Skip to main content

Cara Menghitung & Menganalisis Rasio Likuiditas Usaha UMKM: Current Ratio, Quick Ratio, & Cash Ratio

Diperbarui: 24 November 2025

Ringkasan cepat

  • Rasio likuiditas mengukur kemampuan usaha Anda untuk membayar kewajiban jangka pendek (utang lancar) menggunakan aset lancar seperti kas, piutang, dan persediaan.
  • Tiga rasio likuiditas yang paling mudah dipakai UMKM adalah: Current Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio.
  • Rumus utama:
    • Current Ratio = Aset Lancar ÷ Kewajiban Lancar
    • Quick Ratio = (Kas + Setara Kas + Piutang) ÷ Kewajiban Lancar
    • Cash Ratio = (Kas + Setara Kas) ÷ Kewajiban Lancar
  • Rasio likuiditas membantu Anda membaca apakah usaha terlalu seret (sulit bayar kewajiban) atau justru terlalu “kebanyakan kas” sehingga modal tidak produktif.
  • Artikel ini fokus pada cara menghitung & menganalisis rasio likuiditas untuk UMKM dengan contoh angka sederhana dan tips memperbaiki likuiditas.

Daftar isi

  1. Kapan Anda perlu mulai menganalisis rasio likuiditas?
  2. Apa itu rasio likuiditas & jenis-jenis utamanya?
  3. Syarat data sebelum menghitung rasio likuiditas
  4. Langkah menghitung rasio likuiditas (step by step)
  5. Cara membaca & menganalisis hasil rasio likuiditas
  6. Tips memperbaiki likuiditas usaha UMKM
  7. Risiko & keterbatasan analisis rasio likuiditas
  8. FAQ rasio likuiditas untuk UMKM
  9. Baca juga di Beginisob.com

Kapan Anda perlu mulai menganalisis rasio likuiditas?

Anda sebaiknya mulai menghitung dan memantau rasio likuiditas ketika:

  • Usaha sudah mempunyai utang jangka pendek (ke supplier, pinjaman bank, paylater, cicilan alat, dsb.).
  • Anda sering khawatir tidak cukup kas untuk membayar gaji, sewa, atau tagihan bulanan.
  • Penjualan secara laporan “lumayan”, tapi kas di rekening seret terus.
  • Anda ingin mengajukan pinjaman atau mencari investor dan perlu menunjukkan bahwa usaha cukup likuid.
  • Usaha mulai berkembang dan Anda ingin mengukur kesehatan keuangan, bukan hanya omzet.

Rasio likuiditas membuat Anda bisa melihat: seandainya semua utang lancar jatuh tempo sekarang, sanggup tidak usaha membayar?

Apa itu rasio likuiditas & jenis-jenis utamanya?

Rasio likuiditas adalah kelompok rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek menggunakan aset lancar.

Istilah dasar yang perlu Anda kenal

  • Aset Lancar
    Aset yang mudah menjadi kas dalam waktu ≤ 1 tahun. Contoh: kas & bank, piutang usaha, persediaan, deposito jangka pendek, dll.
  • Kewajiban Lancar
    Utang yang jatuh tempo ≤ 1 tahun. Contoh: utang dagang ke supplier, utang bank jangka pendek, bagian cicilan pinjaman yang jatuh tempo tahun ini, utang gaji, dsb.
  • Modal Kerja
    Selisih antara aset lancar dan kewajiban lancar:
    Modal Kerja = Aset Lancar – Kewajiban Lancar.

Jenis-jenis rasio likuiditas utama

  1. Current Ratio (Rasio Lancar)
    Mengukur kemampuan membayar kewajiban lancar dengan seluruh aset lancar (kas, piutang, persediaan, dll).
    Current Ratio = Aset Lancar ÷ Kewajiban Lancar
  2. Quick Ratio (Rasio Cepat / Acid Test)
    Lebih “ketat” dari current ratio karena mengeluarkan persediaan (stok) yang mungkin tidak langsung bisa jadi kas.
    Quick Ratio = (Kas + Setara Kas + Piutang) ÷ Kewajiban Lancar
  3. Cash Ratio (Rasio Kas)
    Paling konservatif. Hanya melihat kas & setara kas untuk menutup kewajiban lancar.
    Cash Ratio = (Kas + Setara Kas) ÷ Kewajiban Lancar

Secara umum:

  • Current ratio memberi gambaran kasar “aman atau tidak”.
  • Quick ratio menunjukkan seberapa siap usaha tanpa terlalu bergantung pada penjualan stok segera.
  • Cash ratio menunjukkan daya tahan kas Anda jika penjualan tiba-tiba melambat.

