil utang konsumtif: menggantungkan hidup pada kartu kredit, paylater, atau pinjol berbunga.
  • Tidak ada dana darurat sama sekali: setiap kejadian kecil langsung panik dan cari pinjaman.
  • Gengsi lebih besar dari kebutuhan: memaksakan jalan-jalan mahal, gadget terbaru, atau gaya hidup yang tidak selevel pemasukan.
  • Saling menyalahkan di dalam rumah daripada duduk bersama menyusun solusi.

Dengan menghindari kesalahan-kesalahan di atas, insyaAllah keuangan rumah tangga pelan-pelan menjadi lebih tertib, aman, dan nyaman.

FAQ seputar keuangan rumah tangga dengan gaji pas-pasan

1. Berapa persen ideal untuk kebutuhan pokok, cicilan, dan tabungan?

Tidak ada angka saklek, tetapi sebagai gambaran kasar:

  • Kebutuhan pokok & tagihan rutin: sekitar 50–60% pemasukan.
  • Cicilan/utang halal: idealnya maksimal 20–25% dari pemasukan.
  • Tabungan & dana darurat: mulai dari 5–10% (lebih besar lebih baik).
  • Sedekah & infak: sesuaikan kemampuan, utamakan kewajiban zakat jika sudah wajib.

Jika saat ini cicilan lebih besar dari batas di atas, fokus utama adalah melunasi utang secepat mungkin dan jangan menambah utang baru.

2. Mana yang lebih penting: bayar utang dulu atau menabung dulu?

Jika utang Anda utang berbunga/riba, maka prioritas utama adalah mengurangi dan melunasi utang tersebut secepat mungkin, sambil tetap menyisihkan sedikit sekali untuk dana darurat. Utang tanpa bunga kepada keluarga/teman juga tetap harus diselesaikan dengan baik agar tidak menimbulkan masalah hubungan.

3. Bagaimana kalau gaji benar-benar tidak cukup untuk kebutuhan pokok?

Ada beberapa langkah yang bisa dicoba:

  • Evaluasi ulang standar hidup: mungkin ada pos yang sebenarnya tidak wajib, seperti paket internet mahal, langganan, atau gaya hidup tertentu.
  • Cari peluang menambah penghasilan yang halal, meski kecil terlebih dahulu.
  • Bicarakan dengan keluarga besar jika sementara perlu bantuan, namun tetap niat untuk mandiri.
  • Jika memungkinkan, pertimbangkan pindah kerja atau menambah skill untuk pendapatan yang lebih baik.

4. Apakah kartu kredit dan paylater selalu haram?

Banyak produk kartu kredit dan paylater konvensional menerapkan bunga, denda keterlambatan, dan skema yang sangat dekat dengan riba. Karena itu, sebaiknya diwaspadai dan dihindari kecuali Anda benar-benar paham akadnya, dan ada lembaga terpercaya yang memastikan skema tersebut sesuai syariat. Sikap paling aman bagi kebanyakan keluarga adalah tidak menjadikan kartu kredit/paylater sebagai penopang gaya hidup.

5. Bagaimana cara mengajak pasangan yang boros supaya mau diajak hemat?

Ajak bicara dalam suasana tenang, bukan saat emosi. Tunjukkan data: catatan pemasukan–pengeluaran, tagihan, dan target keuangan keluarga (misalnya rumah, pendidikan anak, dana darurat). Jelaskan bahwa hidup lebih tertib dan hemat justru membuat hati lebih tenang dan rumah tangga lebih stabil, bukan untuk pelit, tetapi agar mampu memenuhi kewajiban dan cita-cita bersama.

6. Apakah boleh sesekali tetap rekreasi atau jajan di luar?

Boleh, selama tidak melampaui batas kemampuan, tidak menimbulkan utang, dan tidak melalaikan kewajiban. Justru rekreasi sederhana yang terukur bisa menjaga kebahagiaan keluarga, selama tetap dalam koridor syariat dan anggaran.

Baca juga di Beginisob.com

Untuk memperkuat kebiasaan hemat dan perencanaan keuangan, Anda bisa membaca artikel-artikel berikut:

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved