Skip to main content

Cara Menghitung Diskon: Rumus Persen, Diskon Bertingkat, Diskon + Pajak, dan Contoh di Excel

Diperbarui: 12 Desember 2025

Ringkasan cepat:

  • Rumus paling dasar: Nilai diskon = (Persen diskon ÷ 100) × Harga awal, lalu Harga akhir = Harga awal − Nilai diskon.
  • Untuk diskon bertingkat (misalnya 20% + 10%), hitung berurutan dari harga yang sudah didiskon: bukan dijumlah jadi 30%.
  • Jika ada PPN atau biaya lain, tentukan urutannya: umumnya diskon dulu, baru pajak dihitung dari harga setelah diskon (sesuai aturan transaksi di invoice).
  • Di Excel, kamu bisa pakai rumus sederhana: =Harga*(PersenDiskon) untuk nilai diskon dan =Harga-(Harga*PersenDiskon) untuk harga akhir.

Daftar isi

Kapan perlu menghitung diskon?

Hitung diskon itu kepakai banget untuk:

  • Belanja: memastikan potongan harga benar, bukan cuma gimmick.
  • Jualan/UMKM: menentukan promo yang masih untung (tidak “bakar uang”).
  • Invoice: menghitung total tagihan otomatis (diskon, PPN, total akhir). Pada template invoice Excel, diskon sering jadi kolom tersendiri.
  • Marketplace: memahami cara kerja voucher toko/cashback agar tidak salah hitung margin.

Apa itu diskon dan istilah yang sering muncul?

Diskon adalah potongan harga dari harga awal. Di lapangan, istilah yang sering muncul:

  • Harga awal / harga coret: harga sebelum diskon.
  • Persen diskon: misalnya 10%, 25%, 50%.
  • Potongan nominal: misalnya “potong Rp20.000”.
  • Harga setelah diskon: harga akhir yang dibayar (sebelum/ sesudah PPN tergantung aturan transaksi).
  • Diskon bertingkat: misalnya “20% + 10%” (dua tahap), atau voucher tambahan setelah promo.

Syarat/data yang dibutuhkan

  • Harga awal (Rp).
  • Persentase diskon atau potongan nominal.
  • (Opsional) PPN/biaya lain kalau ingin menghitung total akhir invoice.
  • (Opsional) Jika promo bertingkat: urutan diskon (diskon 1 dulu, lalu diskon 2, dst.).

Langkah cara menghitung diskon (rumus utama)

1) Diskon persen → cari nilai diskon

Rumus:

Nilai diskon = (Persen diskon ÷ 100) × Harga awal

2) Cari harga setelah diskon

Rumus:

Harga akhir = Harga awal − Nilai diskon

3) Kalau diskon berupa potongan nominal

Rumus:

Harga akhir = Harga awal − Potongan nominal

Contoh hitung diskon (persen, potongan langsung, bertingkat)

Contoh A — Diskon 25% dari Rp200.000

  • Nilai diskon = 25/100 × 200.000 = 50.000
  • Harga akhir = 200.000 − 50.000 = Rp150.000

Contoh B — Potongan langsung Rp30.000 dari Rp180.000

  • Harga akhir = 180.000 − 30.000 = Rp150.000

Contoh C — Diskon bertingkat 20% + 10% (bukan 30%)

Misal harga awal Rp100.000 dengan promo “20% + 10%”. Hitung berurutan:

  1. Diskon 20%: harga menjadi 100.000 − (20% × 100.000) = 100.000 − 20.000 = 80.000
  2. Lalu diskon 10% dari 80.000: 80.000 − (10% × 80.000) = 80.000 − 8.000 = 72.000

Jadi harga akhirnya Rp72.000. Ini setara diskon total 28%, bukan 30%.

Cara menghitung diskon + PPN/biaya lain

Dalam transaksi invoice, umumnya alurnya:

  1. Hitung subtotal (harga × qty)
  2. Kurangi diskon
  3. Baru hitung PPN dari nilai setelah diskon

Contoh sederhana (1 item):

  • Harga awal: Rp1.000.000
  • Diskon: 10% → potongan Rp100.000 → setelah diskon Rp900.000
  • PPN 11% (contoh): 11% × 900.000 = Rp99.000
  • Total bayar = 900.000 + 99.000 = Rp999.000

Kalau kamu membuat invoice otomatis, struktur ini biasanya dipakai agar diskon dan PPN jelas terbaca dan menghindari sengketa.

Cara menghitung diskon di Excel (contoh rumus)

Misal:

  • A2 = Harga awal (contoh 200000)
  • B2 = Persen diskon (contoh 25%)

1) Nilai diskon

Di C2:

=A2*B2

2) Harga setelah diskon

Di D2:

=A2-(A2*B2)

3) Diskon bertingkat (contoh 20% lalu 10%)

Misal B2 = 20% dan C2 = 10%. Harga akhir di D2:

=A2*(1-B2)*(1-C2)

Kalau kamu ingin template invoice yang sudah ada kolom diskon + PPN, kamu bisa lihat panduan invoice Excel di Beginisob.

Tips agar tidak tertipu “diskon palsu” dan tetap jujur

  • Cek harga normalnya (riwayat harga/produk sejenis). Diskon yang benar itu menurunkan harga, bukan menaikkan dulu lalu “dicoret”.
  • Bedakan diskon dan cashback/voucher. Cashback kadang berupa saldo, bukan potongan langsung.
  • Untuk penjual: tetapkan promo yang jujur dan masih masuk akal marginnya. Diskon boleh, tapi jangan menipu angka. (Ini juga selaras dengan prinsip jual beli yang jujur.)
  • Catat perhitungan promo (minimal di Excel) supaya keputusan promo tidak merusak cashflow.

Risiko salah hitung diskon

  • Konsumen rugi karena merasa diskon besar padahal kecil.
  • Penjual rugi karena salah hitung margin (misalnya diskon bertingkat disangka dijumlah).
  • Invoice bermasalah: diskon dan PPN tidak jelas sehingga memicu komplain/selisih tagihan.

FAQ

1) Rumus menghitung diskon persen itu apa?
Nilai diskon = (persen ÷ 100) × harga awal. Lalu harga akhir = harga awal − nilai diskon.
2) Diskon 20% + 10% itu sama dengan 30%?
Tidak. Hitung berurutan dari harga setelah diskon pertama. Contoh Rp100.000 → diskon 20% jadi 80.000 → diskon 10% jadi 72.000. Setara diskon total 28%.
3) Hitung PPN dulu atau diskon dulu?
Dalam praktik invoice, umumnya diskon dihitung dulu, baru PPN dihitung dari harga setelah diskon. Ikuti ketentuan transaksi yang dipakai pada invoice/kontrak agar konsisten.
4) Rumus diskon di Excel yang paling simpel apa?
Nilai diskon: =A2*B2 (jika B2 berformat persen). Harga akhir: =A2-(A2*B2).
5) Bagaimana cara memastikan diskon bukan “diskon palsu”?
Bandingkan dengan harga normal/riwayat harga dan cek apakah harga benar-benar turun. Waspada jika harga dinaikkan dulu lalu dicoret agar terlihat murah.

Baca juga di Beginisob.com

Comments

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 beginisob.com, All right reserved