Syarat data sebelum menghitung rasio likuiditas

Sebelum mulai menghitung, siapkan dulu neraca sederhana atau minimal daftar berikut untuk satu tanggal tertentu (misal 31 Desember 2025):

  1. Daftar aset lancar:
    • Kas dan saldo rekening usaha.
    • Piutang usaha (tagihan ke pelanggan yang belum dibayar).
    • Persediaan barang dagangan atau bahan baku (nilai rupiah).
    • Deposito jangka pendek, investasi jangka pendek (kalau ada).
  2. Daftar kewajiban lancar:
    • Utang dagang ke supplier.
    • Bagian cicilan pinjaman yang jatuh tempo ≤ 1 tahun.
    • Utang gaji, utang sewa, utang pajak jangka pendek, dan kewajiban lain yang segera harus dibayar.
  3. Pastikan tanggalnya sama
    Misalnya semua angka diambil per 31 Desember (bukan kas tanggal 25, stok tanggal 30, utang tanggal 20, dsb.).
  4. Pisahkan transaksi pribadi dan usaha
    Jangan mencampur kas pribadi dengan kas usaha. Jika masih tercampur, bersihkan dulu dan tentukan bagian mana yang milik usaha.

Setelah data siap, Anda bisa mulai menghitung rasio satu per satu.

Langkah menghitung rasio likuiditas (step by step)

Contoh kasus: Toko perlengkapan rumah tangga

Misalkan pada 31 Desember 2025, data keuangan toko Anda sebagai berikut:

Aset Lancar

  • Kas & bank: Rp20.000.000
  • Piutang usaha: Rp15.000.000
  • Persediaan barang dagangan: Rp25.000.000

Total Aset Lancar = 20.000.000 + 15.000.000 + 25.000.000 = Rp60.000.000

Kewajiban Lancar

  • Utang dagang ke supplier: Rp18.000.000
  • Bagian cicilan pinjaman yang jatuh tempo 1 tahun: Rp10.000.000
  • Utang gaji & biaya lain yang belum dibayar: Rp2.000.000

Total Kewajiban Lancar = 18.000.000 + 10.000.000 + 2.000.000 = Rp30.000.000

Langkah 1 – Hitung Current Ratio

Rumus:

Current Ratio = Aset Lancar ÷ Kewajiban Lancar

Masukkan angka:

Current Ratio = 60.000.000 ÷ 30.000.000 = 2,0

Artinya, setiap Rp1 utang lancar ditopang Rp2 aset lancar. Secara kasarnya, ini terlihat cukup aman.

Langkah 2 – Hitung Quick Ratio

Quick ratio tidak memasukkan persediaan:

Quick Assets = Kas + Setara Kas + Piutang

Quick Assets = 20.000.000 + 15.000.000 = 35.000.000

Rumus:

Quick Ratio = Quick Assets ÷ Kewajiban Lancar

Quick Ratio = 35.000.000 ÷ 30.000.000 ≈ 1,17

Artinya, jika hanya mengandalkan kas dan piutang (tanpa jual stok dulu), usaha masih punya Rp1,17 untuk menutup setiap Rp1 utang lancar.

Langkah 3 – Hitung Cash Ratio

Cash ratio hanya melihat kas & setara kas:

Cash Ratio = (Kas + Setara Kas) ÷ Kewajiban Lancar

Cash Ratio = 20.000.000 ÷ 30.000.000 ≈ 0,67

Artinya, kas yang benar-benar tersedia hanya sekitar 67% dari total kewajiban lancar. Sisanya harus ditutup dari penagihan piutang dan/atau penjualan stok.

Langkah 4 – Hitung Modal Kerja

Meskipun bukan rasio, modal kerja membantu melengkapi gambarannya:

Modal Kerja = Aset Lancar – Kewajiban Lancar

Modal Kerja = 60.000.000 – 30.000.000 = Rp30.000.000

Artinya, setelah semua kewajiban lancar dibayar, masih ada Rp30 juta aset lancar yang bisa dipakai untuk kegiatan usaha sehari-hari.

Cara membaca & menganalisis hasil rasio likuiditas

Penting: Tidak ada angka baku yang cocok untuk semua usaha. Namun, ada panduan praktis yang bisa Anda pakai sebagai alarm awal.

1. Current Ratio

  • < 1,0 → Awas! Aset lancar Anda lebih kecil dari kewajiban lancar. Risiko kesulitan bayar cukup tinggi.
  • 1,0 – 2,0 → Umumnya dianggap cukup sehat untuk banyak UMKM, asalkan kualitas aset lancar baik (piutang tertagih, stok mudah dijual).
  • > 2,0 → Likuiditas tinggi. Bisa bagus, tapi hati-hati: mungkin terlalu banyak uang “parkir” di kas atau stok sehingga kurang produktif.

2. Quick Ratio

  • < 1,0 → Kalau penjualan melambat dan stok sulit dijual cepat, Anda bisa kesulitan bayar kewajiban.
  • ≥ 1,0 → Umumnya menunjukkan bahwa kas + piutang masih cukup untuk menutup utang lancar.

3. Cash Ratio

  • 0,2 – 0,5 → Sering dianggap cukup untuk banyak usaha dagang, selama piutang tertagih lancar.
  • > 1,0 → Sangat aman secara likuiditas, tapi bisa tanda bahwa kas terlalu besar dan mungkin bisa dioptimalkan untuk investasi atau ekspansi.

Analisis kombinasi (membaca pola)

  • Current tinggi, quick & cash rendah → Stok terlalu besar. Uang “mengendap” di gudang.
  • Current & quick lumayan, cash rendah → Banyak piutang. Arus kas tergantung kecepatan penagihan.
  • Semua rasio rendah (<1) → Lampu merah. Anda perlu segera meninjau ulang struktur biaya, utang, dan kebijakan penjualan.

Tips memperbaiki likuiditas usaha UMKM

  • Percepat penagihan piutang
    Buat jadwal penagihan, kirim pengingat sebelum jatuh tempo, dan pertimbangkan insentif untuk pembayaran lebih cepat.
  • Kelola stok lebih ketat
    Kurangi stok barang yang perputarannya lambat. Fokus ke produk dengan perputaran tinggi dan margin sehat.
  • Atur ulang tempo pembayaran ke supplier
    Negosiasikan pembayaran lebih bertahap atau tempo sedikit lebih panjang agar kas tidak terlalu tertekan di awal.
  • Batasi penarikan pribadi dari kas usaha
    Tetapkan “gaji pemilik” yang wajar setiap bulan, bukan menarik kas sesuka hati.
  • Hindari belanja aset besar tanpa rencana kas
    Pastikan pembelian alat/mesin baru tidak membuat kas jebol sehingga kewajiban jangka pendek berisiko tidak terbayar.
  • Gunakan proyeksi arus kas
    Minimal buat forecast kas 3–6 bulan ke depan untuk melihat kapan kas akan ketat dan tindakan apa yang perlu disiapkan.

Risiko & keterbatasan analisis rasio likuiditas

Walaupun penting, rasio likuiditas punya beberapa keterbatasan:

  • Sangat bergantung pada kualitas data – jika neraca tidak akurat, rasio juga otomatis menyesatkan.
  • Tidak membedakan kualitas piutang & persediaan – piutang macet dan stok kadaluwarsa kadang masih tercatat sebagai aset lancar.
  • Tidak mempertimbangkan pola musiman – pada usaha musiman, rasio di luar bulan ramai bisa tampak jelek padahal normal.
  • Tidak otomatis menunjukkan profitabilitas – usaha bisa sangat likuid tapi laba tipis (margin kecil).
  • Batas “aman” tidak sama untuk semua industri – retail sembako, bengkel, dan jasa konsultan punya karakter likuiditas yang berbeda.

Karena itu, rasio likuiditas sebaiknya dibaca bersama rasio lain seperti ROA, margin laba, dan analisis arus kas.

FAQ rasio likuiditas untuk UMKM

1. Rasio likuiditas minimal berapa supaya usaha dianggap aman?

Tidak ada angka pasti yang berlaku untuk semua usaha. Namun, banyak praktisi memakai patokan kasar current ratio sekitar 1,5–2,0 sebagai zona nyaman awal. Yang lebih penting: tren rasio dari waktu ke waktu dan kualitas aset lancar (piutang tertagih, stok tidak basi).

2. Mana yang lebih penting, current ratio atau quick ratio?

Keduanya penting. Current ratio memberi gambaran umum, sementara quick ratio lebih konservatif karena tidak memasukkan persediaan. Jika usaha Anda sangat bergantung pada stok, quick ratio bisa memberi warning tambahan yang lebih realistis.

3. Bagaimana kalau usaha saya tidak punya piutang dan persediaan, hanya kas?

Untuk usaha jasa tertentu, aset lancar memang bisa didominasi kas. Dalam kasus ini, cash ratio dan current ratio akan sama, dan biasanya kalau >1, usaha sangat likuid. Tantangannya justru memastikan kas tersebut dipakai produktif untuk mengembangkan bisnis.

4. Seberapa sering rasio likuiditas perlu dihitung?

Untuk UMKM, Anda bisa mulai dari 1 kali per tahun bersama laporan keuangan tahunan. Jika usaha cukup dinamis, sebaiknya 3 atau 4 bulan sekali. Bila kas sering ketat, menghitung rasio setiap bulan akan sangat membantu.

5. Apakah rasio likuiditas bisa dipakai untuk mengajukan pinjaman?

Ya. Banyak bank dan lembaga pembiayaan melihat kemampuan likuiditas sebagai salah satu indikator apakah usaha mampu membayar cicilan tepat waktu. Rasio likuiditas yang wajar, ditambah laporan arus kas dan laba rugi yang rapi, akan meningkatkan kepercayaan pemberi pinjaman.

6. Bagaimana menghubungkan rasio likuiditas dengan rasio lain seperti ROA?

Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan jangka pendek membayar kewajiban, sementara ROA (Return on Assets) menunjukkan seberapa efisien aset menghasilkan laba. Idealnya, usaha punya likuiditas yang cukup dan ROA yang baik. Likuiditas tinggi tetapi ROA sangat rendah bisa berarti aset tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Baca juga di Beginisob.com

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved